Terkuak, Riset Ungkap Alasan Banyak Pasien Alami Long Covid-19

Terkuak, Riset Ungkap Alasan Banyak Pasien Alami Long Covid-19

ilustrasi

Jakarta, Batamnews - Riset baru-baru ini menunjukkan hampir 60 persen pasien Long Covid-19 mengalami kerusakan saraf, disebabkan oleh respons imun yang rusak. Para peneliti AS melaporkan hasil studi pada Selasa (1/3/2022).

Penelitian ini melakukan pemeriksaan mendalam pada 17 pasien Long Covid-19. Pasien Long Covid umumnya mengeluhkan gejala berkepanjangan selama dua bulan, keluhan muncul setelah lebih dari tiga bulan dinyatakan negatif atau sembuh dari Covid-19.

Baca juga: Ciri-ciri Terinfeksi Omicron dan Long Covid

"Saya pikir apa yang terjadi di sini adalah saraf yang mengontrol hal-hal seperti pernapasan, pembuluh darah, dan pencernaan kita dalam beberapa kasus di pasien long Covid," kata Dr Anne Louise Oaklander, ahli saraf di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan seorang ahli saraf di Rumah Sakit Umum Massachusetts.

Sebanyak 30 persen orang terpapar Covid-19, diyakini berisiko mengalami long Covid-19. Gejalanya kerap dimulai dengan sering merasa lelah, detak jantung terasa cepat, sesak napas, gangguan kognitif, nyeri kronis, kelainan sensorik, bahkan hingga kelemahan otot. Hal inilah yang diyakini berkaitan dengan efek kerusakan saraf akibat gangguan respons imun usai terpapar Covid-19.

Oaklander dan rekan peneliti lainnya berfokus pada pasien dengan gejala yang konsisten mengeluhkan gangguan atau kerusakan saraf, dikenal sebagai neuropati perifer. Semua kasus kecuali satu pasien yang mengalami ini, sebelumnya hanya merasakan gejala Covid-19 ringan, tidak ada dari mereka yang memiliki riwayat kerusakan saraf sebelum terpapar Covid-19.

"Kami melihat sebagian besar memiliki neuropati serat kecil, kerusakan pada serat saraf kecil yang mendeteksi sensasi dan mengatur fungsi tubuh yang tidak disengaja seperti sistem kardiovaskular dan pernapasan," terang peneliti.

Baca juga: Ini 9 Gejala Long Covid yang Ditemukan Peneliti

Temuan ini sejalan dengan dengan penelitian Juli lalu, dianalisis Dr Rayaz Malik dari Weill Cornell Medicine Qatar. Ia menemukan hubungan antara kerusakan serat saraf di kornea dan efek long Covid-19.

Dalam studi saat ini, 11 dari 17 pasien diobati dengan steroid atau imunoglobulin intravena (IVIG), pengobatan standar untuk pasien dengan kerusakan serat saraf kecil yang disebabkan oleh respons imun. Beberapa membaik, meskipun tidak ada yang sembuh.

"Ada kemungkinan imunoterapi dapat membantu," kata Dr Avindra Nath, seorang ahli neuroimunologi di Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke dan rekan penulis studi.

"Bagi saya, ini menunjukkan bahwa kita perlu melakukan studi prospektif yang tepat terhadap pasien dengan keluhan ini," terang ahli yang meneliti obat dalam uji coba secara acak, kata Nath.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews