Alasan Drama Korea Makin Menggoda

Alasan Drama Korea Makin Menggoda

The World of the Married. Ada banyak alasan dan faktor yang bisa membuat orang tergoda bahkan menggandrungi drama Korea. (dok. JTBC via HanCinema)

Kehadiran drama Korea kini menjadi salah satu hiburan yang amat digandrungi banyak orang, apalagi di masa pandemi yang memaksa masyarakat untuk tetap di rumah seperti saat ini.

Bahkan, di masa seperti ini pula, jeratan drama Korea semakin luas. Remaja, dewasa muda, pasangan, suami, istri, ibu-ibu, bapak-bapak, dengan ponsel, televisi, laptop, semua bisa dijangkau oleh Drakor.

Mereka rela menghabiskan waktu hingga berjam-jam merampungkan satu drama Korea hingga tamat. Bukan hanya ketika di rumah, ketika sebelum ada pandemi, menyaksikan orang melihat drama Korea di kendaraan umum kala jam pulang kantor sudah hal biasa.

Lalu mengapa drama Korea jadi -semakin- diminati dan menggoda banyak orang?

 

Ada banyak alasan yang bisa keluar dari bibir seorang penggemar Drakor bila ditanya sebab menyukai drama Korea. Dan bagi mereka yang pernah atau sedang, setidaknya menyukai satu judul drama Korea, pasti amat memahami sejumlah alasan berikut.


Memories of the Alhambra. (dok. CJ E&M/Netflix)


Alasan cerita yang menarik dan mampu menggaet penonton untuk ikut merasakan emosi dalam drama itu adalah kalimat paling umum yang keluar dari penggemar drama Korea.

Cerita yang menarik ini bisa termanifestasi ke banyak bentuk. Mulai dari cerita cinta yang menyayat-nyayat hati, membuat seolah jatuh cinta lagi, malu-malu sendiri saat adegan romantis, memimpikan pasangan ideal seperti dalam drama, hingga terinspirasi atas perjalanan hidup si tokoh.

Cerita itu belum termasuk dari berbagai pernak-pernik kehidupan yang dibawa dalam drama Korea.

Sebut saja makanan Korea yang membuat penggemarnya terinspirasi untuk membeli sumpit atau sendok besi agar serasa hidup dalam drama Korea, atau ungkapan-ungkapan verbal yang -sadar atau tidak sadar- diikuti seperti "jinjja??" atau "aish" atau "aigoo" atau "daebak!".

Selain itu, hal teknis sinematik seperti sinematografi, efek, panorama, dan nuansa yang dibawa sanggup menguatkan cerita drama yang memang sudah digarap dengan matang.

Tradisi feat. Streaming

 

Tradisi feat. Streaming

Sebagian penggemar yang lain juga mengamini bahwa faktor pemain yang tampil ciamik, hingga lagu tema yang membuat penonton semakin hanyut menjadi faktor mengapa orang jadi asyik sendiri dengan Drakor.

Di samping itu, satu judul drama Korea pun memiliki rentang waktu yang cukup singkat dan tak bertele-tele dengan rata-rata berisi 16-20 episode. Setidaknya, setiap orang tak perlu berlarut-larut untuk merampungkan satu judul drama Korea.

Namun sejumlah hal yang membuat seseorang menggemari drama Korea tersebut belum termasuk beberapa faktor lain yang membuat produk sinematik ini mampu memperluas pasar di saat pandemi.

 

Crash Landing on You. (Dok. TVN/Netflix)

Profesor studi Asia-Amerika Universitas Northwestern, Ji-Yeon yuh menjelaskan bahwa salah satu penyebab mengapa drama Korea bisa semakin masif menjangkau audiens adalah karena kehadiran teknologi streaming.

Streaming, baik secara legal maupun ilegal, jelas memberikan dampak akses atas konten drama Korea. Terlebih, pandemi membuat bioskop ditutup yang akhirnya memaksa pencinta sinema bermigrasi ke streaming.

Akan tetapi, Yuh menyatakan bahwa surga akses oleh streaming itu bukan semata alasan popularitas drama Korea itu sendiri.

 

Menurutnya, hal estetika dari drama Korea yang berbeda dengan serial barat menjadi faktor penarik penonton baru. Begitu juga perpaduan nilai-nilai tradisional Korea dengan teknologi modern.

"Drama Korea menawarkan versi masyarakat yang memegang tradisi dan nilai-nilai tradisional, sambil bergerak maju sebagai masyarakat berkembang yang maju secara ekonomi," kata Yuh kepada NBC News.

Selain itu, media SBS Australia menilai bahwa romansa dalam drama Korea lebih menarik karena mengangkat hal yang berbeda dibandingkan serial atau drama Barat.

 

Sky Castle. (dok. JTBC via hancinema.net JTBC via IMDB)

Drama Korea disebut menyuguhkan perspektif baru karena lebih mengeksplorasi karakter serta menyuguhkan kisah romantis yang menggemaskan hingga menyayat hati.

Sejatinya, tema yang diangkat dalam drama Korea pun tak melulu tentang kisah cinta. Isu-isu sosial seperti intimidasi dari orang berkuasa dalam Itaewon Class, tekanan kuat terkait pendidikan dalam Sky Castle, hingga kisah persahabatan dan keluarga dalam drama seperti Reply 1988, menjadi suguhan menarik dari drama Korea.

Pada 2018 lalu, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom via cnnindonesia.com mengatakan bahwa kisah yang relevan serta unsur kedekatan bagi penonton Indonesia adalah salah satu faktor utama Drakor mampu menggaet penonton.

Menstimulus Hormon

 

Menstimulus Hormon

"Saya pikir ada nilai-nilai umum, khususnya di Asia Tenggara, di Indonesia, di mana orang-orang tertarik dengan kisah yang berhubungan dengan keluarga, cerita yang lebih umum karena relevan dengan kehidupannya sehari-hari," kata Kim kala itu.

"Juga banyak aktor dan aktris yang rupawan, personel grup idola remaja yang menarik mata dan perhatian anak muda di Indonesia," lanjutnya.

 

Itaewon Class. (dok. JTBC/Netflix via HanCinema)

Sementara itu, psikolog Mira Amir memberikan pandangan berbeda. Kegandrungan seseorang akan sesuatu, termasuk menyaksikan drama Korea yang semakin meluas, bisa jadi disebabkan karena dopamine.

Dopamine merupakan salah satu zat kimia di otak yang berfungsi sebagai hormon dan neurotransmiter yang berperan memengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan, dan rasa sakit.

Dia mengaitkan bahwa dalam konteks drama Korea ini kondisi tersebut terjadi karena ada daya tarik dan unsur kedekatan.

"Biasanya yang paling mudah, apa yang disaksikan orang dari drama Korea karena pemainnya cakap, suasananya dibangun menyenangkan, dan itu mengaktifkan stimulasi ke hormonnya," kata Mira.

"Afeksi emosionalnya meningkat, karena dilibatkan secara emosi. Ketika emosi ditampilkan [dalam drama], dia [penonton] merasa itu menjadi representasi dari dirinya. Permasalahan di drama seolah jadi perpanjangan dirinya," lanjutnya.

Mira berpandangan, efek tersebut terjadi karena kemungkinan penonton tertentu mengalami konflik, tapi tidak mendapat solusi yang konkret dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang rendah.

Karenanya, menyaksikan konten yang membuat penonton tertentu itu merasa senang menjadi sebuah pelarian. Mereka seolah dapat menemukan kondisi ideal yang diharapkan dengan apa yang disaksikan dalam layar.

"Hal-hal romantis [dalam serial drama] biasanya yang dihadirkan, seperti Dilan pun itu fenomenal, lucu juga digombalin ya. Tahu itu bohong, tapi lucu. Karena rutinitas yang mereka jalani, faktanya tidak semanis cerita," ujarnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews