Jadi Trending Topic, Pidato Nadiem Makarim Tuai Tanggapan Guru Batam

Jadi Trending Topic, Pidato Nadiem Makarim Tuai Tanggapan Guru Batam

Dyah Wahyuningsih, pengajar di SMA Negeri 4 Batam.

Batam - Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim jelang peringatan Hari Guru Nasional 2019 viral di media sosial. Bahkan, tagar Kicauan 'Pak Nadiem' menjadi trending topic teratas di Twitter pada Sabtu (23/11/2019). 

Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini bertema 'Guru Penggerak Indonesia Maju'. Nadiem pun menuliskan pidatonya dalam dua lembar kertas. Isinya singkat dan tak banyak retorika ataupun basa-basi.

Dyah Wahyuningsih, pengajar di SMA Negeri 4 Batam sangat mengapresiasi pesan Menteri Nadiem dalam pidatonya yakni memberi kemerdekaan dalam belajar, membangun pola kritis siswa, membentuk karakter inovatif dalam diri siswa serta mengurangi beban administrasi guru dalam mengajar. 

Namun menurut Dyah, proses perubahan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi bila menjawab tuntutan kebutuhan zaman.

"Bangsa Indonesia sebagai warga dunia harus melengkapi bahkan menjawab perkembangan Revolusi 4.0 dimana beberapa negara sudah pada posisi Revolusi 5.0, maka mimpi pak menteri butuh waktu dan proses panjang," kata Dyah kepada Batamnews

Pada abad 21 ini atau era digitalisasi, lanjutnya, dunia akan masuk pada era yg lebih dahsyat lagi atau yang lebih sering disebut era post-truth

Baca: Nadiem Makarim: Perubahan Kecil Dimulai dari Kelas

Maka, ambisi untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan jangan sampai menghilangkan akar-akar ke-Indonesiaan dan akar ketimuran yang menjadi filosofis pendidikan bangsa ini. 

"Kita punya akar filosofis pendidikan seperti yang pernah diwariskan Ki Hadjar Dewantara yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan")," ujar Dyah. 

Tiga akar filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara ini, seyogyanya jadi pedoman menyusun setiap kebijakan pendidikan Indonesia dan jangan sampai salah arah, atau bahkan malah meninggalkan warisan pendidikan beliau. 

Dan jangan juga hanya demi menyalurkan ambisi revolusi, pendidikan Indonesia kehilangan marwah. Lompatan atas mimpi boleh saja namun lompatan tersebut penting ditekankan bahwa corak pendidikan Indonesia memiliki keunikan dibanding bangsa lain. 

Nilai-nilai ketimuran tidak lantas dipertaruhkan hanya demi menjawab kebutuhan zaman. Dan paling utama, membangun karakter siswa dari ruang kelas harus dimulai dari bagaimana siswa jadi tokoh perubahan seperti tokoh pendahulu. 

"Karena bagaimanapun tokoh-tokoh pendahulu jadi inspirasi ketika generasi masa kini berperan sebagai agen perubahan yang kental akan ke-Indonesiaan," pungkas Dyah yang kini tengah menempuh pendidikan di Bandung ini.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews