TV Analog Bisa Jadi Bukti Awal Mula Terciptanya Alam Semesta

TV Analog Bisa Jadi Bukti Awal Mula Terciptanya Alam Semesta

Ilustrasi. Foto: Getty Images/Cavan Images RF/Cavan Images

Batam - Kalian bisa membuktikan kebenaran akan teori Big Bang terkait awal mula terciptanya alam semesta. Tidak perlu jauh-jauh, sebab dengan terjadinya semut di TV analog jadi penandanya.

 

Istilah gambar semut yang terjadi di TV mengacu saat visual yang ditampilkan tidak jelas, justru tampak buram. Selain di TV analog, ini juga terjadi pada pita kaset Video Home System (VHS). Semut di TV digital juga ada namun terlihat lebih mulus dan tidak terlalu acak dikarenakan kuantisasi yang bersifat inheren.

Peneliti Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengungkapkan pola acak tersebut adalah hasil dari derau (noise) elektromagnetik yang tertangkap oleh antena penerima.

Selain gambar semut di TV, bukti kebenaran teori big bang ini juga dapat terlihat pada noise di radio.

Peneliti Pusat Sains dan Antariksa Lapan, Andi Pangerang mengatakan banyak sumber derau elektromagnetik yang menghasilkan pola tampilan statik seperti ini. Derau atmosfer adalah sumber yang paling dominan.

"Derau atmosfer mencakup sinyal-sinyal elektromagnetik yang tercipta 'fosil' big bang berupa CMB (Cosmic Microwave Background) atau radiasi kosmik yang dapat kita observasi saat ini dan atau derau gelombang radio berskala lokal dari perangkat elektronik lain di dekatnya," ujar Andi dalam situs LAPAN seperti dilihat, Minggu (3/7/2022).

Meskipun, kata Andi, sebenarnya perangkat tampilan itu sendiri juga merupakan sumber derau karena adanya produksi derau termal (suhu) yang berasal dari transistor pertama pada sirkuit elektronik di dalamnya yang langsung terhubung dengan antena.

"CMB ini menjadi bukti kuat tentang kebenaran teori Big Bang sebagai awal terciptanya alam semesta. CMB dapat menyebar ke segara arah di penjuru alam semesta dan tak terkait dengan bintang, galaksi, atau benda langit manapun," jelasnya.

Saat alam semesta masih muda, ukurannya masih kecil dan lebih panas dibandingkan dengan saat ini dan terisi oleh radiasi serbasama (isotropis) dari kabut plasma hidrogen putih yang panas.

"Proses ini terjadi sebelum bintang dan planet terbentuk seperti saat ini. Begitu alam semesta mengembang, plasma, dan radiasi yang mengisinya mendingin. Saat sudah dingin, proton dan elektron dapat membentuk atom netral," tutur Andi.

"Atom netral tersebut tak lagi dapat menyerap radiasi termal dan alam semesta menjadi transparan alih-alih berkabut. Kosmolog menyebut masa pembentukan atom netral pertama sebagai masa rekombinasi," ucapnya menambahkan.

CMB sendiri baru teramati secara tidak sengaja pada tahun 1965, ketika dua astronom asal AS, Arno Penzias dan Robert Wilson sedang melakukan riset untuk memperbaiki data komunikasi guna kepentingan industri.

Mereka, seperti dikisahkan Andi, menggunakan teleskop radio ultrasensitif untuk menangkap sinyal satelit. Anehnya, mereka menemukan derau radio yang membuat mereka menjadi bingung.

Awalnya, mereka mengira derau itu disebabkan kawanan burung yang hinggap di teleskop mereka. Tetapi, setelah burung dan kotoran dihilangkan, derau tersebut masih ada. Berkat penemuan CMB, kedua astronom tersebut mendapatkan penghargaan Nobel dalam bidang fisika pada tahun 1978.

"Hingga saat ini radiasi kosmis dari big bang dapat dirasakan, di antaranya ketika berada di tempat sunyi, kuping menjadi berdenging sesaat, dan bukan dalam waktu yang cukup lama," pungkas Andi.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews