Curhat Pengungsi Afghanistan Bertahan Hidup di Batam dengan Rp 1,25 Juta Per Bulan

Curhat Pengungsi Afghanistan Bertahan Hidup di Batam dengan Rp 1,25 Juta Per Bulan

Unjuk rasa pengungsi asal Afghanistan di depan Kantor Wali Kota Batam mempertanyakan kejelasan nasib mereka. (Foto: Margaretha/batamnews)

Batam, Batamnews - Nasib pengungsi asal Afghanistan yang berada di Kota Batam, Kepulauan Riau masih belum jelas. Mereka bertahun-tahun hidup dalam ketidakpastian.

Seorang pengungsi bernama Fareso (27) mengungkapkan dirinya sudah 7 tahun berada di Batam. Ia berharap, PBB melalui United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) bisa segera menyalurkan mereka ke negara tujuan.

Untuk bertahan hidup, para pengungsi hanya mengandalkan uang saku dari International Organization for Migration (IOM) sebesar Rp 1.250.000 per bulan.

“Kami tidak boleh bekerja, jadi hanya bisa pakai uang dari IOM,” ujar Fareso saat berunjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Batam, Rabu (8/12/2021).

Dengan uang tersebut, ia harus cukup berhemat. Kebutuhan makan dilakukannya dengan memasak sendiri dan membeli bahan bakunya di pasar.

Baca: Nasib Tak Jelas, Pengungsi Afghanistan Demo Lagi di DPRD Batam

Jika ia memaksakan untuk makan tanpa memasak, Fareso menyebut sudah pasti uang Rp 1,25 juta itu tak cukup untuk kebutuhan sebulan.

“Memang tidak cukup, setiap hari kalau makan di luar, nasi pakai ayam saja, tidak bisa, jadi lebih hemat memang masak sendiri,” kata pria yang cukup fasih berbahasa Indonesia ini.

Sedangkan, untuk kebutuhan pakaian dan sepatu serta lainnya juga mengandalkan uang saku tersebut. Setiap bulannya, ia berusaha menyisihkan sedikit demi sedikit, agar bisa membeli pakaian.

Walaupun begitu, Fareso mengaku tidak mempermasalahkan. Baginya, yang paling penting bisa dipindahkan ke negara ketiga. Apalagi sudah 7 tahun lebih waktu yang dihabiskannya hanya untuk makan dan tidur.

“Saya juga ingin bekerja, tapi untuk bekerja harus punya dokumen,” katanya.

Pengungsi lainnya, Ali Syafii (24) menyampaikan sudah dalam beberapa waktu terakhir, dirinya mengonsumsi obat tidur karena depresi. Setiap harinya hidup dalam ketidakpastian.

“Masa depan belum jelas, terpaksa minum obat tidur,” ujarnya.

Baca: Pengungsi Afghanistan di Batam Mengaku Makin Depresi

Mereka hanya ingin segera bisa dipindahkan ke negara ketiga, agar dapat menata kembali kehidupan mereka yang sempat hilang karena hidup dalam ketidakpastian.

“Mungkin kelihatannya kami baik-baik saja, tapi sebenarnya otak kami sakit,” ucapnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews