5 Tersangka Serangan Bom Gereja Filipina Menyerahkan Diri

5 Tersangka Serangan Bom Gereja Filipina Menyerahkan Diri

Ledakan bom di gereja Filipina.

Manila - Lima anggota kelompok milisi Abu Sayyaf yang diyakini berada di balik dua serangan bom terhadap sebuah gereja Katolik di Jolo, Filipina selatan, telah menyerahkan diri, sebut kepala kepolisian Filipina.

Kammah Pae, alias Kamah, merupakan salah seorang dari lima sosok tersebut. Kepolisian Filipina menduga petinggi Abu Sayyaf tersebut turut membantu dua pelaku penyerangan yang disebut aparat Filipina merupakan pasangan suami istri berkewarganegaraan Indonesia.

Menurut Kepala Kepolisian Filipina, Jenderal Oscar Albayalde, Kamah dan empat rekannya terpaksa menyerahkan diri agar tidak tewas dalam operasi gabungan militer-polisi setelah pengeboman.

"Dia terpaksa menyerah. Dia mungkin tidak ingin mati dalam serangan militer," kata Albayalde kepada wartawan, sebagaimana dikutip harian Filipina, the Inquirer.

Aparat Filipina menyatakan telah menewaskan tiga anggota Abu Sayyaf dan, sebaliknya, kehilangan lima personel dalam operasi pengejaran di Sulu, Filipina selatan.

Albayalde mengatakan kelima tersangka yang menyerahkan diri merupakan anggota Ajang-Ajang, kelompok sempalan di tubuh Abu Sayyaf beranggotakan 22 orang.

Kelompok Ajang-Ajang ini dipimpin oleh Hatib Hajan Sawadjaan yang diyakini bertanggung jawab atas dua serangan bom terhadap gereja di Jolo yang menewaskan 23 orang dan mencederai hampir 100 lainnya.

 

 

Situasi di dalam Gereja Katolik Maria Gunung Karmel beberapa saat sesudah peristiwa pengeboman. (EPA)

Menurut Albayelde, Kamah membantah terlibat dalam bom ganda tersebut. Namun, lanjut Albayelde, keterangan sejumlah saksi mata menyebutkan Kamah mendampingi pasangan suami istri asal Indonesia ke gereja tersebut.

Aparat keamanan menemukan perangkat peledak rakitan dan sebuah kendaraan roda empat yang diduga dipakai mengangkut pasutri asal Indonesia di rumah Kamah, kata Albayelde.

Empat rekan Kamah yang menyerahkan diri, sambung Albayelde, juga mengakui "berpartisipasi" dalam serangan terhadap gereja.

Keempat orang itu bernama Albaji Kisae Gadjali, alias Awag; Rajan Bakil Gadjali, alias Rajan; Kaisar Bakil Gadjali, alias Isal, dan Salit Alih, alias Papong.

Pasutri asal Indonesia

Sosok yang pertama kali menyebut bahwa pasutri asal Indonesia diduga sebagai pelaku peledakan dua bom di di Gereja Katolik Maria Gunung Karmel adalah Menteri Dalam Negeri Filipina, Eduardo Ano.

Bahkan, kepada CNN Philippines, Ano mengatakan salah seorang dari pasangan WNI bernama Abu Huda. Meski demikian, Ano tidak menjabarkan bukti yang melandaskan pernyataannya tersebut.

 

 

Aparat Filipina mengatakan pelaku pengeboman diduga pasutri asal Indonesia yang mendapat bantuan dari Ajang-Ajang, kelompok sempalan di tubuh Abu Sayyaf beranggotakan 22 orang. (EPA)

Menteri Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, menyebut pemerintah Indonesia belum bisa memastikan terduga pelaku bom bunuh diri di gereja Katolik di Pulau Jolo merupakan sepasang suami istri warga negara Indonesia.

Ia meminta Filipina tidak terburu-buru menyebut pelakunya sebagai WNI.

"Saat ini kan ada cukup ramai tuduhan dari pihak Filipina, terutama Menteri Dalam Negeri bahwa ada keterlibatan WNI dalam aksi teror di Filipina. Di sini saya menyampaikan bahwa itu berita sepihak," kata Wiranto di kantornya di Jakarta, Senin (04/02).

Wiranto juga menjelaskan koordinasi antar kedua negara terkait kasus tersebut masih berlangsung. Akan tetapi untuk memastikan identitas pelaku menjadi kewenangan Filipina.

"Itu masih otoritas Filipina, kepolisian, pihak yang bersangkutan dalam masalah terorisme," sambungnya sembari menyebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kementerian Luar Negeri masih melakukan pengecekan serta terus berkoordinasi dengan otoritas terkait.

(*)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews