Kisah Mbah Sableng, Pawang Hujan yang Tewas Terlindas Truk di Temiang

Kisah Mbah Sableng, Pawang Hujan yang Tewas Terlindas Truk di Temiang

Mbah Sableng semasa hidup. (Foto: ist)

Batam - Warga di Paguyuban Among Wargo Jowo (Punggowo) Batam dikejutkan oleh kabar duka meninggalnya seorang pawang hujan bernama Samijo alias Mbah Sableng.

Pria yang tewas akibat terlindas truk di depan TPU Sei Temiang, Kecamatan Sekupang ternyata Mbah Sableng. Tampak sebuah sepeda motor Yamaha ZR bernopol BP 5129 ER tergeletak di pinggir jalan. Sekitar dua meter dari kendaraan itu sesosok tubuh yang tak bernyawa ditutupi dedaunan, Selasa (24/11/2020).

"Innalillahi wa innailahi rojiun. Semoga khusnul khatimah mbah samijo. (pawang hujan di Punggowo)," ucap salah satu anggota Punggowo, Sugiarto di akun facebooknya.

Mbah Sableng sendiri ternyata sudah melakoni kerjaan ini sejak awal 90-an. Ia tak hanya berpraktek di Batam, tapi juga di sejumlah kota di Indonesia.

”Saya bahkan pernah di Malaysia, Australia,” tutur Mbah Sableng semasa hidup, dikutip  Batamnews dari sebuah artikel weblog ghazyan.wordpress.com.

Mereka yang membutuhkan jasanya, kata Mbah Sableng, biasanya dari kalangan kepolisian, even organiser dan panitia-panitia acara luar ruang.

Berapa mahar sekali memawangi hujan? Mbah Sableng tersenyum. ”Tergantung. Kalau pesannya tiba-tiba ini maharnya harus berlipat-lipat,” tuturnya.

Tapi, ancar-ancarnya minimal Rp10 juta sebulan bisa ia kantongi. ”Kalau saya mau kaya saya sudah kaya. Tapi, saya tak mau. Saya bagi-bagi rezeki itu kepada teman-teman dan orang-orang yang mau mendoakan dan mengikuti saya,” ujarnya.

Untuk memawangi hujan, katanya, ia tak melakukan ritual maupun pantangan khusus. Ia hanya pantang main perempuan. ”Yang penting itu, pegangan saya nancap,” tukasnya. Pegangan Mbah Sableng adalah sebuah besi yang biasa disebut badar besi.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews