Pokcai, Transportasi Tradisional Unik dari Bintan

Pokcai, Transportasi Tradisional Unik dari Bintan

Warga tengah menaiki pokcai, transportasi tradisional di Pulau Bintan (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Bintan -  Fasilitas moda transportasi di Kabupaten Bintan, Kepri, yang satu ini unik. Meskipun daerah ini terkenal dengan pariwisata hingga ke jagat internasional namun moda transportasi ini masih digunakan.

Hal tersebut terlihat saat batamnews.co.id mendatangi Selat Bintan 2 Dusun 3 Desa Pengujan, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Kamis (29/9/2016).

Akses jalan antar kedua selat masih minim. Belum adanya fasilitas penyeberangan jalan, semisal jembatan. 

Masyarakat setempat terbantu dengan adanya rakit, atau biasa disebut "Pokcai".

Pokcai terbuat dari kayu dengan ruas panjang 18 kali lebar 6 meter beratap alumunium. Sehari-hari transportasi air itu menjadi penyambung kaki masyarakat Desa Pengujan yang berpenduduk kurang lebih 300 KK tersebut.

Juru mudi pokcai, Faisal (23), bersama ketiga rekannya, terbiasa mengangkut 20 sepeda motor plus orang dan khusus mobil bisa berkapasitas dua.

Tarif yang dikenakan pun cukup murah. "Tarif per motor pulang pergi (PP) Rp 10 ribu, kalau mobil Rp 60 ribu, kalau orang kampung agak kurang sikit lah," katanya.

Untuk mengoperasikan Pokcai, Faisal mendapat upah Rp 80 ribu per harinya. Begitu juga dengan ketiga rekannya. 

Dia mengatakan, jika kedepan Pemerintah Daerah membangun jembatan, ia masih akan tetap bertahan dengan pokcai.

"Saye kerje dah 3 Tahun 6 bulan, kalau pemerintah bangun jembatan pun tak masalah lah, baguslah berarti ade kemajuan, tak apelah saye cari kerja lain," kata Faisal dengan logat melayunya.

Beberapa penumpang juga merasa terbantu dengan adanya Pokcai. Apalagi memang itu satu-satunya transportasi yang paling efektif untuk saat ini.

Hal itu dirasakan Ramli (42), seorang guru di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Bintan.

Ia mengakui masih minimnya fasilitas umum di desanya, meskipun demikian ia tetap bersyukur.

"Kalau tak ada pokcai ni tak tau lagi la, kalau sementara ni kan jembatan tak ade, penyeberangan tak ada, alhamdulillah lah kita nikmati aja lah apa yang ade ni," ujar dia.

Senada disampaikan Mijai, penduduk asli Desa Pengujan Selat 1. Ia menceritakan pokcai saat ini sudah dimodifikasi.

Dahulu, kata Mijai, Pokcai menggunakan dayung, dan lebih lama sampai di selat kedua, begitu juga sebaliknya.

"Dulu pakai dayung, sekarang alhamdulillah lah dah pakai mesin," katanya, menggambarkan pokcai merupakan alat tradisional.

Ia menambahkan bahwa hingga kini masyarakat Desa Pengujan, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan masih minim ketersedian infrastruktur, semisal jembatan.

 

AJI ANUGRAHA


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews