Mengenal Aseng, Penulis Doa dalam Lampion di Vihara Batam

Mengenal Aseng, Penulis Doa dalam Lampion di Vihara Batam

Aseng, saat hendak mulai menggoreskan doa dalam sebuah lampion di Vihara Budhi Bhakti, Batam. (Fotot: Juna/batamnews)

Batam, Batamnews - Perayaan Tahun Baru Imlek 2022 telah berlalu. Namun, suasana kemeriahan tahun baru masih terasa di hari kedua tahun Macan Air ini .

Sama seperti perayaan keagamaan tahunan lain, Imlek pun berlangsung meriah gegap gempita. Banyak ornamen serba merah, mulai dari angpau hingga busana.

Pernak-pernik lain seperti lampion juga tak dapat lepas dari Imlek. Namun benda bulat bukan hanya sebatas hiasan belaka, melainkan ada doa yang dipanjatkan.

Beralih ke tempat peribadatan. Saat Imlek, Vihara Budhi Bhakti yang terletak di bilangan Windsor, Nagoya, Kota Batam, Kepulauan Riau menjadi sorotan. 

Vihara itu ternyata jadi yang tertua di Bandar Dunia Madani. Sudah ada sejak tahun 70an.

Di dalam vihara itu, ada seorang pria tua. Duduk menyingsing celana gombrangnya sambil memegang kuas cat berukuran mini. Keningnya berkerut, mungkin sedang fokus atau berpikir. Bisa jadi juga dia sedang menahan sakit kepala.

Ia tampak sedang mengutak-atik lampion. Memberikan sentuhan seni disetiap sisi. Ya, ternyata dia seorang petugas di Vihara Budhi Bakti yang telah mendarmabaktikan dirinya selama puluhan tahun.

Namanya Aseng, usianya menginjak 70 tahun lebih. Ia merupakan penulis atau bisa disebut pelukis lampion. Sudah sekitar 20 tahun ia menggeluti profesi itu.

Yang ia lukis bukanlah lanskap pemandangan atau gambar yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi. Ia hanya melukis tulisan dengan aksara Cina.

Bukan hanya tulisan biasa, tapi ada makna yang dikandung. Ia menuliskan doa dari para pemesan lampion untuk digantungkan di dalam Vihara Budhi Bhakti.

"Sebentar, aku lupa apa yang mau aku tulis di sini (lampion)," kata Aseng.

Dalam sehari, Aseng hanya mampu melukis 2 lampion saja. Bayangkan, ada ratusan lampion yang dipesan beserta doa-doa. Untung saja dia tak sendirian, ada beberapa pengrajin lain di vihara tersebut.

Saat ditanya berapa penghasilan yang didapat, dia enggan menjawab. Persoalannya bukan tentang uang, namun baginya itu terdapat berkah tersendiri.

"Kita tulis doa. Setidaknya kita ini seperti penyambung dengan Sang Pencipta. Kalau mau cari uang, ya, lebih baik aku jadi pengusaha," kata Aseng dengan dialek Tionghoa yang kental.

Ia tampak telaten dengan setiap lekukan aksara yang ditulis. "Ini artinya minta hidup lebih sejahtera dan sehat selalu," katanya sambil menunjukkan hasil karyanya itu.

Sementara itu, ada hal lain yang jadi kerisauan baginya. Yakni minimnya minat orang-orang sekarang untuk menjadi penerus sepertinya, atau bisa dibilang cikal bakal sang penulis doa di vihara.

"Sekarang orang mau macam gini sudah tak ada lagi. Nanti kalau kami di sini, yang tua-tua ini udah tak sanggup, macam mana? Susah, kan," ujar Aseng.

Aseng merupakan satu dari sekian banyak orang yang berperan dalam kemeriahan Imlek di Batam. Sepele jika melihat dia hanya seorang penulis doa, tapi bermakna dan diperlukan.
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews