Skuter Listrik Disarankan Hanya untuk Tempat Wisata

Skuter Listrik Disarankan Hanya untuk Tempat Wisata

Pengguna skuter listrik.

Jakarta - Penggunaan skuter listrik semakin banyak dan tampak wira-wiri di jalan raya. Seiring dengan maraknya penggunaan, ancaman keselamatan juga semakin nyata mengintai. Untuk itu perlu segera diterbitkan aturan agar moda transportasi ini tak kembali makan korban jiwa.

Executive Director Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja mengatakan, Cocok untuk kegiatan santai di tempat wisata dan bukan di jalan raya. Karena menurut dia, saat ini penggunaan skuter listrik lebih banyak untuk kebutuhan rekreasi ketimbang membantu mobilitas masyarakat.

"Tetapi memanfaatkan kebutuhan rekreasi, untuk mendapatkan keuntungan," ungkapnya, Minggu (1/12/2019).

Jika dikaitkan dengan kebutuhan yang membantu mobilitas masyarakat, lanjut Elisa, banyak unsur yang tidak terpenuhi.

"Karena harapannya kita bisa sampai cepat dan aman. Apakah di skuter bisa memenuhi itu? Kalau tidak bisa jadi tidak relevan lagi membantu mobilitas masyarakat," tegasnya.

Lagipula, menurutnya, hanya 35% pengguna skuter listrik yang tujuan penggunaannya sebagai alat transportasi. Selebihnya atau mayoritas untuk sekadar bermain-main.

Data tersebut merujuk hasil penelitian dilakukan Research Institute of Socio-Economic Development (RISED).

"Ternyata penggunaan GrabWheels tersebut tidak berkorelasi dengan kepentingan last mile-first mile, ataupun mendukung mobilitas," terangnya.

Untuk daerah seperti Blok M, Cikini, Menteng, Thamrin, Sudirman, Cipete, cakupan dan jarak antar halte transportasi umum memang cukup berdekatan, yaitu berkisar 250 meter hingga 750 meter (untuk MRT). Sementara jarak 250 meter bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 5 menit.

"Jadi penggunaan GrabWheels di lokasi yang ada di Jakarta sekarang tentunya lebih berkorelasi dengan rekreasi daripada untuk mendukung mobilitas jarak dekat," tegasnya lagi.

Atas dasar itu pihaknya menegaskan bahwa skuter listrik harus segera diatur. Lebih tepat digunakan di tempat pariwisata dan kawasan khusus lainnya.

"Di internal kampus Ohio State University (Amerika Serikat) misalnya membantu mahasiswanya bergerak di area kampus yang luas. Atau bisa juga digunakan di tempat wisata, tetapi tentunya dengan standar keamanan. Taman Mini bisa, karena areanya luas," tuturnya.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews