Polisi Kembali Gerebek Gudang Beras Citra Buana

Polisi Kembali Gerebek Gudang Beras Citra Buana

Polisi menangkap beras ilegal yang diselundupkan ke Batam beberapa waktu lalu. Beras tersebut kemudian dioplos. (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Direktorat Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Kepri kembali menggrebek gudang beras yang berada di Kawasan Industri Citra Buana 1 Blok D3 Seraya, Batam, Kepri, pada Jumat (29/7/2016) sore.

Gudang di Blok D3 itu disinyalir menjadi tempat mengoplos beras sebelum dijual ke pasaran. Beras lokal dicampur beras asal Thailand.

Beras asal Thailand tersebut diinformasikan beras ilegal, dan masuk melalui pelabuhan tidak resmi, atau pelabuhan tikus di Batam.

Menurut informasi, pihak kepolisian tidak lama berada di sana tidak sampai satu jam.

“Polisi tadi sebentar saja, paling 30 sampai 40 menit, siap itu bubar," kata Dori, warga yang saat itu berada di lokasi.

Informasinya, polisi hanya melakukan pengecekan terhadap kontainer BP 9966 PI. 

Kontainer tersebut tampak penuh oleh berkarung-karung beras. Namun, usai pengecekan, kontainer beras tersebut kembali digembok tanpa digaris polisi.

Gudang beras tersebut disebut-sebut milik Jafar, pria yang sudah lama menjadi pengusaha atau toke beras. Beberapa saksi yang ditanyai, mengaku tidak melihat ada karyawan yang dibawa oleh Polisi.

"Tadi tidak ada tampak yang diamankan. Kami pun tidak ada yang mendekat saat penggrebekan," kata seorang pria yang bekerja di perusahaan depan gudang.

Penggrebekan beras  ini merupakan yang ke dua kalinya. Seminggu sebelumnya, Kamis (21/7/2016) malam polisi sudah terlebih dahulu menggrebek gudang beras di Blok M1 di lokasi yang sama Kawasan Citra Buana I. Pemilik gudang beras juga Jafar.

Pada penggrebekan Kamis malam itu polisi sudah menyegel kontainer BP 9966 PI dengan police line.

Namun entah bagaimana, kontainer yang sebelumnya terparkir dan digaris polisi di depan Blok M1 itu bisa berpindah ke Blok D3 dan segel police line itu juga lepas.

Sebelumnya, Plt Kepala Disperindag Kota Batam Rudy Sakyakirti mengaku hanya mengawasi beras yang beredar saja. Jajarannya juga sering mengecek ke distributor beras di Batam, tapi ia tidak tahu beras-beras yng beredar tersebut dioplos.

Menurut Rudy, sejak dilarangnya impor beras, harga beras lokal yang didatangkan dari Jakarta harganya lebih mahal. Padahal, warga Batam sebelumnya terbiasa mengkonsumsi beras impor dengan harga Rp7.000,- per kilogram. 

Sedangkan beras lokal dari Jakarta dipasaran harganya Rp11 ribu per kilogram.

"Mungkin karena harga beras lokal itu terlalu mahal, sehingga dicampur," ujarnya beberapa waktu lalu.

Soal maraknya beras oplosan, kata Rudy, itu merupakan kewenangan Bea Cukai dan Kepolisian. Untuk memastikan apakah beras yang beredar di pasaran oplosan atau tidak, maka harus dilakukan uji laboratorium.

Sejak kran impor ditutup, warga Batam kelimpungan lantaran harga beras melonjak. Apalagi, perekonomian Batam dan Kepulauan Riau, melambat dan dunia usaha lesu.

 

[edo]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews