Harga BBM Turun

Harga-harga Masih Tinggi, Jusuf Kalla: Harus Segera Disesuaikan

Harga-harga Masih Tinggi, Jusuf Kalla: Harus Segera Disesuaikan

Antrean BBM di sejumlah SPBU beberapa waktu lalu (foto/batamnews.com)

Batam - Harga BBM turun namun tarif sejumlah transportasi dan sembako belum juga turun mengikuti. Seharusnya sejumlah harga dan tarif ikut turun menyusul turunnya harga BBM. Namun kondisi di lapangan masih jauh dari harapan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pelaku usaha, termasuk yang bergerak dalam bidang transportasi, untuk menyesuaikan tarif atau harga jual dengan harga bahan bakar minyak (BBM) yang baru. 

Harga BBM jenis premium turun menjadi Rp 7.600 per liter dari semula Rp 8.500 per liter. Sedangkan solar turun menjadi Rp 7.250 per liter dari harga semula Rp 7.500 per liter.

"Kalau ada hubungannya, ya segera menyesuaikan," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat (2/1/2015) seperti dilansir Kompas.com.

Kalla juga meyakini harga barang-barang akan turun menyusul penurunan harga BBM. Penyesuaian harga barang-barang ini, menurut dia, memerlukan waktu.

"Tahap pertama tidak, tahap berikutnya efeknya turun. Jangan hanya lihat inflasi kalau inflasi turun,  artinya seluruh efeknya menurun jadi kenaikan menurun dan naik itu makan tempo sama kayak dulu kan angkutan tidak langsung naek tapi alami poses dulu kan beberapa bulan kemudian baru naek, sebulan akan datang ada penyesuainnya," ujar dia.

Meskipun menurunkan harga BBM, pemerintah menghapus subsidi untuk bahan bakar berjenis premium atau RON 88 mulai 1 Januari 2015. Premium RON 88 masuk dalam jenis BBM khusus penugasan dan BBM umum nonsubsidi. Sedangkan BBM tertentu bersubsidi tinggal minyak tanah dan solar masuk dalam BBM tertentu bersubsidi.

Harga premium turun menjadi Rp 7.600 per liter mengikuti anjloknya harga minyak dunia yang mendekati level 50 dolar AS per barel. Menurut Kalla, kebijakan pemerintah yang menghapus subsidi premium ini merupakan upaya dalam menjaga anggaran agar tidak jebol. Alokasi subsidi BBM dipangkas menjadi kurang dari Rp 50 triliun. "Harus seperti itu karena kalau tidak begitu bisa jebol," ucap Kalla.

Dengan sistem yang demikian maka harga premium bisa kembali berubah sesuai dengan perubahan harga minyak dunia. Kalla tak menampik ada kemungkinan harga premium naik lagi jika harga minyak dunia naik.

Kendati demikian, ia menekankan bahwa pemerintah tetap menjaga harga solar melalui subsidi tetap. Untuk setiap liternya, pemerintah memberikan subsidi solar Rp 1000.

"Kan yang penting masyarakat dapat subsisdi kan? Kalau tidak begitu, harga turun masyarakat bayar lebih mahal, ya sama saja," ucap Kalla.

Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews