7 Fakta Seluk Beluk Pembuatan Film Gila Lu Ndro!

7 Fakta Seluk Beluk Pembuatan Film Gila Lu Ndro!

Poster film Gila Lu Ndro (Foto: Falcon pictures)

Jakarta - Falcon Pictures telah merilis poster, sinopsis, dan trailer resmi untuk film drama komedi Gila Lu Ndro yang dibintangi Indro Warkop dan Tora Sudiro. Ini menjadi film ketiga Tora beradu akting dengan Indro Warkop, bahkan film pertama yang melibatkan mereka berdua sebagai pasangan pemain utama.

Dalam jumpa pers yang digelar di Planetarium dan Observatorium Cikini, Senin petang, 30 Juli 2018, para pemain serta sutradara dan produser membagikan banyak cerita mengenai proyek film ini, yang dipasarkan sebagai sempalan atas semesta cerita Warkop DKI Reborn.

Kami merangkum sejumlah informasi menarik mengenai seluk beluk pembuatan Gila Lu Ndro, yang akan dirilis di bioskop pada 13 September. Berikut rangkumannya.


1. Jargon khas Warkop DKI

Judul film ini memang sama dengan ungkapan khas dari film-film Warkop DKI, ketika Dono atau Kasino berkomentar soal kelakuan Indro, atau Indro menanggapi kelakuan mereka, misal "Gila lu, Kas!" atau "Gila lu, Don!"

Menurut Indro Warkop, jargon tersebut dipakai sebagai judul filmnya karena bisa mewakili cerita. Dikisahkan, Indro (Tora Sudiro) kena marah istrinya (Mieke Amalia) karena pulang larut. Lantas Indro bercerita bahwa hari itu dia bertemu dengan Al (Indro Warkop), alien yang datang ke Bumi untuk mencari kedamaian.

"Kelihatannya ini nyambung dengan cerita, bagaimana orang menilai Indro, yang kebetulan diperankan Tora, itu gila. Mana mungkin zaman sekarang ada alien?" terang Indro.

2. Film ketiga Tora Sudiro sebagai Indro-nya Indro Warkop

Jika ada film yang mencampur-adukkan nama dan karakter tokoh fiksional dengan pemain asli di dunia nyata, Warkop DKI Reborn adalah salah satunya. Dalam film-film asli Warkop DKI era 80/90, trio aktor Dono-Kasino-Indro berperan sebagai tiga sahabat bernama sama.

Dalam seri Reborn, tiga tokoh sahabat itu diperankan tiga aktor lain, tetapi tetap memakai persona Dono-Kasino-Indro versi tiga aktor aslinya. Sama halnya dengan Benyamin Biang Kerok (2018), di mana Reza Rahadian menjadi seperti Benyamin Suaeb yang memerankan Pengki, tokoh utama film Biang Kerok versi 1972.

Gila Lu Ndro! adalah film ketiga Tora sebagai Indro, setelah Jangkrik Boss Part 1 (2016) dan Jangkrik Boss Part 2 (2017). Bedanya, cerita hanya berpusat pada tokoh yang diperankan Tora dan Indro Warkop asli. Bahkan menurut Tora, dia tidak perlu menjadi karakter Indro seperti dua film sebelumnya. Namanya saja yang sama.

"Waktu itu sempat dipikirkan, apakah saya mau jadi karakter Indro, tetapi Mas (sutradara) Herwin bilang, 'Lo jadi diri lo saja Tor, tetapi nama lo Indro'," ungkap Tora.

Namun jangan diambil pusing. Secara sederhana, Gila Lu Ndro! adalah film drama komedi satir fantasi yang dimainkan Tora Sudiro dan Indro Warkop.

3. Panggung satir baru bagi Indro Warkop

Indro Warkop berperan sebagai tokoh monster alien berwujud mirip manusia (humanoid) yang berwarna jingga dan berkumis lebat. Namanya Al atau Alien. Karena jenis peran ini, Indro merasa bahwa film Gila Lu Ndro! telah memberi dia "panggung segar" dalam komedi satir, seperti yang biasa dia bawakan bersama grup Warkop DKI di panggung hiburan.

"Ada hal-hal tersirat yang saya setujui. Kenapa harus pakai kayak gini? Saya harus menjadi bukan orang Bumi supaya bebas omong apapun (...). Banyak hal yang sebenarnya saya perhitungkan, bukan sekadar menjadi kayak badut. Ketika saya diberi ceritanya, belum tahu bentuknya, saya suka (...). Film ini amat sangat jauh beda, enggak sekadar, mohon maaf, kayak cerita-cerita di grup WhatsApp, sudah ada di situ, ada di situ lagi," ungkap Indro.

"Warkop itu terkenal sebagai grup satir, yang saat itu melawan pemerintah banget, tetapi kami membuat itu di panggung. Kali ini, saya mendapat kesempatan itu di film," imbuhnya.

Sutradara Herwin Novianto sepakat bahwa keberadaan tokoh "alien" membuat komedi satir bisa dimasukkan secara bebas.

"Sebetulnya sampai sekarang kita belum tahu, alien itu ada atau enggak. Jadi bebas-bebas saja. Alien, kami anggap, mau omong apa atau gerak apa bebas saja, tidak tersentuh, yang omong alien kok (...). Enggak (vulgar) sedrastis apa, satirnya masih bisa diterima," tutur Herwin.

4. 25 set kostum prostetik super gerah untuk Indro Warkop

Untuk memerankan tokoh Al, Indro Warkop harus mengenakan kostum prostetik berbahan silikon yang dibuat sesuai anatomi kepala dan tangan Indro. Tim efek spesial Adi Wahono membuat 25 set kostum yang digunakan selama 25 hari. Satu kostum setiap hari karena begitu sudah dipakai, kostum silikon sudah tidak layak guna.

Kostum topeng ini terdiri atas lima bagian, meliputi kepala belakang, telinga, dahi, hidung, dan kumis. Lalu ada kostum untuk tangan dan perut. Pembuatan kostum memakan waktu sekitar 1,5 bulan setelah desain visualnya jadi. Adi bekerja sama dengan pembuat patung Orlando Bassi yang berbasis di Bali.

Saat syuting, Adi dan seorang rekannya butuh waktu 3 jam untuk memasang kostum ini ke kepala Indro dan 1,5 jam untuk melepasnya lagi. Karena kerumitan tersebut, waktu syuting maksimal adalah delapan jam setiap hari.

"Sebetulnya saya tinggal masang saja, tetapi saya harus menempatkan dahi di garis mata yang pas banget, harus dikur banget. Kalau lem kami meleset satu setengah centimeter saja, sudah beda banget," terang Adi, yang pernah mengerjakan riasan untuk Dead Mine (2013) dan My Stupid Boss (2016).

Menurut Indro, topeng ini sebenarnya tidak berat, tetapi sangat gerah sampai-sampai dia harus disembur udara dingin dari AC memakai semacam selang berbentuk belalai gajah, baik saat latihan maupun syuting.

"Kalau di tempat panas, begitu syuting selesai, saya langsung disemprot AC. Kalau enggak, panas sekali. Ini di dalam (badan saya) basah semua," ungkap Indro.

Melihat perjuangan berat lawan mainnya dalam urusan kostum, Tora mengaku kasihan.

"Saya ketakutan karena saya kasihan melihat Om Indro dandannya begini, panas-panas. Saya jadi takut salah saat akting. Karena itu, (saya) selalu salah pas akting," sahut Tora berkelakar.

5. Alien berbahasa prokem

Dalam film, tokoh Al punya bahasa sendiri yang hanya bisa dimengerti olehnya. Herwin dan Indro Warkop membuat bahasa Al berdasarkan kamus prokem. Misalnya, setiap suku kata ditambahi sisipan "ga". Sapaan "apa kabar?" menjadi "agapaga kagabagar?".

"Sebetulnya itu bahasa tahun 1970-an. Ada misalnya, bahasa banci, mau menyebut 'mana' ditambahi 'in', menjadi 'minanina'. Kalau film ini pakai 'ga' di depan," terang Herwin.

Herwin juga membuat ungkapan ekspresi khas Al. Ketika sedih, senang, atau terkejut, Al akan mengatakan "gagaiii..." sesuai nada emosi masing-masing. Menurut Herwin, ekspresi ini diambil dari keponakannya yang sering mengucapkan kata tersebut.

"Itu dari keponakan saya, anak kecil. Banyak inspirasi yang dicomot. Ada beberapa kalimat, tetapi 'gagai' kayaknya lucu. Dulu ada filmnya Robin Williams, nanu nanu. Kami buat gagai," ujarnya.


6. Pemain menjadi diri sendiri

Film ini rupanya tidak ingin ambil pusing dengan nama atau karakter para tokohnya. Selain alien Al yang diperankan Indro Warkop, para tokoh pendukung memakai nama dan karakter bawaan para pemain. Misalnya Yoriko Angeline dan Zulfa Maharani yang memerankan anak muda zaman sekarang yang coba-coba bandel.

"Kami pilih pemain yang kira-kira sesuai deskripsi tokoh di naskah. Misalnya tokoh ini orang Betawi ya David (Nurbinato), yang ini orang Timur, ya Arie (Kriting)," terang Herwin.

Lain cerita untuk Tora Sudiro, Mieke Amalia, dan M Adhiyat. Kendati tidak dituntut karakter macam-macam, Tora berperan sebagai Indro dan Mieke berperan sebagai istrinya yang bernama Nita. Jangan terkejut. Menurut Indro Warkop, nama tokoh Nita memang diambil dari nama istrinya (di dunia nyata). Mereka punya anak bernama Ale, yang namanya juga digunakan sebagai nama tokoh yang diperankan Adhiyat.

Ibarat kata, andaikan drama film ini diadaptasi dari penggalan kisah hidup Indro bersama keluarga, Gila Lu Ndro sebenarnya sudah bisa menjadi film biopik dengan sentuhan fantasi.

7. Melibatkan 19 komedian muda

Selain alien Al dan keluarga Indro, drama komedi film ini diramaikan dengan belasan tokoh yang diperankan sedikitnya 19 komedian muda. Beberapa di antaranya Bedou, Arafah, Aci Resti, Yusril Fachriza, Musdalifah, Arief Didu, Ence Bagus, Hifdzi, dan Coki Pardede.

"Pertama, 19 komika karena keperluan naskah. Lalu kedua, di sini kami coba menghadirkan film komedi segar yang bergaya. Menurut kami, komika yang kami pilih itu tepat mewakili konsep yang kami buat," tutur produser Frederica.

Indro Warkop menyebut bahwa komedian punya modal untuk berakting di film lewat teori yang mereka dapatkan saat mengikuti ajang seperti Stand Up Comedi Indonesia.

"Ada satu teori paling mendasar yang nyambung dengan film, yaitu 'Jangan melucu'. Itu yang diperlukan. Kami tidak perlu pelawaknya, tetapi aktingnya. Pendalaman itu lebih mudah untuk mereka karena mereka mendapatkan teori keaktoran," ujar Indro Warkop.

(aiy)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews