Umar Patek Jadi Negosiator ke Abu Sayyaf

Umar Patek Jadi Negosiator ke Abu Sayyaf

Umar Patek (tengah). (foto: ist/net)


BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Batas waktu pembebasan 10 WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf telah habis. Karena opsi militer masih terkendala izin pemerintah Filipina, Pemerintah akhirnya mengirimkan beberapa orang ke markas Abu Sayyaf termasuk napi kasus terorisme, Umar Patek.
 
Staf BNPT, Hadi Purwanto mengatakan Umar Patek yang memiliki kedekatan dengan Abu Sayyaf dinilai bisa melakukan negoisasi.

"Iya ini sebenarnya salah satu opsi. Ada beberapa yang dikirim ke sana karena mereka masih ada jaringan," ujar Wawan saat dihubungi Republika, Jumat (8/4).

Sebelumnya, pemerintah sempat tak mengambil langkah karena upaya negoisasi kepada pihak pemerintah Filipina untuk mengerahkan TNI ditolak. Pihak pemerintah Filipina berjanji akan mencari segala cara untuk bisa membebaskan 10 WNI yang ditawan Abu Sayyaf.

Pelaku bom Bali, Umar Patek meminta syarat pengurangan hukuman penjara dari 20 tahun menjadi 10 tahun penjara sebagai ganti menjamin pembebasan 10 pelaut Indonesia yang ditangkap kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

Umar Patek sebelumnya melatih pejuang Abu Sayyaf dan MILF atau Front Pembebasan Islam Moro untuk memberontak. Patek juga melatih kelompok ini untuk membuat bom. Patek ditangkap di Pakistan pada Januari 2011. Dilansir dari Manilatimes, Sabtu (9/4/2016), Patek dikunjungi oleh pejabat pemerintah di penjara Sulawesi dan diminta untuk membantu membebaskan sandera.

Patek divonis 20 tahun sejak 2012 lalu karena melakukan pengeboman di Bali yang menewaskan 202 korban jiwa dan pengeboman di gereja Jakarta pada 2000 silam.

Para sandera itu merupakan semua awak kapal dari kapal tunda Brahma 12 yang dibajak di laut lepas provinsi Tawi-Tawi di wilayah otonomi Muslim bergolak di selatan Filipina. Para pemberontak, yang berjanji setia dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menuntut 1 juta dolar AS untuk tebusan para WNI tersebut.

"Dia membantu untuk bernegosiasi dengan Abu Sayyaf.Patek memiliki hubungan dan pengaruh dengan kelompok itu dan dia tahu kebijakan mereka."kata Purwanto.

Para tawanan Indonesia tersebut antara lain, Peter Tonsen Barahama, nakhoda; Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Octavianto, Reynaldi dan Wendi Raknadian - yang diyakini ditahan oleh pemimpin Abu Sayyaf, Alhabsi Misaya.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews