Kapal Tenggelam di Perairan Lingga

Kronologi Evakuasi 13 Korban Kapal Tenggelam di Tengah Cuaca Buruk

Kronologi Evakuasi 13 Korban Kapal Tenggelam di Tengah Cuaca Buruk

Proses evakuasi korban kapal tenggelam di Lingga (Foto: Batamnews)

Batam - Kasat Narkoba Lingga AKP Felix Mauk termasuk salah seorang yang ikut menyelamatkan korban tenggelam KM Berkat Anugrah di Perairan Lingga, Kepulauan Riau. Ada sebanyak 11 orang yang berhasil diselamatkan. Dua orang meninggal dunia.

Pada saat kapal tenggelam cuaca buruk. Awan hitam. BMKG sempat mengeluarkan peringatan. 

Kapal Oceana yang ditumpangi Felix bahkan sempat menunda keberangkatan selama 30 menit."30 menit berjalan, Syahbandar kasih tahu, cuaca buruk," ujarnya.

Setelah cuaca membaik, Kapten Kapal Oceana memutuskan berangkat menuju ke Batam. Di tengah perjalanan kapten melihat sejumlah korban kapal tenggelam bertahan di atas sebuah papan sisa kapal yang karam. Mereka dari kejauhan terlihat melambaikan pelampung.

"Saya kebetulan berada di ruangan kapten, seperti ada yang minta tolong," ujar Felix bercerita kepada batamnews.co.id, Minggu sore.

Suasana ketika itu menegangkan. Ombak tinggi. Angin kencang. Petir menyambar-nyambar. 

Kapten kapal memutuskan mendekat. Terlihat belasan orang bertahan di atas papan berukuran sekitar 3 x 5 meter. 

Mereka terdiri dari anak-anak dan orang dewasa. "Setelah dekati, memang minta tolong, kapal mereka sudah tenggelam," katanya.

Felix mengatakan, pada saat itu kapal hanya tersisa tiang poros dan papan.

Peristiwa itu terjadi di Perairan Pulau Dato, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu (24/6/2018) siang.

Cukup lama korban terombang-ambing. "Ada sekitar empat jam," ujar Felix.

Evakuasi

Proses evakuasi terhadap korban kapal tenggelam berlangsung dramatis. Di tengah cuaca buruk, AKP Felix Mauk bersama kru kapal, mencoba mengevakuasi para korban.

Di atas papan, tempat korban bertahan, terdapat korban pingsan. Proses evakuasi berlangsung. 

Tali dilempar. Satu persatu korban ditarik dan diselamatkan dengan menggunakan pelampung kapal yang diberi tali.

Seorang wanita paruh baya yang pingsan terlihat sudah dalam keadaan lemah. 

"Kita turunkan pelampung yang kotak kemudian dilempar talinya, diikatkan ke korban diangkat ke atas kapal," ujarnya.

Korban yang kritis belakangan diketahui bernama bernama Eri. 

"Pertama kita angkat kakinya, air keluar," katanya.

Proses penyelamatan sempat berlangsung. Termasuk memberi tekanan ke bagian jantung.

"Dadanya ditekan dan suaminya sempat memberi napas buatan, tapi tetap tak sadarkan diri," ujarnya.

Bola mata Eri tidak bergerak. Suhu badan masih panas. "Begitu tiba di darat, kemudian kita larikan ke Puskesmas," katanya.

Hingga akhirnya korban dinyatakan meninggal dunia. Diduga terlalu banyak terminum air laut.

Bertahan hidup 4 jam

Penumpang kapal mengaku sudah bertahan hidup di sebuah papan selama 4 jam. Pada saat itu cuaca ekstrem.

Ketika evakuasi cuaca masih ekstrem. Ombak diperkirakan mencapai empat dan lima meter.

"Bahkan yang di kapal Oceana teriak-teriak, minta diantarkan ke pelabuhan dahulu," ucapnya.

Semua korban dievakuasi kemudian dilarikan ke Puskeamas Kecamatan Senayang, Lingga.

Penumpang di kapal karam itu diketahui satu keluarga yang berasal dari Pulau Nipa hendak kembali ke Batam. 

"Tiga keluarga ini kemungkinan selesai silaturahmi lebaran," katanya.

Dalam kejadian itu, 11 orang dinyatakan selamat, sedangkan dua orang meninggal dunia satu diantaranya sempat hilang.

Setelah proses evakuasi selesai Oceana kembali melanjutkan perjalanan ke Batam.

(tan)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews