16 Polisi Bunuh Diri di 2016, IPW: Benahi Perekrutan, Hapus Praktik Suap

 16 Polisi Bunuh Diri di 2016, IPW: Benahi Perekrutan, Hapus Praktik Suap

Ilustrasi. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Dalam sepekan ini, dua orang polisi bunuh diri berturut-turut. Kejadian itu menambah panjang daftar anggota Polri yang bunuh diri di Tanah Air.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian berjanji akan menelusuri penyebab banyaknya anggota polisi yang nekat bunuh diri. Terakhir, anggota Brimob Detasemen B Pelopor Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta, Bripka Iwan Rudianto, menembak kepalanya sendiri dan Kapolsek Karangsembung, Kebumen, Jawa Tengah, Ipda Nyariman, gantung diri di kantornya dua hari lalu.

Kapolri menyatakan, tahun ini ada 16 kasus bunuh diri yang dilakukan anggotanya. "Kami sedang mempelajari kenapa ini bisa terjadi," kata Tito di Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (7/10/2016).

Dia mengaku sudah memerintahkan Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokes) dan Pusat Penelitan dan Pengembangan (Puslitbang) untuk menyelidiki akar masalah banyaknya bunuh diri di kalangan Polri. "Karena akar masalahnya ada dimana-mana. Misalnya masalah kesejahteraan, atau masalah apa," sambungnya.

Termasuk kemungkinan kasus bunuh diri ini hanya kasuistik. Sebab, Kapolri berdalih, dari sebanyak 430 ribu anggota polisi hanya 16 orang yang melakukan bunuh diri. Menurut Kapolri, masih dalam taraf wajar jika ada anggota yang stres namun sebagian besarnya tetap dalam kondisi baik. "16 dari 430 orang kan hanya 0,0 sekian persen," ujar Kapolri.

"Tidak representatif menyimpulkan bahwa semua anggota polisi stres atau semua polisi ada masalah, masalah yang membuat bunuh diri," katanya lagi.
 
Dari kajian yang telah dilakukan tim Pusdokes maupun Puslitbang, nantinya akan bisa dipetakan persoalan yang menyebabkan tingkat frustrasi anggota Kepolisian meningkat, sampai ada 16 orang yang nekat bunuh diri. Jika akar masalahnya terdapat pada hubungan atasan dan bawahan, kata Kapolri, bisa dilakukan pendekatan internal termasuk pembinaan mental anggota Polri.

"Kalau akar masalahnya kesejahteraan, maka otomatis kita lakukan perbaikan kesejahteraan. Masalah-masalah penanganan budaya koruptif ini kita lakukan secara bertahap, tidak hanya langkah-langkah refolutif tapi langkah-langkah evolutif, secara bertahap," jelas Kapolri.

Sedangkan Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S. Pane mempertanyakan sistem perekrutan kepolisian saat ini. Pasalnya, sepanjang 2016 terdapat sekira delapan aksi bunuh diri yang dilakukan anggota kepolisian.

Termasuk Kapolsek Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, Ipda Nyariman yang ditemukan tewas usai gantung diri di ruang kerjanya pada Rabu 5 Oktober 2016. Tewasnya Ipda Nyariman tersebut diduga ditenggarai permasalahan utang dalam membayar "pelicin" masuk anggota Polri.

"‎Ketahanan mental perlu menjadi perhatian khusus Polri, mulai dari awal rekrut maupun di pendidikan, psikotes harus menjadi andalan seleksi," ujar Neta dalam pesan singkatnya, Jumat (7/10/2016).

Neta memaparkan, bahwa tewasnya Ipda Nyariman diduga karena ia kesulitan membayar utang rekannya yang gagal memasukkan anaknya ke kepolisian. Dalam hal ini, rekannya telah membayar sejumlah uang untuk dititipkan menjadi anggota polisi. Namun, anak tersebut gagal sehingga Ipda Nyariman harus mengganti rugi uang rekannya.

"Ipda Nyariman tertekan akibat diminta mengembalikan uang Rp 250 juta karena anak temannya Aiptu Sudiman gagal masuk Secaba Polri," ungkapnya.

Neta pun meminta agar praktik suap untuk masuk kepolisian segera dihapuskan dan juga diawasi oleh para petinggi Polri. Selain itu, pembentukan mental perlu kembali digalakkan kepada para anggota polisi.

‎"Momen ini harus menjadi starting point untuk melakukan perubahan radikal dalam sistem dan mekanisme promosi, baik dalam rekrutmen pendidik maupun jabatan," tandasnya.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews