Kisah Pilu Ayah dan Anak 5 Tahun Tidur di Kandang Ayam

Kisah Pilu Ayah dan Anak 5 Tahun Tidur di Kandang Ayam

Rudi tidur di kandang ayam. (foto: ist/satelitpost)

BATAMNEWS.CO.ID, Purwokerto - Rudi Setiawan menjalani lima tahun hidupnya dengan nelangsa. Anak yang saat ini kelas V SD tersebut melewati hari-harinya bersama ayah dan kandang ayam untuk tidur.

Sepasang ayam kampung dengan beberapa ekor anaknya yang baru menetas, menjadi teman keseharian Rudi.

Ini bukan cerita unik persahabatan antara anak manusia dengan ayam. Ini kisah pilu Narsum bersama sang anak, Rudi, yang karena kemiskinan terpaksa lima tahun hidup bersama dengan ayam peliharaannya.


Kandang ayam bambu berukuran 2 x 3 meter itu, sudah menjadi tambahan penghasilan keluarga Narsum sejak lima tahun terakhir. Dia biasa menjual anakan ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selain mengandalkan upah dari kerja serabutan.

Kehidupan yang dialami Narsum dan anak semata wayangnya, Rudi, bermula dari meninggalnya, Supinah sang bunda. Sakit komplikasi dan diabetes parah yang diidap Supinah, membuat Narsum tak punya pilihan selain menjual rumah yang menjadi aset satu-satunya keluarga kecilnya.

"Dulu kami tinggal di Pangebatan, sebelum rumah yang ditempati terpaksa dijual untuk biaya pengobatan mamanya Rudi," kata Narsum seperti dilansir satelitnews.co.

Mereka tinggal di atas bilik yang sekaligus berfungsi sebagai kandang ayam di Grumbul Semingkir RT 003 RW 008, Rejasari, Purwokerto Barat itu.

Kandang ayam itu sangatlah sederhana. Untuk menyimpan pakaian mereka berdua, sebuah lemari kayu bekas ditempatkannya di sisi kiri kandang. Sementara diujung lainnya, sebuah dapur sederhana dengan tungku kayu menjadi tempat bagi Narsum memasak makanan untuk dimakannya bersama Rudi.

Mereka tidak menikmati aliran listrik, hanya mengandalkan remang cahaya dari lampu teras rumah-rumah di sekitarnya itu.

Sebetulnya, rumah kandang yang mereka tempati itu berdiri di atas lahan pekarangan milik warga setempat. Awalnya, Bu Edi, si pemilik, tidak mengizinkan dia tinggal di antara rerumpunan pisang di pekarangan tersebut. Tetapi, karena tidak memiliki pilihan lain, Narsum nekat saja untuk tetap tinggal. Tetapi lambat laun, si pemilik dianggapnya mengizinkan karena sejak 2010 lalu dia dan Rudi tidak pernah diusir dari lahan itu.

Meski terdaftar secara resmi sebagai warga setempat, Narsum belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah. Bahkan, saat pembagian beras untuk warga miskin, namanya tidak tercatat sebagai Rumah Tangga Sasaran (RTS).
 
Dari senyumnya, tak tersirat kesedihan di rauh wajah Rudi. Meski tinggal serba kekurangan, bocah yang bercita-cita menjadi pemain sepakbola itu, mengaku senang-senang saja bisa selalu bersama bapaknya. Rasa itu diungkapkannya lewat beberapa coretan di dinding kayu bekas di bilik tidurnya yang bertulisakan "Rudi dan Bapa". Di beberapa sudut juga Rudi menuliskan nama-nama pemain sepakbola idolanya, seperti Ronaldo, Kaka, Bekcham dan beberapa pemain dunia lainnya.

"Kalau sepakbola, biasane aku nunut nonton di rumah teman. Tapi jarang-jarang," katanya.

Ketika ditanya apakah pernah merasa malu karena tidur di atas kandang ayam, dia menjawabnya, pernah. Dulu kata Rudi, beberapa temannya pernah mengejeknya karena tidur bareng ayam. Tapi karena faham keadaan finansial ayahnya, dia tidak pernah terganggu lagi dengan ejekan apa pun terkait tempat tinggalnya.
 
Rudi bercerita jika dia berada di rumah kandang ayam itu sejak kelas 2 SD. "Ya kalau malam dingin, tapi akhirnya biasa. Pertama di sini memang menderita," kata Rudi, Selasa (11/8/2015).

Terlebih jika hujan mengguyur di malam hari, Rudi mengaku sangat kedinginan. Di kandang ayam itu, dia kadang harus tidur sendirian karena sang ayah kadang tak pulang karena masih kerja.

Rudi mengatakan, keadaan yang dia alami membuatnya awalnya malu pada kawan-kawannya.

Rudi tiap hari tidur pukul 9 malam. Dia melewati malam dengan belajar memakai penerangan lilin. Ditanya soal sekolah, Rudi berbicara lirih bahwa dirinya pernah tidak naik kelas sampai tiga kali. "Pas kelas 3, 4, 5," katanya.

Danrem Belikan Tanah
Danrem 071 Wijayakusuma Kol Inf Edison SE MM tergerak dengan kesulitan yang dialami Narsum dan anaknya. Karena itu, Danrem membelikan tanah seluas lima ubin di daerah Pasir Kidul.

"Sempat kesulitan mencari tanah, tapi tadi sehabis Isya, alhamdulillah doa kita terkabulkan ada orang yang menjual tanah lima ubin dengan harga Rp 10 juta di Pasir Kidul," ujar Danrem, Selasa (11/8/2015).

Bukan hanya tanah saja, rencananya pada hari ini, Rabu (12/8), Danrem bakal menugaskan anggotanya untuk melaksanakan tugas membangun rumah untuk Narsum dan keluarganya. "Nanti mungkin rumahanya sekitar dua ubin, sisanya untuk kebun, jadi bisa sedikit bercocok tanam ataupun untuk usaha lainnya," kata dia.

Danrem mengaku membantu karena sangat terenyuh saat mendapati informasi jika ada seseorang yang tinggal di kandang ayam beserta anaknya. "Bayangka saja, jika seseorang tinggal di tempat seperti itu. Ayah tidur di situ, anaknya tidur di atas kandang ayam. Kalau malam gelap banget. Anaknya belajar siang hari, kalau sudah sore dia pergi mengaji dan kemudian tidur di atas kandang," kata dia.

(ind/satelitpost)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews