Sarjana, Penyambung Lidah Rakyat

Sarjana, Penyambung Lidah Rakyat

Elsafrida Sitohang bersama sejumlah mahasiswa di Cina (Foto: Istimewa)

MENJADI sarjana adalah impian semua orang. Dulu, menjadi seorang sarjana adalah sesuatu yang sangat membanggakan. Hanya segelintir orang yang memang benar-benar cerdas dibarengi keberuntungan bisa sampai menjadi seorang sarjanawan. Faktanya melanjutkan hidup sampai kepada fase pendidikan tinggi tak lah semudah memainkan angan besar. 

Iya, itu dulu. “Sekolah tak sekedar kelas, belajar tak sekedar nilai”. Jargon ini mungkin terlihat sangat bijak untuk porsi masa kini. Tentunya bukan hanya sekedar kuliah yang diinginkan mahasiswa porsi masa kini, khususnya mahasiswa yang senantiasa haus dan lapar akan setiap proses pembelajaran hidup. 

Pengalaman, teman, relasi, senior yang baik, ataupun soft skill yang terasah. Semua bisa dijadikan sesuatu yang berharga, tergantung bagaimana cara kita melihat nilai yang kita dapat. Sebagai seorang mahasiswa, menjadi aktivis adalah sebuah panggilan hidup; panggilan moral. Aktivis, bagi sebagian orang kata itu sama sekali tak bermakna apa-apa. 

Apalah arti sebuah nama, begitu kata Shakespare. Tapi bagi sebagian orang, kata “aktivis” itu sakral, suci dan berat. Akan sangat gampang untuk mencari definisi kata aktivis dari KBBI. 

Akan sangat mudah untuk bertanya ke seorang ahli bahasa jika kita ingin tahu makna harfian dari kata aktivis. Tapi yang diinginkan di sini bukan lah hal-hal seperti itu tapi bagaimana kita bisa memahami dan memaknai suatu nama sakral yang bisa menimbulkan perubahan. 

Sederhananya adalah, orang-orang yang melihat kebutuhan akan perubahan dan menyisihkan waktu mereka untuk membuatnya demi kepentingan orang banyak. Sebagai agent of change dan agent of social control yang sebenarnya adalah mengambil peran sebagai penyambung lidah rakyat. 

Konsekuensinya, rutinitas kuliah bukan hanya belajar mencari nilai dan sibuk dengan tugas-tugas, melainkan juga membumi dengan masyarakat. Iya, membumi dengan masyarakat. 

Bagaimana melalui peran sebagai seorang mahasiswa, kaum intelektual muda untuk memanifestasikan hal yang berguna untuk orang lain. Gerakan mahasiswa harus segera mendefinikan ulang peran nya, melalui cara-cara yang menampakkan identitas sebagai kaum intelegensi muda. 

Mulianya, ketika gerakan-gerakan yang kita buat tidak terukur dan murni hanya untuk sebuah gebrakan. Lalu apa yang salah dengan generasi porsi masa kini? Kini semangat sumpah pemuda tak lagi membumi. 

Tak lagi sehebat cerita-cerita yang ditulis di buku sejarah. Tak banyak lagi gebrakan yang dipilih sebagai seorang muda (mahasiswa) Sungguh, Generasi yang hidup dengan kesialan. 

Memilih tidak mendengar ketika ada orang yang membutuhkan pertolongan. Memilih untuk hanya memotret kesialan hidup sebagai wujud postingan eksistensi diri. Memilih untuk memenjarakan diri dengan hasil karya modernisasi. Pencitraan sebagai bentuk aktualisasi diri. 

Kenapa hidup lebih sering menunjukkan diri sebagai kata benda daripada kata kerja? Entah lah. Semangat pemuda tempo dulu untuk berjuang tak lagi kita temui dengan kental. Padahal Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. 

Ikrar yang dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Sekarang, mari bebas merefleksikan semangat sumpah pemuda menurut kebenaran yang kita anggap. 

Banyak cara untuk membuat diri menjadi berguna, minimal kasih terhadap sesama harus ada. Basis pemuda harus lah diperkuat, sebagai upaya membangkitkan kesan pemuda akan perjalanan bangsanya. 

Ekspresi nasionalisme haruslah menggebu, itu juga perlu. Tapi ingat, sejarah selalu mengajarkan bahwa gerakan yang tidak mempunyai akar yang jelas pada akhirnya akan buram dan kabur ditelan berbagai perubahan zaman. 

Dan sebaliknya, gerakan yang memiliki konsentrasi yang jelas, biasanya akan mampu bertahan dalam menghadapi setiap ancaman perubahan. 

 

Elsafrida Sitohang

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Maritim Raja Ali Haji

Aktivis GMKI Tanjungpinang 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews