Kemenpar Millennial Tourism

Milenial `Lasak`, Awal Kemajuan Pariwisata Tanah Melayu

Milenial `Lasak`, Awal Kemajuan Pariwisata Tanah Melayu

Wisatawan berfoto di kawasan Gurun Pasir Telaga Biru, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. (Foto: Yogi/Batamnews)

Tidak hanya di ajang pemilihan umum tahun ini, kaum milenial juga diperhitungkan di sektor pariwisata. Siapa sangka beberapa objek destinasi daerah terkenal, karena ulah jari-jari mereka. Salah satunya di Provinsi Kepri Bunda Tanah Melayu.

Bukit-bukit pasir putih terlihat menjulang. Dari satu bukit ke bukit yang lain saling menimpal. Terik matahari dan langit biru menghiasi siang menjelang sore itu. Tidak tampak hamparan rumput sedikitpun.

Di sela-sela bukit tampak danau berwarna biru terbentang berbagai ukuran. Terdapat pondok kecil, pelantaran berbentuk hati menjulang ke tengah danau. Beberapa spot itu menjadi tempat berfoto ria pengunjung, yang siap berselancar didunia maya.

Tampak juga beberapa ekor unta buatan berdiri di beberapa sisi di tengah pasir tersebut. Tidak bisa dibayangkan bahwa pengunjung sedang berada gurun pasir yang gersang.

Ratusan pengunjung terlihat asik menikmati pemandangan itu. Tidak hanya wisatawan dalam negeri tetapi wisatawan mancanegara (wisman).  

Ada yang sekedar berfoto ria. Ada juga yang hanya sekedar berjalan menikmati gurun pasir bak sedang akhir pekan di Afrika itu.

Kondisi itu tepat ketika sore, pertengahan 2019 lalu. Kawasan ini salah satu destinasi objek wisata di Kabupaten Bintan yang sering disebut Gurun Pasir Telaga Biru.

Terletak di Jalan Raya Busung, Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, tempat ini sudah menjadi destinasi langganan wisatawan nusantara maupun wisman dari berbagai negara. Apalagi tempatnya cukup strategis dan tentunya tidak jauh dari Pelabuhan Roro Tanjung Uban.

Beberapa wisman sore itu tampak antusias. Hampir disetiap sudut gurun pasir mereka melakukan pose pengambilan foto.

Mereka datang menggunakan bus pariwisata, kebanyakan mereka datang dari negara Tiongkok. Diperkirakan setiap akhir pekan dan hari libur, ratusan wisman berkunjung ke wisata Gurun Pasir Bintan ini.

Objek wisata satu ini selain terkenal tempat yang khas, juga menawarkan destinasi yang murah meriah. Untuk masuk ke gurun pasir pengunjung hanya perlu membayar parkir mobil Rp 5000. Kemudian untuk spot foto dikenakan rata-rata Rp 2000 setiap orangnya.

Wisman yang berkunjung mengatakan gurun pasir sangat bagus dan indah. "It's beautiful," ujar salah seorang pengunjung.

Salah seorang pedagang, Ani mengatakan, kunjungan wisman Tiongkok terus meningkat di gurun pasir tersebut. "Dulu tidak seramai ini, sekarang semakin ramai," katanya.

Siapa sangka gurun pasir ini bisa mendatangkan ribuan wisnus dan wisman setiap tahunnya. Ditemukannya tempat ini, bukanlah direncanakan baik pemerintah maupun swasta. Tetapi muncul karena tren media sosial kaum milenial.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri Buralimar menceritakan destinasi gurun pasir karena arus informasi media sosial yang dilakukan kaum milenial. “Dulu tidak ramai, karena sering diposting anak-anak muda ke medsos, sekarang membeludak,” kata Buralimar, Sabtu (24/8/2019) malam.

Buralimar mengatakan, tidak hanya menjadi destinasi biasa, sekarang dari data yang mereka dapat gurun pasir sudah menjadi tempat destinasi wajib jika wisatawan berkunjung ke Provinsi Kepri. “Sekarang kalau tidak ke gurun pasir, tidak lengkap jalan-jalannya,” kata dia.

Ia mengatakan, tidak hanya gurun pasir beberapa objek wisata di Kepri yang lainnya juga akibat andil anak-anak muda yang sering berkunjung dan memposting di media sosial masing-masing. Hal itu salah satu promosi berdampak besar terhadap tempat-tempat wisata di Kepri.

“Banyak destinasi yang booming karena ulah milenial,”ujarnya.

Beberapa tempat lain yang cepat terkenal dan mendatangkan kunjungan wisman selain gurun pasir di Bintan adalah Kampung Terih di Kota Batam dan Pulau Bawah di Kabupaten Anambas. Andil kaum milenial juga besar di beberapa tempat tersebut, salah satu dengan sistem instagramable ataupun memanfaatkan media sosial lainnya.

Konsep Instagramable Andalan Pasar Pegiat Pariwisata

Contoh lain destinasi yang maju pesat karena media soal ataupun kaum milenial adalah Kampung Terih, Nongsa, Kota Batam. Destinasi satu ini juga tidak kalah, selain dikunjungi wisman juga sudah meraih beberapa penghargaan setelah terkenal melalui postingan anak-anak milenial.

Konsep instagramable memang menjadi andalan sejak awal kawasan ini dikelola. Beberapa tempat menarik untuk diposting di media sosial adalah pohon warna-warni, payung-payung terbang, dan lainnya.

Seorang wisatawan berfoto di spot Payung Terbang yang berada di Kampung Terih, Kota Batam. (Foto: Instagram @ @hersaf.sn)

Ketua Penjelajah Alam Kepri (Pari) Nunung Sulistyanto yang juga pengelola Kampung Terih bercerita, proses kampung yang dulu sepi itu diubah menjadi ikon wisata Provinsi Kepri.

Nunung mengatakan, sejak awal Kampung Terih memakai konsep instagramable sehingga beberapa spot sangat menarik untuk diposting di media sosial. Sampai saat ini promosi masih dilakukan dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram.

“Termasuk postingan dari anak-anak milenial yang ke sini,” katanya.

Salah satu ikon yang paling viral beberapa waktu lalu di Kampung Terih adalah Payung Terbang warna-warni. Setelah itu pengunjung berbondong datang ke Kampung Terih. “Rupanya sudah viral,” kata Nunung.

Setelah itu pihaknya terus berbenah. Beberapa spot ditambah lagi. Sehingga hampir berjalan satu tahun, Kampung Terih mendapat penghargaan dari Anugerah Pesona Indonesia (API) Tahun 2018 sebagai tujuan wisata baru terpopuler di Kota Batam dari Kementerian Pariwisata RI.

Setelah itu bantuan berdatangan dari berbagai CSR, sehingga pengelolaan wisata Kampung Terih menjadi destinasi wisata di Kepri.

Tidak hanya menjadi kunjungan wisatawan nusantara tetapi juga wisatawan mancanegara. Bahkan beberapa pemerintah daerah lain maupun pegiat pariwisata berdatangan ke Kampung Terih melakukan studi banding.

“Kemaren ada wisman dari Korea yang datang ke sini karena mengetahui tempat ini melalui foto-foto di Instagram,” katanya.

Kunjungan wisman ke Kampung Terih hampir dari berbagai negara. Nunung mencatat sudah ada wisatawan dari 18 negara yang berkunjung ke Kampung Terih. “Hari ini ada 60 wisman, kalau secara keseluruhan yang paling jauh dari Afrika,” katanya, Minggu (24/8/2019).

Tidak hanya itu keterikatan pasar pariwisata kepada kaum milenial terus terjadi di Kampung Terih sampai saat ini. Bahkan pengelola Kampung Terih terus melakukan perubahan mengikuti tren milenial saat ini.

Menjadi destinasi wisata prioritas nasional Kampung Terih tidak lepas dari campur tangan milenial. Bahkan, Nunung memprosentasekan kontribusi kaum millennial di destinasi ini sekitar 80 persen. “Kaum milenial harapan kita ke depan,” katanya.  

Digitalisasi 4.0 dan Campur Tangan Kaum Milenial

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan Kementerian Pariwisata terus menyongsong era industri pariwisata 4.0. Arief mengatakan, semua masa arahnya sudah ke digitalisasi yang dipegang para kaum milenial termasuk arah pariwisata ke depan.

“Tourism 4.0 bisa dikatakan sebagai pariwisata untuk milenial yang memang seluruh aspeknya hidupnya bergantung pada digital,” kata Arief dikutip dari halaman kemenpar.go.id.

Konsep tourism 4.0 sejatinya sudah berjalan di Provinsi Kepri. Sistem digital dan keterlibatan kaum milennial sudah dibuktikan di sektor pariwisata.  

Apalagi Provinsi Kepri merupakan salah satu daerah prioritas untuk menggaet kunjungan wisatawan terutama wisman. Dari data BPS Provinsi Kepri sudah menjadi nomor dua kunjungan wisman paling tinggi se-Indonesia, di bawah Provinsi Bali.

Kondisi itu menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri Buralimar tidak lepas dari bantuan generasi milenial. Baik yang berkunjung atau generasi muda yang menyediakan destinasi menarik di Kepri.

Buralimar mengatakan, memang kedatangan wisatawan di Kepri salah satu promosi spontan yang di media sosial. Makanya tidak jarang Dinas Pariwisata mengampanyekan agar bangga dengan kekayaan wisata yang ada di Kepri melalui media sosial.

“Malahan beberapa tempat yang terkenal karena kaum milenial menjadi tempat prioritas di Kepri,” katanya.

Wilayah yang tidak bagus, di tangan kaum milenial menjadi bagus. Salah satunya wisata Kampung Terih yang dulu adalah kampung biasa, sekarang sudah menjadi destinasi primadona.

“Apalagi dibuktikan Batam sudah mendapatkan penghargaan destinasi prioritas,” katanya.

Buralimar mengatakan, memang milennial dalam Bahasa Melayu yaitu “lasak”, yang bisa diartikan kreatif. "Ini semua berkat kreativitas milenial yang terus didorong," katanya.

Pengaruh kaum milenial dalam perkembangan pariwisata Kepri juga dibenarkan Ketua GIPI Kepri Tupa Simanjuntak. Ia mengatakan, milenial dari segi market sangat bagus pasalnya mereka merupakan potensi yang sangat besar.

“Jadi manfaat milennial sangat diharapkan di pariwisata,” kata Tupa.

Tupa melanjutkan, apalagi Batam yang berbatasan dengan negara lainnya seperti Singapura dan Malaysia. Membangun branding melalui media sosial yang dikuasai kaum milenial sangatlah tepat.

Menurutnya pengaruh milenial memang sangat besar di dunia pariwisata. Terutama berhubungan di media sosial.

“Hampir semua kaum milenial menggunakan media sosial untuk promosi secara tidak langsung,” katanya.

Peran kaum milenial memang tidak disengaja. Beberapa aktivitas tren masa kini mereka, bermanfaat di berbagai sektor salah satunya pariwisata. Istilah Millennial Tourism 4.0 harus terus difokuskan agar pariwisata terus lebih baik untuk pembangunan nasional.

Laporan: Yogi Eka Sahputra


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews