4 Benteng Bersejarah di Lingga yang Menakjubkan

4 Benteng Bersejarah di Lingga yang Menakjubkan

Benteng Tanah Bukit Cening (situsbudaya)

Lingga - Lingga merupakan salah satu kabupaten di Kepulauan Riau. Di tempat ini dahulu terdapat kerajaan Lingga. Kerajaan Lingga telah dikenal sebagai salah satu kerajaan Melayu pada abad ke-16.

Pada masa itu kerajaan-kerajaan di Semenanjung Malaka disibukkan dengan dominasi Portugis di jalur perdagangan tersebut. Tingginya tingkat konflik di Selat Malaka, mengakibatkan kerajaan-kerajaan harus melengkapi keberadaanya dengan berbagai sistem pertahanan.

Sistem pertahanan keamanan yang diterapkan oleh Kerajaan Lingga diantaranya adalah membangun pos-pos pertahanan, yang sampai saat ini masih dapat kita jumpai yaitu berupa tanggul-tanggul tanah yang dilengkapi dengan beberapa meriam untuk menjaga akses masuk ke kerajaan.

Jejak-jejak sejarah masa kerajaan Lingga itu masih ada sampai saat ini. Berikut daftarnya, sebagaimana dikutip dari semuatentangprovinsi.

1. Benteng Tanah Bukit Cening

Benteng ini telah ada sejak masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah III.  Tepatnya pada masa Kesultanan Lingga periode tahun 1761 sampai dengan 1812.

Konon, benteng ini dibangun demi menambah pertahanan pemerintah di zamannya. Benteng ini dibangun di atas bukit.

Pintu masuk di sebelah utara. Bentuknya persegi, ukuran sekitar 32 meter x 32 meter, tebal 4 meter, dan ketinggian mencapai 1 hingga 1.5 meter.

Di kiri dan kanan benteng terdapat parit untuk menghadang serangan musuh. Kini, sebagian parit-parit tersebut sudah tertutup tanah.

Benteng ini merupakan bangunan tanah, dibangun dengan meninggikan dan mengeraskan tanah, menyerupai tanggul. Melalui benteng ini pandangan bebas mengawasi daerah sekelilingnya.

Bagian selatan benteng ini adalah tebing yang menghadap ke Selat Kolombok. Di sebelah utara tampak Gunung Daik dan Sepincan, baratdaya tampak Pulau Mepar.

Sedangkan sebelah barat-barat laut merupakan daratan dan lokasi istana Sultan Lingga.

Benteng tanah ini berjarak sekitar 3 km sebelah selatan ibukota Kecamatan Lingga, tepatnya di Kampung Seranggo, Kelurahan Daik. Pada jarak satu kilometer terakhir menuju benteng, merupakan jalan setapak yang hanya dapat dicapai dengan jalan kaki.

Di dalam benteng ini terdapat 19 meriam ukuran sedang dan besar.  Panjang antara 2 – 2,80 meter, lubang laras berdiameter 8 – 12 cm.  

Terdapat pertulisan yang terletak di bagian pangkal atau pada pengaitnya. Sebagian dalam keadaan aus.
Angka-angka tahun yang terdapat pada meriam itu adalah 1783 dan 1797, sedangkan tanda-tanda lain meliputi huruf P. HB. X. O. F. dan VOC. Meriam terseubt diletakkan berjajar di sisi selatan.

2. Benteng Tanah Kuala Daik

Benteng ini terletak di tepi muara Sungai Daik, sekitar 2 km dari Kampung Cina. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan sampan.

Masyarakat menyebut tempat ini sebagai Tanjung Meriam. Menurut informasi, di tempat tersebut dulu banyak ditemukan meriam.

Sisa bangunan yang ada saat ini hanyalah susunan batu yang menjorok ke laut. Letaknya sangat strategis, yaitu berada di pintu masuk ke pusat kota yang dapat dilalui dengan menggunakan kapal.

3. Benteng Tanah di Pabean

Benteng tanah ini terletak di pusat Kota Kecamatan Lingga, di sebelah utara Kantor Kecamatan Lingga dan tidak jauh dari arah aliran Sungai Daik.

Kondisinya saat ini tidak beraturan. Hampir rata dengan tanah akibat aktivitas penduduk disekitarnya.

Lebar bangunan tanah 4 – 6 meter, dengan tinggi tidak lebih dari 1 meter. Berdasarkan sisa bangunan yang ada, benteng tersebut memanjang dari arah timur–barat.

Bagian tengah benteng terputus, karena tepat pada bangunan ini digunakan sebagai pintu masuk ke halaman rumah penduduk. Menurut masyarakat, tempat ini merupakan Pabean pada masa lalu.

Di sekitarnya banyak ditemukan meriam yang saat ini diletakkan di alun-alun. Dua buah meriam yang terdapat di depan Mess Kecamatan memiliki keistimewaan.
Berbahan tembaga, berukuran panjang 3,35 m. Di bagian atas terdapat hiasan dan pertulisan / 8 / – O.

4. Benteng Tanah di Pulau Mepar

Secara administratif Pulau Mepar termasuk dalam wilayah Desa Mepar, Kecamatan Lingga, berjarak sekitar 1 km dari Tanjung Butun.
Untuk mencapai pulau ini ditempuh dengan menggunakan sampan dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Pulau tersebut saat ini dimanfaatkan masyarakat sebagai pemukiman dengan pusat aktivitasnya di sekitar dermaga.

Di Pulau ini terdapat 5 buah bangunan tanah dan beberapa buah meriam yang saat ini terletak di sekitar perkampungan penduduk.
Tiga buah bangunan benteng terletak di selatan pulau, satu di sebelah barat, dan sisanya berada di utara.

Benteng I terletak di atas bukit, sebelah tenggara pulau. Benteng tersebut dibangun dari tanah yang dikeraskan, terlihat dari susunan tanah dan kerikil.

Benteng tanah ini berukuran 25 m X 23 m, tebal dinding antara 2,5 – 3 meter dan tinggi antara 1 – 1,5 meter. Benteng ini dikelilingi oleh parit yang cukup dalam.

Di bagian pintu masuknya terdapat saluran yang kemungkinan digunakan untuk mengeluarkan air dari dalam benteng. Benteng I menghadap ke baratlaut.

Di sudut timurlaut dan utara terdapat kelebihan tanah (tonjolan) berukuran 2 – 3 meter, menyerupai bastion. Benteng terletak di tempat lebih tinggi, sehingga memudahkan pengawasan daerah sekitarnya.

Melalui benteng I ini dapat diawasi Pulau Lingga yang berada di sebelah utaranya, dan Pulau Kolombok di sebelah selatan.

Benteng II dalam kondisi rusak, berdenah persegi empat, berjarak sekitar 5 meter dari garis pantai dan berada pada ketinggian 3 meter diatas permukaan laut. Benteng seluas sekitar 300 m2 ini, terletak di sebelah selatan pulau.

Melalui benteng ini tampak Pulau Kolombok yang berada di sebelah selatannya.

(deb)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews