Harga TBS Sawit di Riau Turun Jadi Rp 2.246 Per Kilogram

Harga TBS Sawit di Riau Turun Jadi Rp 2.246 Per Kilogram

Harga TBS Sawit di Riau turun. (Foto: Antara)

Pekanbaru, Batamnews - Gubernur Riau Syamsuar mengakui telah mendapat laporan dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau terhadap perkembangan harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit.

Sebelumnya tim penetapan harga TBS Sawit Provinsi Riau merujuk surat Penetapan Harga TBS Kelapa Sawit Provinsi No. 21 periode 31 Mei-6 Juni 2023, telah menyepakati harga sawit Riau umur 10-20 tahun turun Rp 43,67/kg menjadi Rp 2.246,64/ kg.

“Tadi Kepala Dinas Perkebunan sudah sampaikan ke saya, harga sawit diperkirakan turun lagi,” kata Syamsuar di Komplek Kantor Gubernur Riau, Senin (5/7/2023).

Baca juga: Jamselinas XII Batam Buka Pendaftaran Tahap Kedua: Peserta Banyak Penasaran dengan Ikon Batam

Adapun faktor penyebab turunnya harga TBS periode ini karena terjadinya penurunan harga jual Crude Palm Oil (CPO) dari perusahaan yang menjadi sumber data.

Meskipun demikian, orang nomor satu di Riau ini berharap pengusaha sawit yang ada di Riau tidak membeli TBS Sawit masyarakat terlalu rendah, karena akan mempengaruhi perekonomian masyarakat.

"Karena sebagian besar rakyat bergantung pada sawit, tak hanya masyarakat tapi dampak ekonomi Riau juga berpengaruh," imbuhnya.

Ia mengatakan bahwa saat ini ekonomi Indonesia sangat bagus, inflasi juga masih bisa dikendalikan sehingga tidak ada lonjakan harga. Maka dari itu diharapkan tidak terpengaruh dengan adanya permainan dari Uni Eropa yang menilai sawit di Indonesia dan Malaysia melakukan deforestasi.

 

"Ini kan tahun politik, bisa saja Uni Eropa melakukan permainan tidak sehat terhadap Indonesia, karena ekonomi Indonesia bagus," terangnya.

"Dulu di tahun 2018 yang merupakan tahun politik juga kita dihantam, sehingga harga sawit kita anjlok sampai di bawah seribu. Kedepannya kita harapkan hal yang serupa tidak terjadi," harap Syamsuar.

Ia memastikan bahwa Pemerintah Indonesia tidak akan tinggal diam menyusul turunnya harga sawit, yang diduga karena "permainan" Uni Eropa.

Khusus di Riau, Syamsuar dengan tegas menampik bahwa sawit telah mengakibatkan deforestasi. Bahkan perusakan lingkungan.

"Itu sebabnya sejak awal saya sudah menerapkan ekonomi hijau. Ramah lingkungan. Buktinya dalam beberapa tahun terakhir kita boleh dikatakan sudah bebas asap akibat kebakaran hutan," ucap Syamsuar.

Syamsuar juga menyebut bahwa ekonomi hijau ini telah pula mendapat apresiasi. Bahkan dalam dua tahun terakhir Riau berada pada rangking pertama.

"Jadi tuduhan deforestasi atau merusak lingkungan itu tentu tidak benar," pungkas Syamsuar.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews