Mayat Serdadu Rusia Berserakan di Jalanan Kota di Ukraina

Mayat Serdadu Rusia Berserakan di Jalanan Kota di Ukraina

Ribuan jasad tentara Rusia dilaporkan terlantar di berbagai jalanan kota di Ukraina yang menjadi zona perang. AFP

Jakarta, Batamnews - Hari-hari pertama musim semi yang cerah di kota Mykolaiv, Ukraina selatan, mengantarkan realita baru yang suram: bau kematian. Mayat-mayat tentara Rusia berserakan di jalanan kota.

Kota Mykolaiv menjadi salah satu ibu kota regional di Ukraina yang diserbu pasukan Rusia di awal-awal invasi pada 24 Februari lalu.

Baca juga: Makin Panas, Rusia Usir Sejumlah Diplomat AS

Gempuran awal Rusia yang tiada habisnya tampak tak membuahkan banyak hasil di kota itu.

Tentara Rusia justru dipukul mundur dari Mykolaiv oleh pasukan Ukraina jelang sebulan invasi berlangsung. Kendaraan tempur, tank-tank yang hangus terbakar hingga jasad-jasad pasukan yang gugur menjadi saksi bisu serbuan Rusia yang dinilai gagal di kota itu.

Memasuki bulan April, pemerintah Ukraina mulai bingung apa yang harus mereka lakukan terhadap jasad-jasad tentara "musuh" itu yang semakin banyak bertebaran di berbagai wilayah zona perang, tak hanya di Kota Mykolaiv.

Sementara itu, Rusia bak tak peduli dengan para tentara yang telah mengorbankan nyawa mereka atas nama perintah negara menyerbu negara lain.

Dalam sebuah video pada pekan lalu, Gubernur Mykolaiv, Vitaly Kim, meminta penduduk setempat membantu mengumpulkan mayat-mayat tentara Rusia dan memasukannya ke dalam kantong jenazah.

"Kita bukan binatang kan?" kata Kim dikutip CNN, Rabu (23/3).

Baca juga: Kapal Perang Rusia Bombardir Mariupol Ukraina dari Laut Azov

Kim mengatakan, pasukan Rusia lari dan meninggalkan jenazah rekan-rekan mereka yang hangus di medan perang.

"Ada ratusan dari mereka (jasad tentara Rusia), di seluruh wilayah," lanjut Kim saat mengirim foto mayat-mayat kepada CNN.

Kim telah menyerukan agar mayat-mayat itu ditempatkan di kotak pendingin dan dikirim kembali ke Rusia agar diidentifikasi melalui tes DNA.

Salah satu gambar awal yang paling mengenaskan dari perang di Ukraina adalah seorang tentara Rusia yang tewas, wajah dan tubuhnya tertutup oleh debu salju yang baru turun.

Gambar tersebut diambil oleh jurnalis foto New York Times, Tyler Hicks. Ia menangkap anonimitas dari 150.000 orang Rusia yang dikirim untuk memerangi tetangga mereka.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengklaim tentara Rusia mengirim krematorium keliling untuk membakar mayat anggotanya.

Baca juga: Rusia Pakai Rudal Hipersonik Terbaru Serang Ukraina

"Pasukan Rusia sekarat di sini, tidak ada yang memperdulikan mereka, orang-orang yang sekarat dalam perang ini. Tahukah Anda? Mereka membawa kotak kremasi. Mereka tak akan mengembalikan jasad-jasad ini kepada keluarga. Mereka (Rusia) tidak akan memberi tahu para ibu yang anak-anaknya meninggal di sini usai berperang," kata Zelensky kepada wartawan dalam konferensi peres pada 3 Maret lalu.

Di hari yang sama Kereta Api Ukraina milik negara, Ukrzaliznytsia, menyatakan menyokong 20 mobil berpendingin untuk memindahkan tentara Rusia yang tewas dari beberapa daerah, termasuk Odesa.

Beberapa hari kemudian, bos Ukrzaliznytsia, Oleksandr Kamyshin, mengatakan Rusia tidak pernah datang menjemput jasad-jasad tentaranya ini.

"Demi propaganda 'kemenangan', mereka siap merampas kesempatan para ibu bahkan untuk menguburkan jenazah anak-anak mereka," tulis Kamyshin di pesan Telegram pribadi.

Kini musim dingin telah beralih ke musim semi. Memasuki April, suhu rerata Ukraina naik menjadi sekitar 10 derajat celsius. Hal ini pun memperburuk situasi di Ukraina, terutama terkait tumpukan jasad tentara Rusia yang masih terlantar di mana-mana.

Baca juga: AS Ingatkan China soal Konsekuensi Jika Dukung Invasi Rusia

"Masalah soal jasad tentara Rusia sangat besar. Ada ribuan. Sebelum perang, cuacanya dingin, tidak apa-apa tapi sekarang kami punya masalah karena orang Rusia tak mau mengambil mayatnya," kata Andrusiv.

Ia betul-betul tidak tahu apa yang akan pemerintah Ukraina lakukan dalam beberapa minggu ke depan dengan mayat-mayat itu.

 

Hingga kini masih belum jelas bagaimana atau apakah sisa-sisa tentara itu dipulangkan ke Rusia atau tidak, menyusul informasi jumlah korban yang tak pernah jelas dari Moskow.

Rusia bahkan menutup informasi soal realitas perang, termasuk akses pada jumlah korban dan kerugian dari pihaknya.

Jumlah pasti tentara Rusia yang tewas di Ukraina masih menjadi misteri. Per Senin (21/3), Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan hanya 498 personel tewas.

Angka ini berbeda dengan laporan media Rusia pro-pemerintah, Komsomolskaya Pravda, yang secara tak sengaja menerbitkan laporan Kemhan Rusia yang menuturkan bahwa personel yang tewas di Ukraina telah mencapai 9.861 pada pekan lalu.

Namun, tak lama setelah rilis, Komsomolskaya Pravda, menghapus laporannya dan mengklaim mengalami peretasan yang memalsukan data kematian.

Akan tetapi, laporan tabloid Rusia itu sesuai dengan perkiraan Amerika Serikat dan NATO, yang menyebut korban tewas di pihak Rusia mencapai 3.000 hingga 15.000 personel.

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, langsung mengonfirmasi yang menunjukan Rusia memang membatasi soal jumlah korban tewas.

"Sejauh menyangkut angka, kami setuju. sejak awal kami tidak membocorkan informasinya," kata dia.

Pemerintah Ukraina sejauh ini masih menunggu permintaan dari otoritas Rusia untuk memulangkan jenazah.

Wakil Perdana Menteri Ukraina mengatakan masalah pengumpulan dan identifikasi jasad tentara telah dibahas dalam pertemuan antara Perdana Menteri Denys Shmyhal dan presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Peter Maurer, pada pekan lalu.

Namun, ICRC belum mengonfirmasi apakah itu membantu Ukraina dalam mengembalikan jenazah tentara Rusia ke negara asal mereka, sesuai hukum internasional.

Terlepas dari mekanisme penanganan jenazah tentara Rusia, asumsi soal skala kerugian pasukan Rusia mulai beredar di media dalam bentuk video maupun laporan.

Pada 18 Maret lalu, layanan Belarus Radio Free Europe/Radio Liberty, organisasi media yang didanai AS, merilis foto konvoi ambulans Rusia yang tiba di rumah sakit lapangan di Belarus selatan, dekat perbatasan Ukraina. Mereka kemudian melaporkan bahwa kamar mayat di daerah itu penuh.

Lalu pada 21 Maret, The Kyiv Independent melaporkan unit tanggap darurat Ukraina menggali kubur untuk memakamkan tentara Rusia di pemakaman komunal tak bertanda di Rusaniv, sebuah desa di sebelah timur Kyiv.

Mayat-mayat itu sebelumnya hanya menumpuk begitu saja tanpa dokumen identifikasi atau ID.

Informasi yang betul-betul dibatasi Kremlin membuat media Rusia mau tak mau mengekor. Apalagi mereka punya payung hukum yang bisa mengkriminalisasi data yang berbeda dengan pemerintah.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews