Sosok Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan yang Kabur Usai Taliban Kuasai Kabul

Sosok Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan yang Kabur Usai Taliban Kuasai Kabul

Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani (Foto: Twitter @ARG_AFG)

Kabul, Batamnews - Taliban kini berkuasa di Afghanistan. Mereka berhasil menguasai ibu kota negara tersebut, bahkan istana negara hingga membuat Presiden Ashraf Ghani kabur, Minggu (15/8/2021).

Seperti dilansir BBC, Rabu (18/8/2021) Ashraf Ghani merupakan Presiden Afghanistan yang menjabat selama dua periode berturut-turut. Sebelumnya, Ashraf Ghani merupakan mantan teknokrat yang menghabiskan sebagian besar karirnya di luar Afghanistan.

Ashraf Ghani pernah menjadi akademisi di Amerika Serikat (AS) dan bekerja untuk Bank Dunia. Dia kemudian kembali ke negaranya dan membangun kembali Afghanistan usai bertahun-tahun dilanda perang.

Pada tahun 2002, Ashraf Ghani diangkat sebagai Menteri Keuangan di masa Presiden Hamid Karzai. Di tahun 2004, ia berselisih dengan Hamid Karzai dan kemudian menjabat sebagai rektor di Universitas Kabul.

Pada 2009, Ashraf Ghani sempat mencalonkan diri sebagai presiden. Namun saat pemilu, ia hanya berada di urutan keempat, kalah jauh dari popularitas Presiden Hamid Karzai, yang kembali memenangkan pemilu.

Pada 2014, Ghani kembali mencalonkan diri dalam bursa presiden Afghanistan dan memenangkan pemilu. Dia membangun basis dukungan yang kuat setelah meningkatkan kepercayaan sebagai kepala tim yang mengelola transisi kontrol militer dari koalisi pimpinan AS ke pasukan Afghanistan.

Baca: Panglima Inggris: Dunia Sebaiknya Beri Kesempatan Pada Taliban

Kala itu, Ashraf Ghani memperkenalkan beberapa kebijakan anti-korupsi meski hanya sedikit kemajuan yang bisa dicapai.

Pada 2019, Ghani kembali menjabat sebagai presiden untuk periode kedua hingga akhirnya kabur dari Afghanistan usai Taliban menduduki istana presiden pada Minggu (15/8/2021) lalu.

Ashraf Ghani menyatakan dirinya meninggalkan Kabul demi menghindari pertumpahan darah saat Taliban mulai memasuki Kabul. Laporan Associated Press menyebut bahwa Ghani secara diam-diam meninggalkan Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul dengan membawa sejumlah kecil orang-orang kepercayaannya.

Ghani bahkan tidak memberitahu pemimpin-pemimpin politik lainnya yang tengah merundingkan transisi kekuasaan damai dengan Taliban, soal kepergiannya itu.

Lokasi tujuan Presiden Ghani belum diketahui secara jelas. Dalam postingan media sosial dari sebuah lokasi yang tidak diketahui, Presiden Ghani merilis pernyataan soal alasannya meninggalkan Kabul.

"Jika saya tetap tinggal, tak terhitung jumlah warga yang akan menjadi martir dan Kabul akan menghadapi kehancuran dan berubah menjadi puing-puing yang bisa mengakibatkan bencana kemanusiaan bagi enam juta penduduknya," demikian tulis Presiden Ghani dalam pernyataannya itu.

Baca: Video: Isi Mencengangkan Rumah Jenderal Afghanistan yang Dikuasai Taliban

Dia juga mengklaim meninggalkan negaranya adalah pilihan sulit. "Saya akan terus selalu mengabdi pada negara saya dengan menawarkan gagasan dan program," tulisnya.

"Hari ini, saya mendapati sebuah pilihan sulit; apakah saya harus menghadapi Taliban yang bersenjata yang ingin memasuki istana, atau meninggalkan negara tercinta yang telah saya dedikasikan hidup saya untuk melindungi dan mengurusnya selama 20 tahun terakhir," imbuhnya.

"Taliban telah memutuskan untuk menyingkirkan saya, mereka ada di sini untuk menyerang Kabul dan warga Kabul. Demi menghindari pertumpahan darah, saya pikir yang terbaik adalah pergi," jelasnya.

Hal ini pun memicu tuduhan bahwa Ashraf Ghani mengkhianati negaranya sendiri. Seperti dilansir media lokal India, The Week, Senin (16/8/2021), tuduhan itu disampaikan oleh mantan anggota parlemen Afghanistan, Jamil Karzai, yang juga kerabat dari mantan Presiden Hamid Karzai.

"Kabul diduduki oleh Taliban ketika saya meninggalkan kota. Saya pikir akan ada pemerintahan baru. Apapun yang terjadi, telah terjadi karena Ashraf Ghani. Dia mengkhianati Afghanistan. Rakyat tidak akan memaafkannya," tegas Karzai seperti dikutip kantor berita India, ANI.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews