Ketika Kepala BIN Kepri Bercerita Dahsyatnya Media Sosial di Hadapan Gubernur

Ketika Kepala BIN Kepri Bercerita Dahsyatnya Media Sosial di Hadapan Gubernur

Gubernur Kepri Nurdin Basirun bersama sejumlah pimpinan daerah dan tokoh agama serta tokoh masyarakat dalam acara silaturahmi di Planet Holiday Hotel (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kepala Badan Intelijen Negara Daerah Kepulauan Riau (Kepri), Brigjen TNI Yulius Selvanus berbagi cerita di hadapan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Ormas Kegamaan, dan OKP saat pertemuan di Ballroom Hotel Planet.

Yulius menceritakan sejumlah hal. Termasuk isu yang tengah hangat saat ini mengenai 2 Desember 2016 yang dikabarkan diboncengi isu makar.

Yulius menyebutkan media sosial sangat berperan penting di era saat ini. 

"Banyak di sini (tamu undangan) yang tidak kenal siapa saya. Saya hadir disini dapat perintah dari Kabagkesbang untuk memberikan materi hal yang berkaitan dengan isu media sosial saat ini," ujar Kabinda Kepri Brigjen TNI Yulius Selvanus membuka pidatonya, Rabu (23/11/2016).

Ia menjelaskan, situasi negara mulai menghangat berkaitan dengan isu yang beredar di media sosial. 

"Contohnya, bangun tidur kita mencari handphone melihat informasi, bukan berdoa dulu. Jadi, media sosial ini sangat dekat saat ini," kata Yulius.

"Itulah yang terjadi saat ini. Indonesia masuk penggunaan internet terbesar di dunia, kita ketahui semua kalangan sudah menggunakan handphone. Komunikasi ini sekarang sangat mudah kita dapatkan. Pertanyaannya benar tidak informasi tersebut," imbuhnya.

Kemudian Yulius memberikan pandangan dengan bercerita tentang dua orang saudara yang ditinggalkan pesan oleh Ayahnya.

"Sebelum meninggal, seorang ayah memberikan pesan pada kedua anaknya. Pertama, jangan pernah menagih piutang pada siapa pun, kedua jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung," kata dia melointarkan cerita.

Lima tahun kemudian, sambungnya, nasib kedua saudara tersebut jauh berbeda. Ibu dari kedua anak tersebut bertanya pada anak sulungnya karena ekonominya hancur.

"Anak sulung menjawab, saya menjalankan perintah Ayah. Seperti jangan menagih piutang pada siapa pun, utang saya tidak saya tagih, sehingga uang saya habis. Kemudian, saya tidak boleh kena matahari langsung, sementara saya kemana-mana pakai motor, sehingga saya menggunakan taksi," papar Yulius bercerita jawaban anak sulung.

"Si bungsu malah makmur. Jawabannya pada si ibu seperti ini, ‘saya menjalankan amanah ayah.’ Pertama, saya tidak pernah meminjamkan uang pada siapapun. Kedua, saya hanya punya motor, jadi saya pergi pagi sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari tenggelam," jawab si bungsu kata Yulius.

Ia menjelaskan, dua hal ini diaplikasikan secara berbeda. Jadi, mindset kita menentukan langkah kita ke depan. "Jangan bangun tidur pegang handphone. Kenapa mindset kita rubah, karena belum berbuat apapun sudah menerima informasi dari media sosial," ucapnya.

Kata dia, hakikat ancaman teknologi siber ini lebih parah dari pada perang secara fisik. Ancamannya, stabilitas keamanan Negara.

Ini tantangannya, kata Yulius, dunia siber ini ibarat pisau bermata dua, pertama menguntungkan kita, seperti manusia bisa mengetahui apapun yg terjadi dibelahan dunia.

"Yang berbahaya hate speech (ujaran kebencian) yang sehingga kita jadi gelap mata. Pembunuhan karakter, sarana penyalahgunaan suatu kelompok," kata Yulius menambahkan.


[is]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews