Duh, Warga Tolak Lokalisasi Batu 24 Bintan Ditutup

Duh, Warga Tolak Lokalisasi Batu 24 Bintan Ditutup

Para pekerja malam sedang menunggu pria hidung belang untuk berkencan (Foto: Ilustrasi)

Bintan - Keinginan Pemkab Bintan menutup Lokalisasi Bukit Senyum (Km 79) Desa Lancang Kuning, Kelurahan Tanjunguban dan Lokalisasi Bukit Indah, (Km 24) Kelurahan Toapaya Asri malah mendapat penolakan keras dari warga yang mendiami area dua lokalisasi tersebut.

Pasalnya, mereka menganggap penutupan tempat portitusi itu berdampak pada perekonomian mereka. Selama ini pendapatan warga tertumpu pada aktivitas di lokalisasi tersebut. Mulai dari membuka kedai kopi, pub, kedai kelontong dan rumah makan.

"Coba pemerintah mikir dikitlah. Kalau ditutup ekonomi disini akan mati. Karena banyak dagangan warga tak laku, otomatis juga akan banyak pengangguran disini," ujar Yanti salah satu warga Lokalisasi Bukit Senyum, Jumat (13/7/2018).

Hal sama dikatakan warga yang bermukim di Lokalisasi Batu 24, Kelurahan Toapaya. Mereka tak setuju dengan rencana penutup kawasan tersebut. Karena sangat berdampak langsung terhadap perekonomian warga sekitar.

"Dari dulu pemerintah ingin tutup tempat ini. Tapi kami semua tidak pernah setuju karena mau kemana lagi kami mencari rezeki. Apalagi lokalisasi ini jauh dari perkotaan jadi sulit untuk berjualan makanan dan minuman," kata Oki.

Dinas Sosial (Dinsos), kata Oki, akan memberikan uang ganti rugi Rp 3 juta kepada setiap warga yang menempati kawasan lokalisasi Batu 24. Dengan syarat harus mendukung keinginan pemerintah menutup kawasan ini.

"Uang segitu gak akan cukup biayai kehidupan kita selama kawasan ini ditutup. Apalagi disini jauh dari segala akses ekonomi," katanya lagi.

Ketua RW 003, Lokalisasi Batu 24, Abdul Manaf mengaku sebenarnya warga di sini tidak ingin menghambat rencana pemerintah menutup lokalisasi. Tapi pemerintah harus memikirkan dampak-dampak yang ditimbulkan pasca penutupan.

"Gak akan ada yang halang-halangi. Tapi harus ada solusi yang serius dan konkrit. Khususnya berkaitan dengan perekonomian masyarakat setempat," ucapnya.

Perlu diketahui lokalisasi ini sangat jauh dari pusat ibukota Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang. Bahkan kawasan ini berada di tengah-tengah hutan atau perkebunan sehingga sangat sulit terjangkau dengan aksebilitas ekonomi.

Mayoritas warga di lokalisasi ini berprofesi sebagai pedagang. Mulai dari membuka warung kopi, warung makan, dan kedai kelontongan. Selama ini mereka hanya berharap dari pendatang yang datang untuk membeli dagangan mereka.

"Orang banyak datang dari jauh-jauh kesini hanya untuk menghibur diri. Disitulah warga memanfaatkan untuk menjajahkan dagangan. Jika ditutup mereka mau berdagang apa dan siapa yang beli," jelasnya.

Jika lokalisasi ini juga harus dipaksakan ditutup. Diharapkan pemerintah relokasi seluruh warga ke tempat lainnya yang sangat dekat dengan akses perekonomian.

Menurut dia menutup lokalisasi bukan ide yang tepat. Sebab tidak akan mampu menghilangkan praktek prostitusi dari Pulau Bintan. Tetapi gantilah nama lokalisasi Bukit Indah ini menjadi Bintan 24 Entertaiment.

"Lokalisasi yang pernah ditutup di Indonesia tidak juga menghilangkan aktifitas prostitusi. Seperti Dolly di Surabaya, hanya tempatnya saja yang ditutup sedangkan atifitasnyakan tidak. Ini hanya saran saja," sebutnya.

Lurah Toapaya Asri, Nepy Purwanto mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan warga di Lokalisasi Bukit Indah, Batu 24 ini. Tujuannya hanya untuk menampung aspirasi atau masukan-masukan dari warga setempat. Nantinya masukan itu akan disampaikannya kepada kepala daerah.

"Rencana penutupan lokalisasi seperti buah simalakama. Ditutup salah, tak ditutup makin salah. Jadi saya hanya ingin menampung aspirasi saja terus disampaikan ke Pak Bupati," ucapnya.

(ary)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews