Meriam Sri Penolak, Warisan Keramat Pulau Tambelan

Meriam Sri Penolak, Warisan Keramat Pulau Tambelan

Peta Pulau Tambelan. (Foto: Google Maps)

Bintan, Batamnews - Dalam lipatan sejarah Pulau Tambelan, terdapat sebuah cerita yang tidak hanya menggambarkan perjuangan melawan penjajah tapi juga menyimpan aspek mistis yang kaya. 

Meriam Sri Penolak, sebuah meriam yang diberikan oleh bangsa Portugis selama era penjajahan, kini dikenal tidak hanya sebagai alat pertahanan tetapi juga sebagai simbol perlindungan gaib bagi masyarakat setempat.

Meriam yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar 2 meter ini, pada mulanya hanyalah senjata biasa. Namun, menurut kepercayaan lokal, meriam ini diisi dengan kekuatan gaib oleh Sri Pengolak, seorang pendekar di Tambelan, yang mengubahnya menjadi Meriam Sri Penolak. Dikatakan bahwa satu tembakan dari meriam ini mampu menenggelamkan kapal lanun yang berukuran besar.

Baca juga: Dentuman Meriam Bambu yang Mulai Menghilang saat Bulan Ramadan di Lingga

Keunikan meriam ini tidak berhenti di situ. Meriam Sri Penolak dikenal karena tidak dapat dipindahkan dari tempatnya. Setiap upaya untuk memindahkannya selalu berakhir dengan meriam tersebut kembali ke tempat semula secara misterius. 

Dalam sejarahnya, hanya beberapa orang tertentu yang bisa mengangkat meriam ini dengan sebelah tangan, di antaranya adalah Datuk Campe, Tuk Amat, Tuk Jalal, dan Tuk Lahir.

Lebih jauh lagi, meriam ini dikenal akan kemampuannya untuk menembak secara otomatis saat terjadi musibah yang menimpa masyarakat Tambelan atau pada saat peristiwa penting lainnya. 

Baca juga: Tergerus Zaman, Tradisi Meriam Bambu di Lingga Kini Diperlombakan

Misalnya, meriam ini dilaporkan menembak saat Jepang menyerah kepada tentara sekutu dan ketika Presiden Soekarno meninggal dunia. Pada tahun 1998, meriam tersebut juga berbunyi sendiri ketika sebuah kapal motor yang ditumpangi masyarakat Tambelan karam di tengah laut.

Hingga saat ini, Meriam Sri Penolak masih dijaga dan dipercaya sebagai penjaga masyarakat serta pulau Tambelan. Kepercayaan ini bertahan kuat di kalangan masyarakat setempat dan menjadi bagian dari warisan budaya yang kaya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews