Profil Putra Mahkota Mohammed bin Salman "Pengguncang" Saudi

Profil Putra Mahkota Mohammed bin Salman "Pengguncang" Saudi

Mohammed bin Salman. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Riyadh - Putra mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dikonfirmasi sebagai orang yang memimpin penangkapan 11 pangeran dan 4 menteri Arab Saudi atas dugaan korupsi. Total 49 orang diciduk atas tuduhan korupsi di lingkungan kerajaan Saudi.

Sang pangeran melakukan pembersihan tentu saja dengan restu sang ayah, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Dikutip dari BBC, Aljazeera dan Al Arabiya, Minggu (6/11/2017), Mohammed merupakan putra sulung Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari istri ketiga Fahda binti Falah. Dia diangkat menjadi putra mahkota lewat dekrit kerajaan dan menggantikan Pangeran Muhammad bin Nayef yang sebelumnya menduduki posisi tersebut.

Putra mahkota itu lahir di Jeddah, 31 Agustus 1985. Mohammed menikah dengan Sarah binti Pangeran Masyhur bin Abdul Aziz al-Saud, dan memiliki empat anak yaitu Pangeran Salman, Pangeran Masyhur, Putri Fahdah, dan Putri Noura. 

Mohammed merupakan lulusan sarjana bidang hukum di Universitas King Saud. Pada 2009 dia ditunjuk menjadi penasihat ayahnya Raja Salman, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Riyadh. 

Dia mulai menduduki jabatan strategis pada 2013 sebagai konsultan paruh waktu ahli komisi kabinet Saudi. Kemudian pada Desember 2015, mengikuti pelantikan ayahnya menjadi Raja Saudi, dia dilantik menjadi wakil putra mahkota. 

Dia pernah menjabat sebagai menteri pertahanan termuda di dunia saat berusia 31 tahun. Kiprahnya sebagai menteri pertahanan paling menonjol saat memimpin manajemen operasi militer Saudi di Yaman.
 
Mohammed juga aktif di kegiatan sosial dan amal. Dia membentuk yayasan sosial bernama King Salman Youth Center atau MiSK Foundation dan menjadi Ketua Direksi yayasan tersebut. Dia juga dinobatkan sebagai "Personality of the Year" dari Forbes Timur Tengah pada 2013 atas perannya sebagai Ketua Direksi King Salman Youth Center, atas pengakuan, dukungan dan pengembangannya bagi pemuda Saudi.

Meski baru putra mahkota, Pangeran Mohammed sudah dianggap sebagai penguasa de facto Arab Saudi. Dia berwenang mengendalikan sejumlah kebijakan pemerintah.

Beberapa pemikirannya tentang masa depan Arab Saudi juga sudah dimasukkan dalam visi Arab Saudi 2030 (vision 2030). Tujuannya ialah menjadikan kerajaan Arab sebagai jantung dan pusat Islam dunia, pusat investasi dan penghubung tiga benua. 

Dia juga menargetkan pada 2030, Saudi menerapkan sistem e-government. Pemikiran sang Pangeran tersebut antara lain: membawa Arab Saudi menjadi lebih moderat, mengizinkan perempuan mengemudikan mobil dan menonton konser, hingga membangun kota NEOM (Neo Mostaqbal) yang akan menjadi pusat bisnis.

Kota pusat bisnis akan dibangun di pinggir kota Riyadh di pesisir Laut Merah dekat dengan Yordania dan Mesir. Di NEOM, nantinya pelaku bisnis baik dari Arab Saudi maupun asing bisa menanamkan modalnya. 

Di kota ini juga akan disediakan berbagai pusat hiburan. Mimpi Pangeran Mohammed akan menjadikan kota ini sebagai pusat bisnis seperti di Dubai dan Qatar. 

Pangeran ini juga kerap mewakili ayahnya dalam hubungan diplomatik. Beberapa negara yang sudah dikunjunginya ialah Beijing, Moskow, dan Washington. Dia pun bertemu Presiden AS Donal Trump pada Maret saat kunjungannya ke Washington itu. 
 
Dalam wawancara dengan Al Arabiya Mei lalu, putra mahkota ini menyatakan keseriusannya untuk memberantas korupsi. Dia pun menegaskan siapapun yang bersalah akan dihukum. 

"Kami semakin khawatir dengan kasus korupsi, siapapun yang bersalah akan dihukum," kata Mohammed saat itu.

"Tidak ada yang bebas dari hukuman, baik itu pangeran ataupun menteri sekalipun," tegasnya. 

Dia kemudian membuktikan ucapannya pada Sabtu (4/11) malam. Dia memimpin Komite Anti-Korupsi baru Saudi yang baru saja dibentuk di hari yang sama dan langsung menangkap 11 pangeran dan 4 menteri Arab Saudi atas tuduhan korupsi. 

Langkahnya yang paling menonjol selama menjabat Menteri Pertahanan adalah memimpin “Operation Decisive
Storm”, sebuah serangan Koalisi Arab yang dipimpin Saudi, di Yaman untuk memerangi pemberontak Houthi.
Operasi diluncurkan hanya dua bulan setelah dia diangkat jadi menteri.

Namanya, semakin menjadi sorotan dunia setelah bulan ini komite anti-korupsi yang baru dibentuk menangkap 11
pangeran, empat menteri senior, banyak mantan menteri serta para pengusaha terkait dugaan korupsi.
Penangkapan massal dalam operasi “sapu bersih korupsi” di Saudi ini atas perintah MBS.

(ind)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews