Nagasari: Penganan Spesial yang Menggoda Selera di Perayaan 1 Muharam di Tanjungpinang

Nagasari: Penganan Spesial yang Menggoda Selera di Perayaan 1 Muharam di Tanjungpinang

Nagasari kue tradisional yang banyak di Kepulauan Riau (Foto: Nagasari Tradisional)

Tanjungpinang, Batamnews - Dalam rangka menyambut bulan Muharam, banyak masjid dan surau di seluruh wilayah Kepulauan Riau mengadakan berbagai acara keagamaan. Acara-acara tersebut meliputi doa selamatan dan ceramah agama guna mempererat tali silaturahmi umat Muslim dan memperoleh berkah di awal tahun hijriyah.

Salah satu menu kue pencuci mulut yang menjadi favorit dalam acara tersebut adalah kue Nagasari. Kue ini merupakan makanan khas Melayu yang berasal dari Jawa, namun telah menjadi populer dan banyak ditemui di berbagai daerah di Kepulauan Riau, seperti Kota Tanjungpinang dan Bintan. Setiap hari, kue basah ini dapat ditemui di beberapa warung kopi yang ada di Kota Tanjungpinang.

Baca juga : Mengenal Jongkong: Menu Makanan Khas Melayu di Kepulauan Riau yang Manis dan Lezat

Kue Nagasari atau juga dikenal dengan sebutan Nogosari dalam bahasa Jawa, merupakan jenis kue basah tradisional yang sangat populer dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat Jawa. Di Jawa, kue Nagasari disajikan saat hari-hari besar menurut Kalender Jawa, acara kenduri, dan pernikahan.

Asal usul kue Nagasari masih belum diketahui secara pasti. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kue Nagasari berasal dari Rembang, sementara dalam beberapa referensi, seperti karya penulis Melayu Mochtar Zam dalam Butang Emas, disebutkan bahwa kue Nagasari juga berasal dari Kepulauan Riau.

Kue Nagasari terbuat dari tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula, dengan isian buah pisang raja yang dibalut dengan daun pisang lalu dikukus sampai matang. Selain menggunakan daun pisang, nagasari juga biasa dibungkus dengan daun pandan untuk memberikan aroma yang semakin harum.

Nama "Nagasari" sendiri terdiri dari dua kata, yaitu "naga" dan "sari". Kata "naga" mengacu pada hewan legenda terkenal dari Cina yang menjadi lambang kehormatan, sedangkan kata "sari" berarti isi utama dari suatu benda. Jadi, jika digabungkan, nama "Nagasari" berarti isi utama dari sebuah benda yang dianggap terhormat.

Menurut versi cerita sejarah, asal-mula kue Nagasari berasal dari Kerajaan Pajang pada paruh pertama abad ke-16 M. Ketika itu, seorang pendeta Buddha bernama Mahawiku Astapaka dalam perjalanan untuk merayakan Waisak di Candi Borobudur mampir di pelabuhan Nusupan atau Bandar Semangi, yang merupakan pelabuhan kuno di Solo.

Baca juga : Mengenal Air Dohot Kesemak: Minuman Raja Melayu dengan Khasiat Obat Awet Muda dari Pulau Penyengat

Pendeta tersebut disambut oleh Adipati Hadiwijaya, yang lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir, yang memintanya untuk mampir dan bermalam di ibukota Pajang sebelum melanjutkan perjalanan. Sang pendeta Buddha yang setuju untuk mampir disuguhi hidangan tanpa daging dan ikan, melainkan sebuah panganan yang terbuat dari tepung beras dengan irisan pisang di dalamnya, yaitu nagasari.

Ketika menyantap hidangan itu, sang pendeta terkesan dan mengadakan sebuah upacara untuk mendoakan kesejahteraan dan kemakmuran Kerajaan Pajang. Selain itu, sang pendeta juga menanam pohon Dewandaru untuk mengenang kedatangannya ke Pajang dan kebaikan tuan rumah yang sudah menyambutnya.

Dalam masyarakat Jawa, kue Nagasari juga dianggap sebagai lambang ketulusan hati dan upaya untuk mendoakan kebaikan dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari segala macam penyakit.

Bagi yang ingin mencoba membuat kue Nagasari, berikut adalah resepnya:
Bahan:
- 500 gr tepung beras
- 4 gelas santan (diperoleh dari 1 biji nyiur)
- ½ kg pisang
- 100 gr gula

Cara membuatnya:
1. Campurkan tepung beras dan santan, tambahkan gula, aduk rata, dan masak hingga mengental.
2. Masukkan adonan ke dalam daun pisang, taruh sepotong pisang di atasnya, lalu tutup pisang dengan adonan lagi.
3. Kukus kue Nagasari hingga matang.

Selamat mencoba membuat kue Nagasari dan selamat merayakan bulan Muharam dengan berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan di masjid dan surau. Semoga kita semua mendapatkan berkah dan keberkahan di awal tahun hijriyah ini.


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews