Polri Duga Syam Organizer Jadi Pengumpul Dana Teroris Termasuk di Batam

Polri Duga Syam Organizer Jadi Pengumpul Dana Teroris Termasuk di Batam

Kantor Syam Organizer.

Batam, Batamnews - Nama lembaga amal Syam Organizer belakangan menjadi sorotan, karena diduga mendanai aktivitas kelompok teroris jemaah Islamiyah (JI). Hal itu terkuak bersamaan dengan penangkapan sejumlah anggotanya oleh Dentasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.

Lembaga yang bergerak pada bidang kemanusiaan dengan menggalang dana dari masyarakat untuk meraih simpati masyarakat bermarkas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan 21 kantor cabang tersebar di seluruh Indonesia.

Baca juga: Peran 4 Tersangka Teroris yang Dibekuk Densus di Batam

Seperti dikutip dari laman Syam Organizer, disebut kantor Syam Organizer ada di Medan, Batam, Pekanbaru, Jabobeka, Banten, Bandung, Cilacap, Banyumas, Magelang-Yogyakarta, Semarang, Solo, Kudus, Pacitan, Ambon, Poso, Palu, Makassar, Balikpapan, Pontianak, NTB, dan Padang.

"Syam organizer merupakan yayasan amal milik organisasi jemaah Islamiah yang berkantor pusat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan pembentukan Syam Organizer tersebut untuk menggalang dana," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan, Senin (16/8/2021) lalu.

Setelah diketahui adanya hubungan antara Syam Organizer menjadi lembaga pendanaan kelompok teroris JI, secara satu persatu para anggota mereka di ringkus Densus 88. Terbaru, tiga orang berinisial AG, WF, dan YU yang ditangkap di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (16/12) kemarin.

Dari hasil pemeriksaan, terungkap keterlibatan mereka dalam organisasi penggalangan dana Syam Organizer. Dengan AG selaku Mantan Ketua Syam Organizer periode tahun 2021, sampai akhirnya organisasi yang berdiri sejak 2013 dibubarkan.

Lalu, WF yang juga peserta Rakernas, pernah menjabat sebagai Sekretaris Syam Organizer periode tahun 2016, juga pada 2018 sampai 2021 menduduki posisi Bendahara Syam Organizer. Sementara YU pernah menjabat sebagai mantan Ketua Syam Organizer periode tahun 2018-2020.

Mereka bertiga pun tercatat pernah menghadiri Rakernas di Jogjakarta. Dimana rapat tersebut diketahui jika uang dari Syam Organizer turut disetorkan untuk program Khidmad dalam pemenuhan para Matlubin dan Masjunin yang dilakukan oleh Baitul Ma’al, untuk dana apabila JI dalam situasi darurat

"Sebagai perwakilan yang menyerahkan dana rata-rata Rp100 juta secara tunai. Dana tersebut 50 persen dimasukkan ke dalam kas Syam Organizer Pusat secara resmi, dan 50 persen dimasukkan ke dalam brankas khusus untuk dijadikan stok apabila ada permintaan dari jemaah Islamiyah," kata Ramadhan, dalam keterangannya, Sabtu (18/12/2021).

Polri pun telah membeberkan bagaimana lembaga ini turut mendulang uang dari hasil simpati masyarakat, dengan membawa isu bantuan untuk Palestina hingga pembangunan rumah di Suriah. Seperti Save Children Out Some di Suriah dan Palestina.

Kemudian, Winter Aid Project memberikan kayu bakar, jaket dan membangun rumah-rumah di Suriah. Termasuk galangan dana kurban peduli Syam. Ramadhan Peduli Syam, Syam Bread Factory, kemudian emergency release, dan Syam Productive Assistance.

"Bentuk penggalangan dana Syam Organizer atau SO, yang pertama water for some dengan cara dropping air bersih ke Palestine dan memiliki 3 sumur air di Suriah," ujarnya.

Selanjutnya: Kumpulkan Miliar Rupiah...

 

Di sisi lain, Densus 88 juga mengungkap hasil pendapatan dari badan lembaga pendanaan kelompok teroris jemaah Islamiyah (JI), seperti dari Syam Organizer yang tergabung dalam Yayasan Syam Amal Abadi bersama Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Abdurrahman bin Auf (LAZ BM ABA), dalam setahun bisa mencapai Rp15 miliar.

"Contohnya Syam Abadi ini dalam pemeriksaan terungkap bahwa pendapatannya hampir sekitar Rp15 miliar per tahun," tutur Aswin di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (25/11/2021).

Menurut Aswin, hitungan tersebut tidak termasuk pengumpulan dana dari sel terputus lainnya yang diketahui sengaja dilakukan untuk menghindari pencatatan formal. Sementara untuk LAZ BM ABA, jumlah dana yang dikumpulkan pun tidak jauh berbeda.

"Ada yang mengatakan sekitaran Rp14 gitu ya, tapi sekitar Rp15 miliar per tahun dan di BM ABA juga tidak jauh beda itu sekitaran Rp14 miliar per tahun," jelas dia.

Adapun dari pengungkapan LAZ BM ABA ada 14 terduga teroris yang ditangkap. Sementara untuk Syam Organizer ada 10 terduga teroris yang ditangkap.

Bahkan, tidak cuman itu saja. Densus 88 juga menyakini jika dari sejumlah lembaga pendanaan JI, dalam setahun kelompok teroris itu bisa mengumpulkan hampir Rp70 miliar dalam setahun yang didapat melalui yayasan pendana.

"Ada yang bilang (keterangan tersangka) bisa sampai Rp70 miliar setahun sebenarnya (keuntungan)," kata Aswin.

Aswin mengatakan dana tersebut masih perlu didalami, karena sejauh ini penyidik belum mendapatkan bukti otentik, lantaran mekanisme pendanaan jaringan yang terputus. "Tapi kami tidak punya bukti itu dalam konteks pemeriksaan laporan begitu," kata Aswin.

Selanjutnya: Struktur Organisasi...

 

Selain pendapatan, Densus 88 juga telah mengetahui alur pendaan yang dilakukan Syam Organizer terhadap organisasi teroris jemaah Islamiyah (JI) mulai dari kepala kelompok, bendahara, hingga pelatihan para pendakwah dalam rangka mempertahankan eksistensi kelompok.

Baca juga: Sosok M Kepsek MI di Sagulung Batam yang Jadi Terduga Teroris

"Bahwa ada sumber internal ada sumber eksternal. Tapi mungkin dulu di zaman al Qaeda, sumber pendaannya dari luar, namun setelah dibekukan aset-asetnya oleh PBB, sehingga mereka harus mencari sumber dana sendiri," tutur Aswin.

Karena fokus mencari dana dari dalam negeri, ada dugaan kuat jika Syam Organizer yang merupakan bagian dari Yayasan Syam Amal Abadi dan Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Abdurrahman bin Auf (LAZ BM ABA) menjadi juru utama masuknya dana bagi kelompok JI.

Dimana hal itu diketahi, setelah terduga teroris FS selaku Ketua Baitul Maal (BM) Abdurrahman bin Auf (ABA) ditangkap. Barulah tergambarkan, bagan struktur organisasi JI. Di mana Amir JI langsung membawahi Bendahara Pusat yang menerima berbagai dana untuk aktivitas terorisme dari BM ABA melalui kurir, termasuk Syam Organizer.

"Ini disederhanakan dari dokumen yang kita dapat. Kemudian ada bidang tajhiz atau (dan) bidang dakwah di bawah bendahara pusat. Ini adalah lapisan yang menggerakkan semua organisasi. Jadi dari, dan ini yang tidak kita kenal nih," jelasnya.

Aswin mengatakan, bidang tajhiz membawahi BM ABA selaku salah satu dari lembaga-lembaga legal yang dibuat JI. Kemudian bidang dakwah membawahi Yayasan Syam Amal Abadi yang membuat beragam yayasan formal, seperti SO dan One Care.

"Kemudian di sebelahnya lagi (di bawah bidang dakwah) ada yayasan madina, kalau mungkin di organisasi seperti steering committee. Jadi kalau pihak sana perlu fund rising, maka pihak sini menyiapkan orang-orang atau dai yang akan berceramah. Jadi yang di sini menyiapkan materi, menyiapkan orang-orangnya," kata Aswin.

Aswin melanjutkan, terduga teroris FS bergerak mengumpulkan dana melalui sejumlah organisasi yang dibawahinya dan kemudian kembali menyetorkan ke struktur atas. Dengan menggunakan kurir maupun langsung disetorkan oleh para pimpinan lembaga tersebut.

Selanjutnya: Tidak Terdaftar di Kemenag Yogyakarta...

 

Lebih lanjut, jika Densus 88 juga sempat menggeledah kantor Syam Organizer yang berada di Jalan Suryodiningratan nomor 605, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Minggu (4/4/2021). Dari situ diketahii jika lembaga amal ini tisak terdaftar di Kemenah Yogyakarta.

Kepala Kanwil Kemenag Kota Yogyakarta, Nur Abadi mengatakan, hingga saat ini Syam Organizer belum tercatat di Lembaga Amil Zakat (LAZ).

"Belum itu (terdaftar di LAZ). Kita kaget selama ini tidak ada laporan dari siapa pun dan kelihatannya memang tertutup," katanya saat dihubungi, Selasa (6/4).

Dia menjabarkan jika hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan dari warga sekitar terkait aktivitas kegiatan Syam Organizer.

"Enggak ada sama sekali (laporan warga). Kemudian ketika kami minta dari KUA bahkan Pak RT saja enggak tahu. Melihat sering ada orang datang tapi enggak tahu kegiatannya," ujarnya.

Sementara itu, Kasi Kanwil Kemenag, Misbahrudin menegaskan, Syam Organizer tidak tercatat sebagai LAZ. Bahkan nama Syam Organizer tidak ada dalam daftar 41 organisasi pengelola amil dan zakat di DIY.

"Jadi di kami Se-DIY ada 41 amil atau organisasi pengelola zakat. 6 itu Baznas, 1 Baznas DIY. Kemudian yang 5 Baznas kabupaten kota. Kemudian yang 35 itu lembaga amil zakat (LAZ)," jelasnya.

"Dari 35 itu yang sudah berizin ada 29. Jadi yang belum berizin tinggal 6. Di data kami yang masang kotak infaq di data kami (Syam Organizer) tidak ada," kata Misbahrudin.

Selanjutnya: Dipakai Aktivitas JI...

 

Disisi lain, Densus 88 juga telah mengungkap aliran dana yang disalurkan lembaga pendana, termasuk Syam Organizer turut dipakai kelompok teroris JI untuk mendanai sejumlah kegiatan.

"Lebih jelas misalnya seperti mengalirnya dana itu ke sebuah bengkel. Sebuah bengkel atau kaya semacam workshop," kata Kabag Banops Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, dikutip Jumat (26/11).

Dari penggeledahan kala itu, kata Aswin, Densus 88 berhasil menemukan senjata rangkitan yang ternyata berasal dari bengkel tersebut. "Setelah ada penangkapan ada senjata rakitan yang ditemukan ternyata itu berasal dari bengkel tersebut," kata Aswin.

Setelah mendapatkan barang bukti senjata rakitan, terungkaplah jika bengkel tersebut sengaja di alirkan dana oleh JI untuk memproduksi bagian-bagian dari senjata rakitan "Bengkel tersebut memang menerima dana yang dipakai untuk membuat duplikat-duplikat, atau rakitan bagian-bagian dari senjata api gitu," terangnya.

Bahkan selain bengkel, aliran dana yang disalurkan juga tercatat kepada perguruan bela diri yang diberi nama Sasana. Dimana perguruan itu dibentuk untuk melatih kader-kader JI agar memiliki kemampuan bertarung.

"Densus juga menemukan ada aliran dana ke sebuah kelompok yang disebut dengan sasana yang kegiatannya latihan-latihan fisik, beladiri kemudian terungkap ternyata itu adalah bagian atau afiliasi untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk membekali kader-kadernya dengan kemampuan untuk melawan petugas," kata Aswin.

Para kader kemudian dilatih langsung oleh para mantan kombantan-kombatan jemaah Islamiyah (JI) yang telah dikirim ke Afghanistan atau negara-negara konflik lain sehingga memiliki bekal kemampuan bertempur.

Namun, kelompok pelatihan bela diri tersebut sulit dibedakan dengan tempat pelatihan lain yang lazim berada di masyarakat. Hal tersebut yang membuat Densus memerlukan waktu dalam membedah sistem pendanaan keperluan jaringan JI saat ini.

"Bentuknya seperti kelompok bela diri seperti pelatihan-pelatihan seperti itu dengan kelompok pencak silat biasa. Kan susah kita bedakan dengan perguruan-perguruan kayak pencak silat yang ada di masyarakat gitu," jelas dia.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews