Jiwa Melayu Darmawati Tak Lekang Zaman

Jiwa Melayu Darmawati Tak Lekang Zaman

Darmawati saat menerima piagam juara 2 lomba cipta pantun Bawaslu Tanjungpinang (Foto:Yogi/Batamnews)

Nasi Panas Ikan Pindang
Sambal tempoyak beri cincalok
Pesta demokrasi kan datang
Pemilih cerdas tak mau digosok

Begitu salah satu bait pantun Darmawati pemenang lomba cipta pantun yang diadakan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Tanjungpinang belum lama ini. Darmawati keluar sebagai pemenang bersaing dengan puluhan peserta lainnya diusianya yang ke 68 tahun.

Menggunakan kerudung warna hijau, Darmawati ikut berbaris bersama pemenang lomba lainnya. Dari wajahnya yang mulai keriput Darmawati nampak tidaklah muda lagi.

Dibandingkan beberapa pemenang ia merupakan yang paling tua. Bahkan beberapa pemenang lainnya seperti masih berumuran 20 tahun.

Ia pun mengembangkan senyumnya ketika menerima piagam dari Ketua Bawaslu RI Abhan di Hotel CK Tanjungpinang. Ia keluar sebagai juara 2 lomba cipta pantun, pantunya termasuk salah satu yang dibukukan Bawaslu.

Meskipun, diusianya masuk angka 70, Darmawati tidak kalah semangat mengikuti perlombaan cipta karya pantun itu. "Saya ikut karena panggilan hari nurani," ujar Darmawati singkat usai menerima piagam penghargaan.

Tidak ada alasan lain yang keluar dari mulutnya selain pangilan hati nuraninya. Apalagi alasan karena juara.

"Saya suka berpantun Melayu dari kecil," kata wanita pensiunan guru Bahasa Indonesia tersebut mengawali perbincangannya dengan Batamnews.co.id.

Darmawati bercerita bagaimana diusianya yang sudah senja masih semangat menciptakan pantun. Bahkan ketika turun dari pagung acara Darmawati harus di bantu beberapa orang panitia.

Cinta Pantun Melayu Sejak Dini

Sudah puluhan tahun Darmawati menyukai sasta Bahasa Indonesia baik pusi maupun pantu. Ia sudah berpantun ria sejak sekolah rakyat dahulu.

"Awalnya saya pencinta sasta Bahasa Indonesia, termasuk pantun," ujar Darmawati yang besar di Tanjungbalai Karimun itu.

Kencintaannya kepada pantun dan puisi membuat Darmawati menyukai pelajaraan Bahasa Indonesia. "Alhamdulillah sejak itu dulu nilai pelajaran Bahasa Indonesia saya tidak pernah di bawah 8, tidak pernah remedi, hingga kuliah," katanya.

Bahkan sampai menjadi guru ia lebih mengajar Bahasa Indonesia di SDN 006 Tanjungpinang. Hingga saat ini ia terus membuat pantun maupun puisi.

Darmawati tidak menyangka keluar sebagai pemenang. Ia membuat pantun untuk lomba tersebut hanya menyalurkan kegemarannya. "Rupanya menang saya," ucapnya.

Ia mengaku bahagia. Penghargaan yang ia dapatkan, baginya sebagai hadiah ulang tahun yang ke 68 tahun. "Mungkin ini sebagai hadiah ulang tahun saya ke 68 tanggal 13 Januari lalu saya ulang tahun," ujarnya dengan pipi yang mengembang.

Tidak hanya gemar membuat pantun, Darmawati juga suka membuat puisi. "Jadi saya pencinta seni sastra seperti itu, sampai sekarang," kata wanita yang lahir di Tarusan, Pesisi Selatan, Sumatera Barat itu. 

Darmawati Miris Milenial Tidak Melek Budaya

Darmawati juga mengaku miris dengan masa sekarang. Pantun, puisi dan budaya-budaya lainnya tergerus oleh smartphone.

Ia menilai, anak-anak sekarang tidak paham lagi budaya mereka karena disibukan bebagai fitur smartphone. Darmawati memahami kondisi tersebut akibat kemajuan zaman.

Tetapi tidak seharusnya budaya-budaya yang ada dihilangkan. "Mulai berkurang sekarang, lihat saja tidak adalagi komunitas pemantun terutama di tanah Melayu ini," katanya.

Bahkan setelah lomba ini, Darmawati berencana menghidupkan kembali komunitas tersebut dengan beberapa temannya. "Kita harus tumbuhkan ini kembali," katanya berlalu sambil digotong panitia lomba.

Darmawati memang berumur 68 tahun. Tetapi kecintaannya kepada budaya tidak pernah lekang oleh waktu, apalagi zaman.

 

Laporan: Yogi Eka Sahputra


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews