Menkes Singapura Pilih 'Santai' saat Negaranya Hadapi Gelombang Baru COVID

Menkes Singapura Pilih

Ilustrasi COVID-19 di Singapura. (Foto: Getty Images)

Batam - Kasus harian COVID-19 Singapura kembali melonjak, dari semula di angka seribu-an menjadi 4 ribuan kasus. Meski begitu, pemerintah setempat tampaknya sudah benar-benar berdamai dengan tren fluktuatif kenaikan kasus akibat beragam varian baru.

Tidak ada intervensi seperti kewajiban memakai masker dan vaksinasi lanjutan atau booster, kecuali pada kelompok rentan seperti pengidap komorbid dan mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung, kenaikan kasus tak dibarengi dengan keparahan gejala COVID-19.

Mayoritas dari mereka yang terpapar bergejala ringan. Diakui, ada kenaikan pada tren kasus rawat inap COVID-19, tetapi seluruhnya masih dalam fase terkendali.

Wajar, menurut Ong, jika kasus COVID-19 terus bermunculan. Ia meyakini, ini adalah ciri dari karakteristik virus masuk fase endemi.

"Jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, naik dari 80 menjadi 220 selama sebulan terakhir, juga jauh di bawah yang terlihat selama periode krisis. Penerimaan perawatan intensif juga tetap stabil dan rendah, dengan kurang dari 10 pasien pada satu waktu selama sebulan terakhir," kata Menkes Ong.

Ia menjelaskan bahwa peningkatan kasus ini merupakan bagian dari dampak menurunnya antibodi yang sebelumnya terbentuk secara alami dari infeksi ataupun vaksinasi sehingga menyebabkan sejumlah orang terinfeksi ulang dan menyebabkan peningkatan kasus.

Saat ini, Kementerian Kesehatan Singapura mendata sejumlah varian yang beredar, yakni XBB, XBB.1.5, XBB.1.9, XBB.1.16 atau Arcturus, XBB.2.3, BN.1, CH.1.1. Di antara subvarian tersebut, tidak ada varian yang disebut dominan.

"Apa yang terjadi adalah demonstrasi yang jelas tentang seberapa jauh kita telah melangkah. Bahkan selama gelombang infeksi COVID-19, seperti sekarang, kita tetap menjalani hidup secara normal, tidak disibukkan dengan angka infeksi, dan tidak terus menerus membicarakannya. Seperti inilah seharusnya endemisitas," pungkas Ong.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews