Cerita Anak 11 Tahun Kehilangan Kedua Orang Tua saat Tragedi Kanjuruhan Malang

Cerita Anak 11 Tahun Kehilangan Kedua Orang Tua saat Tragedi Kanjuruhan Malang

Suasana kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan.

Malang - Pasangan suami-istri Muhammad Yulianto (40) dan Devi Ratna S (30) menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan Malang. Sementara anak laki-lakinya, Muhammad Alfiansyah (11) berhasil selamat setelah terpisah dari kedua orang tuanya.

Adik korban, Doni yang juga menyaksikan laga Arema FC dan Persebaya Surabaya, awalnya menemukan adik iparnya, Devi Ratna S. Dia mengenali celana adiknya saat dibopong oleh suporter lain. Saat ditemukan kondisi Devi sudah meninggal dunia.

"Ada yang menggotong dari suporter lain. Saya lihat celananya kok Mbak Iparku, ternyata benar," kata Doni di rumah duka Jalan Bareng Raya 2, Kelurahan Bareng, Kota Malang, Minggu (2/10/2022).

Baca juga: 3 Hal yang Disorot di Tragedi Kanjuruhan

Setelah menata jenazah, Doni bergegas mencari suami Devi, karena memang saat berangkat mereka bersama-sama. Tidak begitu jauh dari posisinya, dia melihat kakaknya diangkat suporter.

Kapolri Jenguk Korban Tragedi Kanjuruhan di Malang

"Setelah itu spontan saya mencari suaminya. Saya lihat ada yang dibopong suporter dan saya lihat benar juga, itu mas saya," ungkapnya.

Doni bersama tetangganya selanjutnya mengumpulkan jenazah keduanya di sekitar pintu 14. Doni masih kebingungan mencari Muhammad Alfiansyah anak dari pasangan tersebut.

Baca juga: Dalih Polisi Gunakan Gas Air Mata Tangani Suporter di Stadion Kanjuruhan Malang

Tidak lama kemudian Doni menemukan Alfiansyah. Karena saat terjadi desak-desakan terpisah dan diselamatkan polisi. Alfiansyah sendiri saat itu belum mengetahui kalau kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

"Sama polisi dibawa keluar. Saya tanya mamamu di mana? Dia jawab di dalam," ungkapnya.

Jenazah keduanya sempat dibawa ke medis stadion dan dinyatakan meninggal dunia. Sekitar satu jam jenazah menunggu dibawa ke rumah sakit dengan truk polisi.

Jenazah dibawa ke Rumah Sakit Teja Husada sebelum kemudian dibawa pulang, Minggu (2/10) dini hari. "Kemungkinan karena desak-desakan terjatuh. Ada lebam di mata dan bibir," terangnya.

 

Saat kejadian, kata Doni, korban menonton antara papan skor dan pintu 11. Korban kemungkinan terjatuh dari tangga di pintu keluar.

Awalnya polisi menembakkan gas air mata ke lapangan saat suporter ricuh. Polisi juga menembak ke arah tribun atas.

"Otomatis semburat lari keluar. Desak-desakan akhirnya banyak korban itu. Terutama kakak saya juga," ungkapnya.

Doni memastikan sebelum ditembakkan gas air mata, tribun 14 masih kondusif. Tetapi kemudian meluncur tembakan gas air mata hingga membuat penonton berhamburan.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews