Kepulauan Solomon Negara dengan Tarif Listrik Termahal di Dunia, per KWh Rp 10 Ribu

Kepulauan Solomon Negara dengan Tarif Listrik Termahal di Dunia, per KWh Rp 10 Ribu

Bendera negara Kepulauan Solomon. (Foto: Alibaba)

Honiara - Kepulauan Solomon dikenal sebagai negara dengan tarif listrik termahal di dunia. Salah satu faktor utamanya adalah letak geografisnya yang sulit untuk mendapatkan akses listrik. 

Pelaksana Tugas Kepala Eksekutif Solomon Power, Martin Sam mengatakan, faktor geografis negara dengan jumlah penduduk 700.000 jiwa yang tersebar di ratusan pulau menjadi salah satu alasannya.

“Faktor lainnya adalah sumber listrik karena 98 persen pembangkit listrik berbahan bakar solar. Itulah penyebab utama mahalnya harga listrik di negeri ini,” katanya seperti dikutip dari ABC News, Sabtu (15/4/2023).

Ia mengatakan, faktor pembiayaan juga menyebabkan hanya sekitar 15 hingga 20 persen penduduk pulau yang memiliki akses listrik.

Sementara itu, Anggota Parlemen Kepulauan Solomon, Peter Kenilorea mengatakan, faktor tersebut menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi negara dan pengaruh tarif listrik yang tinggi berdampak besar bagi masyarakat.

Kepulauan Solomon saat ini tercatat sebagai negara dengan tarif listrik termahal di dunia, berada di atas negara Pasifik lainnya, Vanuatu dan Kepulauan Cook.

Penelitian yang dirilis pada Desember 2021 menganalisis 230 negara dan menemukan rata-rata biaya listrik di Kepulauan Solomon A$1,03 (sekitar Rp10.000) per KWh.

Dia mengatakan, korupsi dan kurangnya kemauan politik menghambat kebijakan energi di negara ini.

Direktur Departemen Energi Kepulauan Solomon, John Korinihona, sebaliknya, menolak tudingan korupsi atau kepentingan pribadi sebagai penyebab tingginya tarif listrik negara itu.

Menurutnya pemerintah Solomon berupaya menurunkan tarif listrik untuk membantu meringankan biaya hidup masyarakat.

“Proyek PLTA Sungai Tina sekitar 20 kilometer tenggara Honiara juga sedang dibangun dan akan beroperasi pada 2025 atau 2026. Bila sudah selesai akan menyediakan 93 persen jaringan listrik Honiara atau 82 persen dari seluruh pembangkit listrik sehingga mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap solar,” ujarnya.

Warga bernama Peter Bae berharap proyek ini akan memudahkan masyarakat untuk mengakses listrik dengan lebih murah.

“Kalau ada listrik, anak-anak lebih mudah belajar di malam hari daripada sekarang mengerjakan tugas sekolah dalam gelap,” ujarnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews