Pendiri Telegram Serukan Hapus WhatsApp, Kenapa?

Pendiri Telegram Serukan Hapus WhatsApp, Kenapa?

WhatsApp.

Jakarta - Maraknya kerentanan keamanan di WhatsApp belakangan ini membuat hacker berpotensi menyadap informasi pribadi pengguna. Alasan itulah yang dikemukakan oleh pendiri Telegram, Pavel Durov, saat menyarankan user untuk menghapus WhatsApp.

Celah besar memang cukup sering muncul di WhatsApp. Belum lama ini, spyware dari perusahaan Israel, NSO Group, bisa menginfeksi WhatsApp dan membobol datanya cukup dengan panggilan telepon yang bahkan tak perlu diterima.

"Kecuali Anda tak masalah semua foto dan pesan Anda terbuka untuk publik suatu hari, Anda harus menghapus WhatsApp dari ponsel Anda," cetus Durov pada ratusan ribu pengikutnya di channel Telegram.

Durov menyebut WhatsApp adalah semacam 'Kuda Troya' yang dimanfaatkan untuk memata-matai foto dan user penggunanya. Ia juga melontarkan rasa tidak percaya terhadap sang induk, Facebook.

"Facebook telah menjadi bagian dari program pengintaian jauh sebelum mereka mengakuisisi WhatsApp. Naif berpikir bahwa perusahaan ini akan mengubah kebijakan setelah akuisisi," paparnya.

Ia mengambil contoh pernyataan pendiri WhatsApp, Brian Acton, yang sudah keluar dari Facebook. Acton belakangan mengaku penjualan WhatsApp juga berarti menjual privasi usernya.

Celah keamanan terbaru dari WhatsApp adalah kemungkinan terinfeksi dari pengiriman file video. Facebook menyatakan tidak ada user yang terdampak tapi hal itu kembali jadi sasaran serangan Durov.

Ia mengaku heran WhatsApp terus bermasalah soal keamanan sedangkan Telegram tidak. "Telegram, aplikasi yang mirip dalam hal kerumitan, tidak pernah mengalami masalah dalam skala berat seperti WhatsApp dalam 6 tahun sejak peluncurannya," klaim dia.

Menurutnya, celah yang terus muncul dari WhatsApp adalah sebagai akibat dari kompromi antara Facebook dengan pemerintah atau lembaga intelijen. "Cenderung sangat jarang seseorang bisa tidak sengaja melakukan error keamanan yang besar, cocok untuk pengintaian, secara rutin," tandasnya.

Di sisi lain, wajar jika Durov menyerang WhatsApp. Pasalnya, aplikasi Telegram yang dibuat Durov bersaing langsung memperebutkan pengguna di seluruh dunia.

Saat ini, Telegram masih ketinggalan jauh dibandingkan WhatsApp. Data terbaru menyebutkan jumlah user WhatsApp mencapai 1,6 miliar dan Telegram baru 200 juta.

Salah satu yang digembar gemborkan oleh Telegram adalah sistem keamanan yang mumpuni. Aplikasi ini pun sempat jadi favorit kaum kriminal untuk merancang aksinya dan karena itu, sempat diblokir di Indonesia sebelum dibuka kembali.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews