Rupiah Menguat Berkat Sentimen Positif dari Data Ekonomi Jepang dan China

Rupiah Menguat Berkat Sentimen Positif dari Data Ekonomi Jepang dan China

Rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika berkat sentimen data dari China dan Jepang (ilustrasi)

Jakarta, Batamnews  - Rupiah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data ekonomi positif dari Jepang dan China, Senin (31/7/2023) pagi ini. 

Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah menguat sebesar 0,03% terhadap dolar AS menjadi Rp 15.085/US$1, berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan pada Jumat kemarin yang melemah 0,63% menjadi Rp 15.090/US$1.

Hari ini, Jepang mengumumkan data penjualan ritel yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,9% year on year (yoy) pada Juni 2023, sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,8% (yoy). 

Baca juga: Lowongan Kerja Menarik sebagai Test Engineer di PT Schneider Electric Batam

Kondisi ini menandakan ekspansi perdagangan ritel selama 16 bulan berturut-turut karena konsumsi terus pulih dari dampak pandemi. Pertumbuhan penjualan ritel yang positif diharapkan dapat meningkatkan permintaan impor, termasuk dari Indonesia.

Selain itu, China juga merilis data aktivitas manufaktur yang diukur melalui Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur NBS. Indeks tersebut naik menjadi 49,3 pada Juli 2023 dari 49 pada Juni, melampaui perkiraan pasar sebesar 49,2. 

Meskipun PMI mengalami perbaikan, indeks masih menunjukkan kontraksi selama empat bulan berturut-turut. Namun, penurunan kontraksi menunjukkan bahwa sektor manufaktur China mulai membaik dan permintaan produksi akan meningkat. 

Baca juga: Pengusaha Asman Abnur Buka Rahasia Bisnis: Sulap Tembaga Jadi Emas

Kondisi ini diharapkan dapat mendongkrak impor di China, terutama untuk barang-barang dari luar negeri, termasuk Indonesia.

Peningkatan ekspor Indonesia ke China dan Jepang diharapkan dapat membantu menguatkan rupiah. 

Selain itu, mulai 1 Agustus, Indonesia akan memberlakukan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang lebih ketat untuk membawa pulang dolar AS hasil ekspor yang selama ini diparkir di luar negeri. Dengan peningkatan pasokan dolar AS di pasar dalam negeri, rupiah memiliki potensi untuk terus menguat.

Baca juga: Kebakaran Menghanguskan Rumah Warga di Paya Rengas, Karimun

Namun, kekhawatiran masih ada di pasar keuangan akibat kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve. Hal ini tercermin dari berkurangnya capital inflow yang masuk pada pekan lalu. 

Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa net buy di pasar keuangan Indonesia turun drastis sebesar Rp 700 miliar pada periode 24-27 Juli, jauh lebih kecil dibandingkan periode 17-20 Juli yang mencapai Rp 4,67 triliun.

Baca juga: Kabar Gembira dari Pegadaian: Tukarkan Poin dan Menangkan Beragam Hadiah Menarik!

Pelaku pasar saat ini sedang menantikan data inflasi Indonesia untuk bulan Juli yang akan dirilis besok, Selasa (1/8/2023). 
Perkembangan selanjutnya akan tergantung dari sentimen pasar terhadap data-data ekonomi dan kebijakan bank sentral baik dalam maupun luar negeri.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews