Ledakan Kasus Corona Sambut Hadirnya Perdana Menteri Baru di Malaysia

Ledakan Kasus Corona Sambut Hadirnya Perdana Menteri Baru di Malaysia

Ilustrasi. (Foto: AFP)

Kuala Lumpur - Pelantikan perdana menteri baru, Ismail Sabri Yaakob pada Sabtu (21/8/2021) lalu, dibarengi dengan ledakan kasus Covid-19 di Malaysia.

Akhir pekan lalu, Kementerian Kesehatan Malaysia mencatat ada tambahan 22.262 kasus baru Covid-19. Dengan begitu, total kasus Covid-19 yang tercatat di Malaysia mencapai 1.535.286 kasus.

Sebelumnya, dalam 3 hari berturut-turut, Malaysia mencatat kenaikan kasus infeksi Covid-19 yang cukup signifikan. Kasus bertambah 23.564 orang per Jumat (20/8/2021). Jumlah ini naik dari kasus Kamis (22.948 kasus) dan Rabu (22.242 kasus).

Berdasarkan catatan Kemenkes Malaysia, dikutip dari @KKMPutrajaya, wilayah yang mencatatkan kasus terbanyak yakni Selangor 7.011 orang, Sabah 2.651, Serawak 1.964 orang, dan kedah 1.880 orang.

Mengingat kasus Covid-19 di Malaysia masih tinggi dalam beberapa hari ini, Raja pun menitip pesan kepada pemerintahan baru untuk segera melanjutkan upaya untuk memerangi Covid-19, seperti dikutip dari CNA (Channel News Asia), Sabtu (21/08/2021).

Berdasarkan analisis James Chai, analis politik yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia, dalam kolom opininya di Al-jazeera, dilansir CNBC Indonesia, infeksi harian dan jumlah kematian per kapita di Malaysia memang melampaui puncak yang terjadi di India.

Opini Chai itu dipublikasikan di media asal Timur Tengah tersebut pada 3 Agustus lalu berjudul "Malaysia: From COVID role model to a mini-India".

Pada akhir Juli lalu, kasus harian Malaysia per juta orang mencapai 515,9 dan kematian harian per juta berada di 4,95. Sebaliknya, pada puncaknya, India mencapai 283,50 kasus dan 3,04 kematian. Negara ini juga memiliki kasus per sejuta kasus tertinggi di Asia, dan salah satu per juta kematian tertinggi di Asia Tenggara.

Fasilitas-fasilitas kesehatan Malaysia terpaksa merawat pasien di tempat parkir menggunakan kasur kanvas sementara, para pasien harus memakai oksigen bergantian, dan bahkan di beberapa fasilitas kesehatan, aksi penyelamatan darurat terpaksa di lakukan di atas lantai, akibat tempat tidur yang tidak tersedia baik di UGD maupun ICU.

Para nakes juga mengatakan, banyak keluarga yang terpaksa mendapatkan rawatan di rumah sakit, dan banyak di antaranya meninggal dunia di waktu yang bersamaan.

Akibat kematian yang terus bertambah ini, fasilitas kesehatan Malaysia juga kewalahan mengurus jenazah pasien Covid 19 sehingga jenazah terpaksa di letakkan di atas trolley dan di angkut bersamaan ke tempat pengebumian.

"Setahun yang lalu, Malaysia merayakan diri sebagai negara dengan transmisi lokal Covid-19 mencapai nol selama beberapa hari, meraih banyak pujian dari para ahli asing, akademisi, dan organisasi seperti WHO," katanya.

"Tindakan cepat pemerintah Malaysia untuk menerapkan penguncian skala penuh, berinvestasi dalam pengujian dan fasilitas medis, dan menyebarkan komunikasi proaktif dengan publik menghasilkan lebih sedikit kasus daripada di seluruh Asia Tenggara," jelas Chai.

Tetapi keberhasilan negara itu, tegas Chai, juga merupakan kutukan lantaran pemerintah Malaysia cepat berpuas diri.

Menurut dia, Malaysia terlalu cepat untuk memberi selamat kepada diri sendiri karena telah berhasil menahan virus tersebut. Sebab itu, pada Agustus 2020, Malaysia memutuskan untuk mengadakan pemilihan umum di seluruh wilayah, termasuk di wilayah bagian termiskin Malaysia, Sabah.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews