Tentang Oarfish yang Muncul dan Bikin Resah Jepang

Tentang Oarfish yang Muncul dan Bikin Resah Jepang

Ikan oarfish (Foto: Instagram/@uozuaquarium_official)

Jakarta - Publik Jepang digegerkan oleh kemunculan ikan oarfish di perairan Teluk Toyama, Jepang yang diyakini menandakan akan terjadinya bencana. Peneliti Taksonomi Ikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Teguh Peristiwady menilai ikan tersebut tidak berbahaya malah justru dapat dikonsumsi meksi jarang ditemukan.

"Nggak (berbahaya) ikan ini bahkan nggak punya jari-jari sirip yang keras. Ya (bisa dikonsumsi) tapi nggak banyak ditemukan. Ada sumber menyebutkan ikan ini rasanya kurang enak. Saya sendiri belum pernah mencicipi daging ikan ini," ujar Teguh, Sabtu (2/2/2019) malam.

Teguh menjelakan ikan tersebut terdiri dari tiga jenis, dan dikelompokkan sesuai wilayah habitatnya. Sedangkan, ikan yang muncul di Jepang itu termasuk dalam Regalecus Russelli (Cuvier, 1816) yang biasa hidup di wilayah perairan Indo-Pasifik seperti, China, Jepang.

"Pertama itu Regaleus Glesne Ascanius, (King of herrings, 1772), jenis ini tersebar hampir di semua lautan, tropis sampai sub-tropis, ditemukan di negara-negara Afrika, Eropa, Amerika Utara, Oceania, Amerika Selatan bahkan Asia. Kedua, Agrostichthys Parkeri (Benham, 1904) (Streamer fish) jenis ini hanya ditemukan di perairan selatan seperti di New Zealand dan negara-negara lain," ujarnya.

"Ketiga, Regalecus Russelli (Cuvier, 1816) (Oarfish) jenis ini tersebar di perairan Indo-Pasifik seperti China, Jepang, Korea Selatan. Saya nggak terlalu yakin, karena dari Fotonya sirip perutnya terlihat pendek (apakah terpotong). Tetapi sepertinya dari Regalecus," lanjut Teguh.

Teguh belum mengetahui sejarah kemunculan oarfish itu. Namun, dipastikan ikan tersebut tidak pernah muncul di perairan Indonesia.

 

Kemunculan oarfish resahkan Jepang (Foto: Instagram/@uozuaquarium_official)

"Saya nggak tahu tentang data-data munculnya ikan-ikan ini. Dari database yang ada. (LIPI) selama ini belum pernah mencatat jenis ikan ini. Tapi yang pasti tidak satu pun jenis tertangkap atau pernah dikoleksi dari perairan Indonesia," katanya.

Ia pun tidak mengetahui pasti keterkaitan munculnya ikan itu dengan bencana alam. Namun, menurutnya kemungkinan ikan yang hidup di perairan dalam itu muncul ketika mengejar makanan yang diberikan oleh para nelayan.

Lalu, soal keterkaitan dengan bencana alam, Teguh tidak memahami soal itu. Ikan yang hidup di perairan dalam itu jelasnya mungkin tertangkap ketika mengejar makanan seperti udang-udangan.

"Pada umumnya memang ikan-ikan ini mempunyai habitat di perairan dalam, tetapi kalau dihubungkan dengan akan adanya gempa atau kejadian alam lainnya saya sendiri kurang memahami. Barangkali dia tertangkap pada saat mengejar makanan, karena makanannya adalah udang-udangan, cumi," tuturnya.

Mitos di Jepang

Masyarakat Jepang punya kepercayaan munculnya oarfish sebagai pertanda gempa bumi dan tsunami.

Selama musim dingin ini, ditemukan tujuh ekor ikan yang dalam bahasa Jepang disebut 'Ryugu no tsukai' yang artinya 'Pembawa pesan dari Istana Dewa Laut'. Sebutan ini bisa jadi berkaitan dengan habitat ikan yang biasanya hidup di perairan sedalam 200 hingga 1.000 meter.

Oarfish yang memiliki bentuk mirip pita ini biasanya hanya hidup di perairan sedalam 200 hingga 1.000 meter. Ikan yang tergolong langka ini memiliki ciri khas sisik warna perak dan sirip warna merah di punggungnya. Ikan jenis ini biasanya memiliki ukuran raksasa, dengan diketahui yang paling panjang bisa mencapai 11 meter.

Mitos soal oarfish telah berkembang luas sejak lama. Mitos itu menyebut bahwa oarfish akan muncul ke pantai sebelum gempa bumi bawah laut terjadi.

Soal mitos oarfish sempat dikaitkan dengan gempa bumi dan tsunami dahsyat menerjang Fukushima pada 2011. Peristiwa itu menewaskan lebih dari 20 ribu orang. Laporan Kyodo News menyebutkan bahwa sedikitnya satu lusin ekor oarfish terdampar ke pantai-pantai Jepang dalam jangka waktu setahun sebelum bencana alam itu terjadi.

Sementara pada tahun ini, seperti dilansir CNN, Sabtu (2/2/2019), dua ekor oarfish--yang juga disebut ikan raja herring--ditemukan setelah terjerat jaring nelayan di perairan dekat Prefektur Toyama, Jepang pada Jumat (1/2) waktu setempat.

Sehingga total pada musim dingin ini ada tujuh ekor ikan yang muncul ke permukaan. Awal pekan ini, seekor oarfish dengan panjang 3,2 meter ditemukan terdampar di pantai Teluk Toyama. Sedangkan seekor oarfish lainnya dengan panjang 4 meter terjerat jaring nelayan di Pelabuhan Imizu.

Terkait mitos ini, para ilmuwan dengan tegas menyangkal. "Tidak ada bukti ilmiah sama sekali soal teori bahwa oarfish muncul menjelang gempa besar. Tapi kami tidak bisa 100 persen menyangkal kemungkinan yang terjadi," ucap penjaga Akuarium Uozu, Kazusa Saiba, kepada CNN.

"Itu bisa saja menunjukkan bahwa pemanasan global mungkin berdampak pada kemunculan oarfish atau untuk alasan yang belum kita ketahui," imbuhnya.

Saiba menyebut penjelasan ilmiah paling mungkin adalah perubahan tak kentara pada lempeng bumi di dasar lautan menjelang terjadinya gempa 'mungkin membuat arus laut bergejolak dan mendorong mahkluk laut yang ada di dasar muncul ke permukaan'.

Secara terpisah, Direktur Akuarium Uozu, Osamu Inamura, memiliki teori yang lebih ilmiah soal kemunculan oarfish di Teluk Toyama, Inamura menyebut oarfish pada dasarnya mengikuti pergerakan suplai makanan mereka, yakni semacam udang mikro

 

Selama musim dingin, sebanyak tujuh ekor oarfish muncul ke permukaan Jepang (Foto: Instagram/@uozuaquarium_official)

Ketika suplai udang mereka meningkat terhadap plankton pada siang hari, oarfish terkadang mengikutinya dan terjerat jaring nelayan," jelas Inamura.

Hiroyuki Motomura, profesor iktiologi--pengkajian tentang ikan--dari Universitas Kagoshima membeberkan sejumlah faktor yang bisa membuat oarfish muncul ke permukaan. Dia mengatakan oarfish tidak benar-benar langka.

"Saya memiliki 20 spesimen ikan jenis ini dalam koleksi saya, jadi ini bukannya spesies sangat langka, tapi saya meyakini bahwa ikan-ikan ini cenderung naik ke permukaan ketika kondisi fisiknya melemah, mengikuti arus air laut, itulah mengapa ikan-ikan itu seringkali sudah mati saat ditemukan," sebut Motomura seperti dilansir South China Morning Post dan New York Post, Sabtu (2/2).

"Keterkaitan dengan laporan aktivitas seismik merujuk kembali ke bertahun-tahun lalu, tapi tidak ada bukti ilmiah soal keterkaitan itu, jadi saya pikir orang-orang tidak perlu khawatir," imbuhnya.

Kekhawatiran publik Jepang mencuat di Twitter. Sejumlah netizen mencoba bertanya soal munculnya ikan dengan kondisi di dasar lautan.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews