Waspada! Kejahatan Seksual Terhadap Anak Masih Merajalela

Waspada! Kejahatan Seksual Terhadap Anak Masih Merajalela

Ilustrasi

Jakarta - Kejahatan seksual atau child grooming terhadap anak masih tetap merajalela. Terlepas dari adanya niat jahat beberapa oknum, keluarga dan orang-orang terdekat juga wajib waspada untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual anak.

Perwakilan KPAI, Sitti Hikmawaty mengungkapkan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah meminimalisir pengungkapan data identitas terutama data anak.

"Waspada untuk membuka data identitas anak kepada siapapun, minimalisir. Jangan sembarang curhat atau cerita tentang anak, termasuk orang terdekat atau tetangga," katanya sembari memberi catatan termasuk membagikan foto, nama, lokasi berada di media sosial.

Yang kedua, menurut Sitti pelaku kejahatan bila sudah mendapat identifikasi calon korbannya akan berusaha meraih kepercayaan serta akses.

"Misal guru di sekolah menawarkan antar anak kemana-mana, sehingga kalau ada orang baik jangan mudah jatuh hati. Yang ketiga, pelaku akan berusaha menjadi orang penting, sehingga ketika ada kasus apa-apa menjadi rujukan nanya ke dia karena kita dibuat ada ketergantungan. Maka upayakan ada second opinion, itu akan membuka wawasan," paparnya.

Selanjutnya, kata Sitti, mereka mulai melakukan isolasi seperti hanya bisa bergantung kepadanya.

"Begitu sudah terjadi ada isolasi,  orangtua harus membekali untuk tidak berdua-duaan dengan siapapun. Pada usia tertentu mulai bahas hal-hal sensitif bersama ayah dan ibunya," katanya.

Yang kelima, pelaku biasanya akan mulai membangun hubungan rahasia dan memberikan ancaman. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan yakni mencari pelindung yang resmi seperti psikolog dan berkomunikasi secara intens dengan anak sehingga tidak ada yang dirahasiakan.

"Tindakan keenam oleh pelaku memulai hubungan seksual, maka yang dibutuhkan agar terhindar yakni dengan memperkuat fondasi agama dan memberi edukasi tentang seksual sejak dini," kata Sitti.

Ketujuh, pelaku akan mulai mengendalikan lewat hubungan termasuk mengancam dan memanfaatkan perihal keuangan. Untuk tahap itu, butuh keberanian untuk keluar dan melaporkan pada yang berwajib.

Selain pemaparan pencegahan itu, Sitti juga mengungkapkan bahwa korban yang kerap diincar yakni mereka yang memiliki kepribadian penyendiri dan tertutup.

"Jenis korban yang disukai yang introvert, cenderung jarang mau bicara ketika ada masalah. Kedua yang sering terpisah dari kelompok, lalu penyendiri, peragu  bimbang, dan memiliki masalah. Jadi kalau ada masalah jangan sembarangan cerita. Tipe lainnya yang juga disukai yakni yang tak berdaya dan mudah percaya," ungkapnya.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews