Selandia Baru Larang Penggunaan Huawei, Apa Sebabnya?

Selandia Baru Larang Penggunaan Huawei, Apa Sebabnya?

Ilustrasi. (Foto: Reuters)

Auckland - Agen mata-mata internasional Selandia Baru telah melarang perusahaan seluler Spark menggunakan perangkat Huawei dalam rencana mereka memperbaharui teknologi 5G dan mengatakan teknologi itu menimbulkan "risiko keamanan jaringan yang signifikan".

Tindakan ini mengikuti larangan serupa yang diberlakukan di Australia, di mana raksasa telekomunikasi China itu telah diblokir pada Agustus lalu dari menggulirkan jaringan 5G Australia karena masalah keamanan.

Spark mengatakan pihaknya kecewa dengan keputusan Biro Keamanan Komunikasi Pemerintah Selandia Baru.

Tetapi perusahaan tersebut tetap optimistis akan bisa meluncurkan jaringan 5G mereka pada Juli 2020.

Huawei mengalami kemunduran di pasar AS pada tahun 2012 ketika sebuah laporan kongres mengatakan perusahaan tersebut keberadaan mereka mengandung risiko keamanan dan memperingatkan perusahaan telepon untuk tidak membeli peralatan mereka.

Undang-undang China mengharuskan organisasi dan warga untuk mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan intelijen, yang menurut para analis dapat menjadikan peralatan Huawei sebagai saluran untuk spionase.

Di Selandia Baru, Huawei sebelumnya telah membantu membangun jaringan seluler.

Pada bulan Maret, Spark dan Huawei memamerkan situs tes 5G di seberang jalan Gedung Parlemen dalam gerakan publikasi yang dihadiri oleh Menteri Penyiaran pada periode pemerintahan sebelumnya, Clare Curran.

Perkembangan terakhir dapat memiliki implikasi diplomatik dan ekonomi untuk Selandia Baru, yang bergantung pada China sebagai mitra dagang terbesarnya.

Tetapi Selandia Baru juga merupakan bagian dari aliansi keamanan Lima Mata yang mencakup AS, Inggris, Kanada dan Australia.

Selandia Baru adalah negara maju pertama yang menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan China pada tahun 2008, dan China membeli miliaran dolar ekspor susu asal Selandia Baru setiap tahunnya, yang sering digunakan dalam membuat susu formula.

Pemerintah konservatif Selandia Baru sebelumnya memiliki hubungan dekat dengan China.

Tetapi selama setahun terakhir di bawah Perdana Menteri liberal Jacinda Ardern, Selandia Baru telah sedikit mengambil jarak, merangkul hubungan yang lebih hangat dengan Jepang dan menempatkan sumber daya ke Pasifik, sebagian untuk melawan pengaruh China yang semakin meningkat.

(*)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews