Media Korut: Amerika Bermuka Dua dan Berencana Untuk Perang

Media Korut:  Amerika Bermuka Dua dan Berencana Untuk Perang

Tentara militer Korea Utara memberi hormat saat mengikuti parade militer di Pyongyang, Korea Utara (8/2). Unjuk kekuatan teknologi militer ini digelar bersamaan dengan datangnya ratusan atlet dan official Korea Utara ke Korea Selatan. (KRT via AP Video)

Pyongyang - Surat kabar Korea Utara menuduh Amerika Serikat "merencanakan plot kriminal untuk berperang dengan DPRK (singkatan nama resmi Korut) ... sementara mereka terus mengupayakan dialog dengan senyum di wajahnya" pada Minggu 26 Agustus 2018 lalu, menyusul laporan di radio Korea Selatan bahwa pasukan AS di Jepang menjalankan latihan yang ditujukan untuk menyerang Pyongyang.

"Kami mencatat serius sikap bermuka dua AS, ketika mereka sibuk melakukan latihan perang khusus rahasia dengan di satu sisi mengupayakan dialog (dengan Korut) dengan senyum di wajahnya," tulis kolom editorial surat kabar Korea Utara Rodong Sinmun yang dikelola pemerintah, seperti dikutip dari CNN, Selasa (28/8/2018).

Mengutip laporan radio Korea Selatan, Rodong Sinmun menyebut bahwa pasukan khusus AS dikirim dari Filipina ke Jepang untuk melakukan latihan simulasi invasi.

"AS akan keliru jika menganggap dapat menggertak sebuah negara melalui diplomasi peperangan yang biasa digunakan sebagai senjata maha kuasa di masa lalu dan mencapai niat jahatnya," tambah laporan Rodong Sinmun.

Di lain pihak, US Forces Japan (USFJ), detasemen militer AS di Jepang, mengatakan kepada CNN bahwa mereka "tidak mengetahui ada pelaksanaan latihan" seperti yang disebutkan dalam laporan media Korea Utara dan Korea Selatan.


"Secara umum, pesawat dan kapal AS beroperasi dari Jepang setiap hari untuk mendukung komitmen kami kepada sekutu dan mitra kami di kawasan ini dan demi kepentingan perdamaian dan keamanan regional," Kolonel John Hutcheson, Humas USFJ, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Retorika keras dari Pyongyang diutarakan hanya beberapa hari setelah Presiden Donald Trump membatalkan rencana Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo untuk melaksanakan kunjungan keempat ke Korea Utara, demi menindaklanjuti prospek denuklirisasi di Semenanjung Korea.

"Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk tidak pergi ke Korea Utara, pada saat ini, karena saya merasa kami tidak membuat kemajuan yang cukup sehubungan dengan denuklirisasi Semenanjung Korea," kata Trump pada hari Jumat.

"Menteri Pompeo berharap untuk pergi ke Korea Utara dalam waktu dekat, kemungkinan besar setelah hubungan perdagangan kita dengan China teratasi."

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Kang Kyung-hwa dan Menlu Pompeo telah berbicara melalui telepon pada hari Sabtu 25 Agustus untuk membahas batalnya perjalanan itu dan bagaimana arah prospek dialog antara AS-Korea Utara dan AS-Korea Selatan ke depannya.

Menurut Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyung-hwa menyebut pembatalan itu sangat "disesalkan" sementara Pompeo menegaskan kembali posisi AS bahwa ia akan terus memantapkan kerja sama Korea Selatan-AS.

Laporan IAEA: Korea Utara Masih Membuat Nuklir

Foto Ini Menguak Detil Rencana Baru Program Nuklir Korea Utara (STR / KCNA VIA KNS / AFP)
 

Pada pekan yang sama, sebuah laporan baru yang dirilis pengawas nuklir PBB, mengungkapkan "keprihatinan serius" bahwa Pyongyang terus mengembangkan program nuklirnya.

Padahal, negara itu telah berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi, sebuah janji yang diutarakan oleh pemimpin Korut Kim Jong-un dalam pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Singapura pada Juni lalu.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menulis dalam laporan yang diterbitkan Senin 20 Agustus bahwa Korea Utara masih melanjutkan konstruksi dan aktivitas, di beberapa lokasi di dalam dan di sekitar fasilitas penelitian dan pengembangan nuklir di Yongbyon Nuclear Scientific Research Center, 100 km utara Pyongyang. Demikian seperti dikutip dari CBS News, Kamis 23 Agustus 2018.

IAEA juga menyebut bahwa inspektur bersertifikasi internasional juga belum mendapat akses dari Pyongyang untuk meninjau atau mengumpulkan bukti-bukti terkait proses denuklirisasi di Korea Utara.

Badan itu, yang berbasis di Jenewa, mengatakan bahwa "kegiatan nuklir Korea Utara yang terus berlanjut merupakan pelanggaran jelas atas resolusi Dewan Keamanan PBB", dan "sangat menyesalkan" langkah Korut untuk terus mengembangkan nuklir.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews