Tinggi, Angka Kematian Anak di Indonesia Akibat Corona

Tinggi, Angka Kematian Anak di Indonesia Akibat Corona

Ilustrasi.

Jakarta - Lebih dari 300 anak di Indonesia, termasuk bayi baru lahir dan mereka yang berusia di bawah enam tahun, diyakini telah meninggal akibat Covid-19. Sebuah fenomena yang dapat melihat negara ini memiliki tingkat kematian anak tertinggi di dunia akibat virus Corona.

Masyarakat Anak Indonesia (Idai), melaporkan ada 51 kematian anak sejak 17 Maret dari total 2.712 kasus yang dikonfirmasi pada Senin (20 Juli).

Laporan itu menunjukkan bahwa 290 dari 7.633 anak-anak yang dicurigai menderita penyakit mungkin meninggal karena virus.

Ketua Idai Aman Bhakti Pulungan mengatakan Indonesia telah "mencatat jumlah terbesar kematian anak (dari virus) di Asean dan bahkan Asia".

"Karena pandemi belum berakhir, Indonesia kemungkinan akan memiliki tingkat kematian anak tertinggi dari Covid-19 di dunia," kata Aman dilansir The Straits Times pekan lalu.

Ia menambahkan, mencatat bahwa tidak ada kematian seperti itu telah dilaporkan di negara tetangga Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Idai mengatakan bahwa 45 anak-anak yang meninggal karena Covid-19 memiliki penyakit seperti infeksi sistem saraf pusat, TBC, infeksi saluran pencernaan, kekurangan gizi akut, dan demam berdarah dengue.

Aman menambahkan bahwa keterlambatan diagnosis dan perawatan menyebabkan kematian sebagian besar anak di bawah usia enam tahun.

"Ada banyak anak yang menerima perawatan kurang dari 24 jam, 36 jam atau 48 jam sebelum mereka meninggal," katanya. "Beberapa didiagnosis hanya setelah mereka meninggal."

Seorang bayi berusia 40 hari di Pamekasan, Jawa Timur, meninggal karena Covid-19 pada 21 Juni setelah diduga tertular virus dari tetangga yang telah mengunjungi keluarga itu beberapa minggu sebelumnya.

Penyakit ini juga merenggut nyawa seorang anak berusia sembilan bulan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 23 Mei.

Demikian pula, seorang gadis berusia 15 bulan meninggal di Batam pada tanggal 23 Mei, sehari setelah ibunya membawanya ke rumah sakit karena dia demam dan diare.

Tjetjep Yudiana, yang mengepalai dinas kesehatan provinsi Kepulauan Riau, mengatakan kepada The Straits Times: "Dia akan diuji tetapi dia meninggal. Dia kekurangan berat badan, jadi sistem kekebalan tubuhnya lemah."

Anak-anak membentuk hampir sepertiga, atau 83 juta, dari populasi Indonesia yang hampir 270 juta.

Dr Aman telah menyarankan bahwa anak-anak dengan gejala seperti diare dan demam harus dites virus corona.

Jasra Putra, seorang komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, telah meminta otoritas kesehatan negara untuk menyeka anak-anak dari orang tua yang diuji. "Jika orang tua mereka dites, anak-anak juga harus dites," katanya.

Tes juga dapat membantu pemerintah untuk memetakan situasi dan menghasilkan kebijakan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti mendistribusikan vitamin untuk meningkatkan kekebalan anak-anak, tambahnya.

Nahar, wakil perlindungan anak di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengatakan pemerintah telah berusaha meningkatkan pengujian di seluruh negeri.

"Jika lebih banyak orang diuji, infeksi pada anak-anak dapat dicegah," tambah Pak Nahar, yang, seperti banyak orang Indonesia, menggunakan satu nama.

Kekhawatiran lain yang disorot oleh Jasra adalah bahwa lebih dari setengah anak yang terinfeksi tertular penyakit dari orang tua mereka.

Dengan pelonggaran pembatasan sosial di banyak bagian negara, kemungkinan besar bahwa lebih banyak anak akan dilanda Covid-19.

Dia mengatakan orang tua perlu dididik tentang protokol kesehatan, seperti memakai masker sehingga mereka tidak menjadi pembawa, membawa penyakit itu pulang kepada anak-anak mereka.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews