Tiga Cara Atasi Skizofrenia, Penyakit Mental Kronis Pengganggu Proses Berpikir

Tiga Cara Atasi Skizofrenia, Penyakit Mental Kronis Pengganggu Proses Berpikir

Psikiater Rumah Sakit Awal Bross (RSAB) dr Ratna Istiatuti., SPKJ (Foto:Dyah/Batamnews)

Batam - Skizofrenia adalah penyakit mental kronis yang menyebabkan gangguan proses berpikir. Orang dengan skizofrenia tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan. Itu sebabnya masyarakat Indonesia sering menyebut Skizofrenia dengan “gila”.

Penderita Skizofrenia bisa saja melakukan hal berbahaya seperti menyakti diri sendiri atau hal lain. Itu semua dilakukan si penderita dengan alasan mendapat bisikan atau tanpa kesadaran.

Di Indonesia sendiri, jumlah pengidap Skizofrenia hampir tak terdata dengan jelas. Keparcayaan tinggi masyarakat terhadap hal mistis, terkadang membuat penderita dianggap kerasukan makhluk ghaib, sehingga pasien tidak tersentuh oleh penanganan medis yang tepat.

Seperti hal nya pelaku pembunuhan balita 2 tahun di Nongsa pekan lalu. Gangguan yang dialami pelaku selama kurang lebih 2 bulan justru ditangani dengan membawa pelaku ke orang pintar (dukun).

Psikiater Rumah Sakit Awal Bross (RSAB) dr Ratna Istiatuti., SPKJ mengatakan, penderia Skizofrenia perlu penanganan medis yang cepat. “Minimal satu bulan masuk kategori harus diobati. Terkadang masyarakat meganggap ini gangguan, padahal kalau diobati bisa membaik,” ucap Ratna.

Berikut beberapa cara untuk menangani Skizofrenia menurut Ahli Kesehatan Jiwa RSAB Batam.

1. Konsumsi Obat-obatan secara terus menerus

Seseorang dengan diagnosis Skizofrenia tidak boleh putus obat, karena obat membuat kualitas hidup penderita baik. Sehingga pasien bisa melakukan aktivitas normal, seperti sekolah maupun bekerja.

Obat untuk Skizofrenia ini harus diminum terus menerus, dan dosisnya akan berubah-ubah semakin lama konsumsinya. Misal awalnya 3 jenis obat bisa menjadi 1 jenis obat. Namun tidak akan menyebabkan gangguan hati maupun ginjal.

“Sebaiknya dia memang harus punya kesadaran minum obat walaupun harus seumur hidup. Minimal dengan dia minum obat, kebutuhan neurotransmitternya terpenuhi,” katanya.

2. Melakukan terapi psikologis

Selain melakukan pengobatan psikofarmasis menggunakan obat-obatan, penderita Skizofrenia akut perlu terapi ketrampilan untuk mendukung kemampuan psikologisnya. Serta meningkatkan keseimbangan kesadaran pasien.

3. Jangan dibiarkan sendirian

Penanganan gangguan ini juga perlu dukungan sekitar terutama keluarga. Keluarga bisa terus mendampingi pasien dengan menjadi pendengar yang baik, dan mengarahkan cara berfikirnya. “Jangan biarkan pengidap Skizofrenia sendirian,” tegas Ratna. 

Ketika pasien dalam keadaan sendiri, gangguan halusinasi bisa kembali muncul, dan menjadi semakin parah akibat tidak ada yang menyadarkan penderita.

Ratna melanjutkan, penyebab Skizofrenia dibedakan menjadi dua. Pertama muncul akibat tekanan sosial dari lingkungan dengan pola asuh stressor yang lemah. Kedua Skizofrenia disebabkan bawaan dari lahir atau infeksi dari kandungan.

“Sebenarnya jarang ya Skizofrenia yang muncul pada anak-anak, namun bisa dilihat dari dikandung sampai dewasa apa saja yang terfiksasi atau terstop. Biasanya ada stressor pada anak-anak, seperti misalnya mereka tidak bisa move dari kegagalan kompetisi sehingga mengalami depresi berlarut,” terangnya.

Skizofrenia bisa dicegah dengan meningkatkan mekanisme pertahanan diri terhadap stres. Tidak mencari-cari alasan yang irrasional ketika terjadi masalah, dan tidak menyalahkan diri sendiri.

(das)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews