Kurang Nutrisi, Anak-anak Pulau di Batam Berpotensi Stunting

Kurang Nutrisi, Anak-anak Pulau di Batam Berpotensi Stunting

Ilustrasi.

Batam - Angka stunting (kondisi di mana seorang anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya) di Batam pada semester pertama meningkat. Hal ini berdasarkan data yang diolah Dinas Kesehatan Kota Batam. Mereka pun terus berupaya meningkatkan perbaikan gizi.

Angka prevelensi stunting di Batam pada semester pertama 2019 lebih tinggi dari angka stunting tahunan 2018. Prevelensi stunting Kota Batam pada semester pertama 2019 sebesar 5,61%  sedangkan prevelensi tahunan di 2018 sebesar 1,35%.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, mengatakan, peningkatan yang terjadi pada semester pertama menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan Kota Batam. Untuk menekan kembali angka stunting di Kota Batam, Dinkes akan terus melakukan berbagai upaya.

Salah satu upaya Dinkes Kota Batam yakni melakukan upaya pemberian nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan. Waktu ini dinilai paling krusial sebagai periode emas bagi tumbuh kembang seorang anak.  

“Jadi intervensi kita sejak wanita hamil hingga anak usia 3 tahun, Bahkan sejak wanita memasuki usia subur,” kata Didi, Senin (2/9/2019).

Saat ini sebagai upaya jangka panjang pencegahan stunting, Dinkes Batam memiliki program yang diterapkan sebagai upaya penurunan prevelensi stunting, yaitu dengan membagikan zat besi ke SMA.

Anak SMA dinilai sudah memasuki usia subur dan menjadi waktu yang pas untuk menerapkan perbaikan gizi pada calon ibu. Terutama bagi siswa yang memiliki keluhan anemia dan mudah kelelahan. Zat besi diberikan sebagai penanganan utama karena memiliki sejuta manfaat salah satuya pembentukan sel darah merah.

 

Posyandu terpadu

Selain program baru tersebut, Dinkes Batam juga mejalankan program tetapnya yaitu Posyandu terpadu. Di Posyandu ini, tidak hanya melayani kelangkapan nutrisi pada bayi dan balita, tetapi juga pada ibu hamil dan lansia.

“Bahkan di beberapa daerah, sudah ada yang menerepkan posyandu remaja, khusus untuk memberikan pelayanan kepada kesehatan remaja,” ujarnya.

Sambau menjadi salah satu wilayah dengan presentase stunting tertinggi di Batam, Masyarakat yang menyumbang presentase stunting di desa Sambau ini, disebut juga masyarakat sampan dari Pulau Bertam.

“Ada beberapa hal yang menyebabkan kenaikan pada semester pertama ini, pertama karena kesalahan penghitungan di Belakang Padang, dan kedua banyaknya warga sampan yang tinggal di tepi pantai Desa Sambau, Kecamatan Nongsa. Hal ini tetap akan menjadi perhatian kami,” kata Didi.

Mata pencaharian masyarakat tersebut adalah nelayan, sehingga kehidupan mereka dan keluarga yang dibawanya lebih banyak di atas sampan. Gizi yang didapat tidak seimbang membuat mereka mengalami stunting, dan menjadi perhatian Dinkes Batam.

Namun angka ini masih lebih kecil dari angka stunting Kepri , Bahkan dengan angka Nasional masih jauh lebih rendah. Hingga saat ini, yang menjadi lokus stunting di Kepri masih dipegang 3 kecamatan, yakni Lingga, Karimun dan Natuna. "Kami berharap di akhir tahun nanti, angka stuntingnya semakin berkurang,” pungkasnya.

(das)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews