Editorial

Jalan Terjal Soerya Respationo

Jalan Terjal Soerya Respationo

Soerya Respationo (kanan) bersama Nurdin Basirun beberapa waktu lalu (Foto: Batamnews)

DIAM-DIAM Soerya Respationo melakukan manuver politik. Soerya dikabarkan tengah melobi sejumlah partai politik untuk mencalonkan dirinya menjadi wakil gubernur Kepulauan Riau yang tengah lowong.

Posisi tersebut kosong, setelah Nurdin Basirun naik menggantikan HM Sani sebagai gubernur. Gubernur Sani meninggal dunia, setelah beberapa bulan menjabat.

Kabar manuver Soerya ini cukup mengejutkan. Soerya merupakan rival politik Sani-Nurdin pada Pilgub 2015 lalu. 

Mari kita lihat sejenak ke belakang. Saat itu Ketua DPD PDI Perjuangan itu berpasangan dengan Ansar Ahmad maju sebagai calon Gubernur Kepulauan Riau. 

Keduanya diusung partai PDI Perjuangan dan disokong Partai Amanat Nasional (PAN).

Namun pasangan Soerya-Ansar kalah telak dalam pilgub tersebut.

Kekalahan Soerya-Ansar memang cukup mengejutkan. Di atas kertas pasangan tersebut cukup diunggulkan.

Sejumlah survei pilkada menempatkan pasangan Soerya-Ansar jauh lebih unggul.

Namun di hari H semua berbalik. Pasangan Sani-Nurdin yang diusung Partai Demokrat dan Nasdem sertai disokong sejumla partai lainnya itu, justru jauh lebih unggul dengan selisih perolehan suara mencapai sekitar 7 persen.

Kekalahan Soerya ini disebut-sebut faktor “Tangan Tuhan”. Soerya kala itu sempat menduga adanya keterlibatan pihak lain mengganjal dirinya secara sistematis. 

Di mata Nurdin tentu saja Soerya Respationo sosok yang “spesial”. Nurdin nyaris saja mendampingi Soerya kala itu sebagia calon wakil.

Namun di detik-detik terakhir mendadak Soerya memilih Ketua DPD Partai Golkar Kepulauan Riau Ansar Ahmad.

Nurdin pun sempat larut dalam lautan luka dalam. “Bahkan Nurdin pun tak diberitahu mengenai keputusan tersebut,” ujar orang dekat Nurdin.

Nurdin nyaris pasrah. Belakangan sejumlah pihak “menjodohkan” Nurdin dengan HM Sani. Pasangan ini pun mendaftar ke KPUD Kepri di detik-detik terakhir.

***

Orang-orang di sekitar Sani-Nurdin kaget dengan manuver politik tersebut. Bahkan diantaranya ada yang tak menyangka.

“Secara etika politik tidak mungkin. Bagaimana mungkin seorang rival nantinya menjadi pendamping Nurdin?” ujar orang dekat pasangan Sani-Nurdin.

Namun hal tersebut bukan tidak mungkin. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pilkada, peluang Soerya cukup besar.

Ia hanya perlu menaklukan partai pengusung. Dalam UU Pilkada tersebut nantinya pengisian wakil gubernur melalui mekanisme pemilihan oleh masing-masing DPRD.

Cara itu berbeda dengan aturan sebelumnya. Sebelumnya, walikota, bupati atau gubernur punya kewenangan penuh menentukan pendampingnya sebagaimana diatur dalam UU nomor 1/2015.

Artinya, dengan aturan baru Pilkada tersebut, peluang Soerya terbuka lebar. Apalagi PDI Perjuangan menguasai kursi di DPRD.

Sesuai dengan pasal 176, pengusulan nama calon pengganti harus ada kesepakatan dari partai atau gabungan partai politik pengusung. Bila dari gabungan parpol, maka calon yang diusulkan harus lebih dari satu orang.

Dengan begitu Soerya pun tentu saja percaya diri bila namanya diusulkan.

Namun Soerya belum menanggapi terkait manuver politik tersebut. Namun Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Kebangkitan Bangsa mengaku sudah didekati.

Ketua DPD PDI Perjuangan Soerya Respationo berpengalaman di pemerintahan dan legislatif. Ia pernah menjabat sebagai wakil gubernur Kepri mendampingi Sani.

Ia memutuskan maju sebagai calon gubernur di Pilgub 2015. Karir politik Soerya memang cemerlang.

Ia pernah menjabat dua periode sebagai Ketua DPRD Batam. Kemudian duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau.

Setelah itu ia terpilih sebagai wakil gubernur Kepulauan Riau mendampingi Sani.

***

Praktis setelah tak terpilih lagi, Soerya hilang dari peredaran. Nama Soerya sempat disebut-sebut bakal mendapat tempat sebagai Ketua BP Batam -- sebagai pengobat luka kekalahan -- namun hal tersebut sirna seiringnya waktu dan terpilihnya pimpinan baru BP Batam.

Kini, upaya Soerya Respationo itu menemui jalan terjal. Penolakan dari orang di sekeliling kubu Sani-Nurdin terhadap Soerya kembali memanas. "Jangan khianati Ayah Sani," ujar seorang mantan relawan Sani-Nurdin.

Hal ini juga berkaca dari panasnya suhu politik saat Pilgub lalu. Belum lagi, masih ada nama Isdianto yang dikabarkan sebagai calon kuat diusung mendampingi Nurdin.

Lagi pula partai pendukung tentu saja tak rela adanya nama lain dari partai yang sebelumnya menjadi rival itu.

Namun apa yang tidak mungkin dalam dunia politik? Bahkan dalam dunia politik, konon bumi dan langit pun bisa disatukan. Tidak ada musuh abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. 

Suai tak?

 

[zm]

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews