Mengais Asa Kerja di Tanah Perantauan

Mengais Asa Kerja di Tanah Perantauan

Melan dan Fiffy, dua gadis perantau yang mencoba mencari peruntungan kerja di Batam.

Batam - Pagi-pagi sekali, Melanda Pramitha Indah (19) sudah berada di Multi Purpose Hall (MPH) Batamindo, Mukakuning, Batam. Bersama ratusan pencari kerja (pencaker) dari seluruh daerah di Indonesia, dia berada di sana demi sebuah pekerjaan.

Berbekal map warna merah, tas dipenuhi kertas lamaran kerja dan pakaian rapi, dia duduk sembari mengobrol bersama beberapa temannya.

Melan sudah 1,5 tahun di Batam, tapi dia masih merasakan susahnya mencari pekerjaan. Mengandalkan ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Melan beranjak dari kampungnya, Palembang untuk mengadu nasib di Batam.

Harapannya, dia bisa diterima bekerja di perusahaan fabrikasi dengan gaji yang bagus. 

"Tujuannya ya memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup," kata Melan, akhir pekan lalu.

Sejauh ini, lamaran yang dikirimkan Melan selalu ke pabrik-pabrik. Operator adalah lowongan yang dilamarnya. Dia beralasan, dengan bekerja sebagai operator, pundi-pundi pendapatan bisa meningkat jika lembur.

Melan merupakan anak bungsu di keluarganya. Meski demikian, dia tak mau manja dan rela berpisah dengan orangtua demi cita-citanya.

“Tapi kalau buat di luar, apalagi sudah di kota orang, nggak bisa manja-manja seperti itu kak. Soalnya hidup kita yang mau usahain kita sendiri,” ujar bungsu lima bersaudara ini.

Tak mulus jalan yang dilaluinya dan tak setiap lamaran yang dikirimkan berbuah respon positif.

Akan tetapi, hal ini tak membuat dia patah semangat. Hampir setiap hari, Melan selalu datang ke MPH Batamindo untuk mencari informasi lowongan pekerjaan.

Selain mengantarkan surat lamaran ke kantor pos, dia juga menunggu perusahaan yang membuka lowongan secara tiba-tiba. Hal itu dilakukannya setiap hari.

Saking seringnya Melan ke Batamnindo, dia bersama pencaker lainnya bahkan sudah mengetahui, kapan jam-jam biasanya perusahaan membuka lowongan pekerjaan di sana.

“Sekitar jam 8 pagi sampai habis jam makan siang. Kalau sampai sore itu jarang banget,” katanya.

Banyaknya persyaratan bekerja, membuat Melan harus puas dengan keputusan perusahaan.

Namun hasil itu tidak membuatnya putus asa. Lembar demi lembar, hari demi hari surat lamaran masih terus dia kirim.

“Mudah-mudahan ada yang diterima,” kata dia.

Susahnya mencari pekerjaan di Batam juga dirasakan Fiffy Putri Rindiani (18). Sudah dua bulan di Batam mencari pekerjaan, namun belum juga membuahkan hasil.

Fiffy yang baru saja menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan di Indralaya, Palembang.

Dia nekat mencari pekerjaan di Batam karena mendengar omongan orang-orang di kampungnya. 

Mereka mengatakan di Batam sangat gampang mencari pekerjaan, karena banyak perusahaan-perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.

“Ehh sampai di sini ternyata banyak yang pengangguran juga. Kaget loo,” ujar wanita kelahiran tahun 2000 itu.

Fiffy berharap pemerintah memperhatikan para pencari kerja ini. “Soalnya sudah banyak kali pengangguran sekarang,” katanya.

Susahnya mencari pekerjaan di Batam, sudah dirasakan sejak beberapa tahun belakangan ini.

Beberapa perusahaan-perusahaan industri di Batam pun banyak yang hengkang.

Sedangkan perusahaan yang membuka lowongan hanya membutuhkan karyawan yang sudah berpengalaman di bidang pekerjaan yang dibutuhkan.

Hal itu dirasa terlalu memberatkan, karena banyak dari pencaker baru tamat dari sekolahnya.

(ude)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews