Ini Kata Pengusaha Zulkifli Ali soal Pembangunan di Meranti

Ini Kata Pengusaha Zulkifli Ali soal Pembangunan di Meranti

Petani sagu panen di Kepulauan Meranti. (Foto: IST)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Tokoh pengusaha Batam asal Kepulauan Meranti, Zulkifli Ali atau biasa disapa Wak Ali, angkat bicara terkait pembangunan di tanah kelahirannya.

Wak Ali menilai Meranti butuh keberlanjutan akan program-program pembangunan yang telah dicanangkan.

“Sebagai daerah baru, Meranti perlu konsistensi dalam menjalankan program-program pembangunan. Jangan sekejap-sekejap berubah. Tiap lima tahun berubah. Itu akan membuat masyarakat bingung terutama dunia usaha. Saya lihat program pembangunan yang dijalankan selama ini sudah cukup bagus, hanya perlu penajaman dan peningkatan akselerasi,” ujar dia di Batam, Kamis (22/10/2015).

Menurut pria kelahiran Pulau Rangsang ini, kepemimpinan yang ditunjukkan Irwan Nasir dalam lima tahun pertama cukup kokoh sebagai pondasi pembangunan daerah.

Beberapa sektor pembangunan dianggap sudah berjalan on the track. Namun beberapa sektor memang terkesan agak lamban.

Diantara sektor pembangunan yang dianggap berjalan cukup baik adalah peningkatan kemampuan keuangan daerah yang dibuktikan dengan peningkatan APBD setiap tahunnya.

“Membangun itu butuh dana yang besar. Kalau pemerintah tidak pandai-pandai mencari anggaran tentu sulit melaksanakan pembangunan. Apalagi daerah baru yang kebutuhan pembangunannya sangat besar dan terus berkembang,” ujar dia.

Sektor lainnya adalah kelistrikan yang dibuktikan dengan sekitar 70 persen desa sudah menikmati listrik meskipun sebagian besar hanya di malam hari.

Juga sektor perkebunan dan pertanian dengan keberhasilan menjadikan sagu sebagai salah satu pangan andalan nasional serta menghidupkan kembali lahan sawah ladang yang sudah mati.

Dia juga memberikan apresiasi terhadap peningkatan pelayanan kesehatan dengan semakin banyaknya puskesmas dan dokter hingga ke desa-desa serta program pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan mutu pendidikan.



“Kita apresiasi ini sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu juga peningkatan investasi cukup baik. Sebagai daerah baru pencapaian itu sudah cukup bagus. Meski angka kemiskinan Meranti tinggi tapi saya lihat sudah berangsur-angsur berhasil ditekan,” papar Ketua Indonesia National Shipowners (INSA) Kota Batam tersebut.

Sementara sektor yang dianggap lamban adalah pengembangan pariwisata, telekomunikasi, kelembagaan keuangan, ekonomi kreatif serta industrialisasi hasil-hasil perkebunan.

“Industrialisasi ini penting karena menyerap banyak tenaga kerja. Pemkab Meranti harus mendorong investor masuk ke sektor hilir hasil perkebunan dan pertanian,” desaknya.

Ia menilai untuk penajaman program dan peningkatan akselerasi atau serapan anggaran, Pemkab Meranti perlu SDM yang mumpuni terutama di level kepemimpinan SKPD-SKPD.

Selain itu perlu peningkatan pengawasan dan perlindungan hukum agar pejabat yang melaksanakan kegiatan pembangunan bisa bekerja dengan cepat namun tenang.

Wak Ali juga berharap Pemkab Meranti memperhatikan perkembangan ekonomi kreatif karena memberikan pemasukan langsung pada pendapatan masyarakat.

Selain itu pangsa pasarnya juga terbuka lebar dimana Meranti berdekatan dengan Batam sebagai daerah tujuan wisata serta Singapura yang menjadi pusat bisnis di dunia.

“Jarak kita dekat dengan pusat pasar, tentu bisa menjual dengan harga lebih murah,” kata dia.

Lebih jauh, Ali menilai meski laju pembangunan Merant cukup baik namun belum stabil.

Dia memprediksi setidaknya butuh waktu 10 tahun untuk menstabilkan kondisi pembangunan daerah terutama stabilitas keuangan daerah dan pertumbuhan ekonomi.

“Jika dalam 10 tahun ini perjalanan program pembangunannya stabil saya kira daerah ini bisa mapan. Jadi, jangan sampai terlalu banyak perubahan terutama dari segi kebijakan program pembangunan,” ungkapnya.

Wak Ali berharap masyarakat Meranti terus meningkatkan kemampuan dengan cara membuka celah-celah usaha.

Dia meminta masyarakat menghindari sikap patronisme dalam membuka usaha. Contoh, jika ada seorang yang membuka usaha jualan pecel lele dan laris, yang lain ramai-ramai ikutan juga membuka usaha pecel lele.

“Seharusnya jangan begitu. Yang lain bisa membuka usaha oleh-oleh khas daerah, souvenir khas daerah, atau beternak lele serta menjual jenis makanan lainnya sehingga banyak alternatif-alternatif dan membuka celah pasar,” ujar dia menyarankan.

 

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews