Pertumbuhan Ekonomi Kepri Mengejutkan, Ini Catatan Bank Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi Kepri Mengejutkan, Ini Catatan Bank Indonesia

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau pada triwuIan II 2015 tertinggi di Sumatera, meskipun secara angka menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, kata Kepala Perwakilan BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra di Batam.

BI mencatat pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan II 2015 mencapai 5,57 persen, lebih tinggi dibanding provinsi lain di Sumatera. Sumbar misalnya hanya mencapai 5,27 persen dan Lampung 5,07 persen.

"Pada triwulan II 2015 pertumbuhan ekonomi Kepri tercatat 5,57 persen (yoy) melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,14 persen (you). Meskipun demikian, Kepri masih mencatatkan pertumbuhan tertinggi di regional Sumatera," Gusti baru-baru ini.

Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi, serta melemahnya ekspor dan impor.

Perlambatan konsumsi, kata Gusti, dipengaruhi oleh penurunan pendapatan dan daya beli masyarakat sejalan dengan pelemahan sektor-sektor ekonomi utama.

"Adapun kinerja investasi melambat terpengaruh oleh penurunan permintaan global dan domestik, serta masih terbatasnya realisasi belanja modal pemerintah," kata dia.

BI juga mencatat ekspor dan impor Kepri melambat sebagai imbas dari perlambatan ekonomi sejumlah negara tujuan ekspor. Meskipun demikian, secara total neraca perdagangan Kepri masih mencatatkan net ekspor karena impor melambat lebih dalam dibanding ekspor.

Sementara dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi dicatatkan oleh hampir seluruh sektor, termasuk sektor-sektor utama perekonomian Kepri yaitu industri pengolahan, konstruksi, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan.

Industri pengolahan melambat searah dengan penurunan permintaan ekspor.

Konsumsi rumah tangga juga turut melemahkan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor.

Sektor pertambangan dan penggalian melambat dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak dan gas serta penurunan harga minyak dunia.

sumber: antara

 

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews