Jelang Penggusuran Pedagang Rujak

Cerita Awal Mula Simpang Rujak, Pedagang Tak Pernah Ricuh dan Kerap Dikunjungi Wisman

Cerita Awal Mula Simpang Rujak, Pedagang Tak Pernah Ricuh dan Kerap Dikunjungi Wisman

Sejumlah kendaraan tengah parkir di Simpang Rujak. (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Pedagang di Simpang Rujak, Pelita, Lubuk Baja, bakal digusur. Simpang Rujak ini bagi warga Batam sudah tak asing lagi. Bahkan kini sudah diakui sebagai salah satu ikon kuliner di Batam, Kepulauan Riau.

Di sana puluhan lapak pedagang rujak berjejeran. Mereka menawarkan berbagai macam jenis rujak dengan varian rasanya. 

Keberadaan Simpang Rujak sudah ada sejak tahun 1998. Pada awalnya belum banyak yang berjualan. Hanya satu dua orang saja.

 

Seorang pedagang rujak di Simpang Rujak. (Foto: Batamnews)

 

“Awalnya baru satu pedagang sebelum ramai seperti sekarang,” ujar seorang pedagang rujak, Eni, ditemui batamnews.co.id, Minggu (3/4/2016).

Kemudian setelah sekian lama, lapak-lapak itu pun bertambah, namun khusus pedagang rujak. Memang selain pedagang rujak, tidak terlihat pedagang lain di sana.

Pada saat ini, jumlah pedagang di lokasi tersebut sudah mencapai 36 pedagang. 


Omzet
Omzet pedagang rujak di Simpang Rujak tersebut cukup lumayan. Setiap harinya mereka bisa menjual 50 hingga 60 porsi.

“Harga per porsinya rata-rata Rp10 ribu,” ujar Eni. Para pelanggan, menurut Eni, tak hanya warga Batam saja. 

Sejumlah wisatawan mancanegara juga kerap menikmati rujak-rujak olahan tangan para pedagang itu. 

 

Dua orang wanita menikmati rujak. (Foto: Ist/Batamnews)

 

”Banyak wisatawan yang datang ke sini dari Malaysia, Filipina dan Singapura. Mereka sering beli dan bungkus untuk dijadikan oleh-oleh,” kata Eni.

Kawasan simpang rujak ini juga pernah menjadi salah satu tempat dari daftar Visit Batam 5 tahun berturut-turut. 

Aktivitas pedagan rujak dimulai sejak siang sekitar pukul 11.00 WIB setiap harinya. Jam buka itu ternyata sudah diatur sedemikian rupa bersama pedagang lainnya. 

“Kemudian diatur juga soal biaya kebersihan, tidak boleh menebang pohon, saling bantu antar pedagang,” ujar Eni.

Tak heran, meskipun sudah berdiri belasan tahun, kata Eni, sulit menemukan adanya persaingan atau kericuhan antar pedagang di sana.

Eni menuturkan, para pedagang rujak sepakat untuk tidak memperbolehkan berjualan makanan lain selain rujak, hal ini untuk tetap mempertahankan konsitensi dari Simpang Rujak.

Adapun yang boleh berjualan hanya pedagang minuman saja seperti es dawet dan es kelapa muda.

Para pedagang Simpang Rujak kebanyakan terdiri dari pasanga suami istri. Mereka saling bergantian untuk menjaga tempat dagang dan mengajikan rujak yang dipesan pelanggan.

Saat ini Pemko Batam bakal menggusur para pedagang rujak tersebut dan memindahkannya ke sebuah tempat di BMC Bengkong. Saat ini para pedagang khawatir mereka bakal merugi.  

 

[ret]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews