Banjir Jadi Momok Kota Batam, Kadis Bina Marga Pusing Solusinya Kemahalan

Banjir Jadi Momok Kota Batam, Kadis Bina Marga Pusing Solusinya Kemahalan

Banjir di kawasan melchem, Kota Batam. (dok. Batamnews)

Batam, Batamnews - Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur Kota Batam, masalah banjir yang kian banyak titiknya bikin pusing Pemko Batam.

Kepala Dinas Bina Marga Kota Batam, Suhar mengatakan masalah banjir harus diselesaikan dan hulu hingga hilir. 

Terobosan pun dikatakannya sudah disiapkan. Namun ia masih memusingkan anggaran teknologi yang terbilang mahal. Di lain sisi, potensi banjir makin bertambah ruwet dengan semakin banyaknya titik-titik baru genangan.

"Cara mengatasinya harus secara komprehensif dari hulu ke hilir. Hulunya yakni bagaimana kita mengurangi air hujan menjadi air permukaan. Lalu, hilirnya ialah pembenahan drainase," kata dia, Jumat (14/4/2023).

Faktor utama banjir yang kerap melanda Batam, bagi Suhar, ialah kelebihan debit air yang tak bisa dialirkan secara sempura oleh drainase. 

Suhar menambahkan, dari catatan pihaknya ada sebanyak 42 titik langganan banjir yang ada di Batam. Rata-rata area yang masuk dalam titik tersebut merupakan wilayah bantaran banjir.

"Dari 42 titik banjir ini merupakan area bantaran banjir. Itu adalah wilayah yang aktivitasnya untuk kegiatan sementara seperti bercocok tanam dan sejenis," ujar dia.

Seperti kawasan Marina, Batuaji. Itu, lanjut Suhar, harusnya bukan area pemukiman, sebab wilayah tersebut merupakan area bantaran banjir. 

"Memang kita memahami kalau Batam ini populasi penduduknya meningkat setiap tahun, sehingga dibutuhkan lahan untuk tempat tinggal. Maka dari itu, wilayah bantaran banjir ini kemudian dijadikan lahan budidaya yang termasuk pemukiman di dalamnya. Tapi ini juga harus diimbangi dengan infrastruktur drainase yang baik," katanya.

Infrastruktur mahal

Balik lagi ke persoalan banjir dan upaya pengecegahannya. Dijelaskannya, secara teknis harus dihadapi dengan infrastruktur drainase yang mahal.  Karena ketika elevasinya tidak bisa membuang ke laut, maka harus dilakukan pemompaan. 

"Harus ada alat pompa banjir seperti di Jakarta. Sementara kita belum ada. Itu harganya cukup mahal. Ini jadi salah satu opsi yang kita amati," ujar Suhar.

Lalu, ada juga masalah lain yang dianggap remeh-temeh seperti drainase yang tak begitu lebar dan juga saluran air yang tersumbat. "Nah, kalau itu kita yakin bisa menyelesaikannya. Fokus utama kita saat ini bagaimana setidannya untuk meminimalisirnya," katanya.

Setiap tahun, Bina Marga ditugaskan mengurai dua sampai empat titik banjir dari 42 titik yang ada. Setiap wilayah maupun area, titik banjir itu berbeda penanganannya. 

"Kita harus cari data itu. Setelah itu baru kita dapat merancang langkah-langkah guna mengurai titik-titik banjir itu. Sampai 2026 kita targetkan selesai 42 titik banjir itu," kata Suhar.

Ditambahkan Suhar, dinasnya bekerja sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam rencana pembangunan itu, terdapat pula di dalamnya pengendalian banjir di Batam. 
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews