Sebuah Keniscayaan Itu Bernama Teknologi

Sebuah Keniscayaan Itu Bernama Teknologi

Yudi Kurnain (Foto: dok. pribadi)

Kemajuan teknologi di sebuah kota metropolis tak bisa dipungkiri lagi. Hal itu adalah sebuah keniscayaan. Dengan teknologi, masyarakat diberi pilihan. Kota yang modern harus memiliki visi bagaimana inovasi harus dijalankan. 

Masyarakat secara alamiah memilih yang lebih kompetitif, nyaman, dan mudah diakses, termasuk di Kota Batam, Kepulauan Riau. 

Meski demikian tak dapat dipungkiri, teknologi ternyata menimbulkan masalah sosial yang baru. Terutama bagi pelaku usaha lainnya yang tidak siap dengan visi tersebut. 

Di sinilah visi kota berperan. Memberikan solusi. Baik bagi semua. Adil. Demi menjaga konsep sebuah kota. 

Permasalah tersebut tidak saja terjadi di Batam. Ini juga pernah terjadi di London, Inggris. Saya melihat sendiri bagaimana Wali Kota London memberikan solusi terkait hal tersebut.

Dia kemudian hadir di tengah-tengah belasan ribu buruh kereta bawah tanah yang protes dengan dampak yang ditimbulkan perkembangan teknologi, terutama kehadiran aplikasi transportasi. Mereka terancam dan mengekspresikan protes itu dengan cara mogok dan demo.

Semua aktivitas transportasi di London pun lumpuh. Tentu saja Wali Kota London tak bisa menampik, kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan. Sementara tidak bisa juga serta merta mematikan transportasi konvensional kendati sudah terbilang modern. 

Lantas apa yang dilakukannya?

Tentu saja ia mengkaji lebih paripurna bagaimana agar buruh tersebut tetap memiliki kesejahteraan, namun dengan tidak mematikan atau membunuh teknologi yang menjadi visi Smart City-nya London.

Bagaimana tidak. Di London warga meskipun transportasi seperti kereta api sekalipun sangat modern. Terintegrasi ke semua wilayah. Ternyata itu saja tidaklah cukup. 

Calon penumpang terpaksa harus ke stasiun. Menghabiskan waktu dan kurang efektif.

Kehadiran transportasi online ternyata menjadi sebuah solusi. Mereka tak perlu capai-capai ke stasiun dan harus mencari tempat parkir. Lebih kompetitif secara harga dan efisien waktu.

Pemerintah tentu saja punya otoritas agar visi kota tetap berjalan dengan cara membantu dan mendorong pelaku usaha konvensional untuk mengimpelementasikan sesuai dengan visi kota. 

Di Indonesia, Blue Bird membaca permasalah itu. Begitu gempuran transportasi online berbasis aplikasi, Blue Bird cepat berbenah.

Dengan hadirnya online dia menyesuaikan. Menjadi lebih kompetitif. Bergabung dengan aplikasi yang sudah ada.

Tentulah, permasalah kemajuan teknologi di seluruh negara itu sama. Tapi pemimpin harus menjaga visi yang maju kedepan.

Selain itu, pemerintah juga bertanggungjawab memberikan pemahaman dan mengkoordinasikan semua kebijakan visi kota dengan semua pihak, termasuk kepada pelaku usaha konvensional. 

Artinya, permasalah ini harus sudah dimengerti semua stakeholder demi mendukung implementasi visi Smart City Batam.

Tentu saja sebuah kota yang memiliki fasilitas nyaman, murah, gampang diakses, terintegrasi, dalam sejumlah bidang. Ketika sebuah kota sudah memiliki izin yang baik, tentu saja pemerintah bertanggungjawab menjaganya. Tidak menyalahkan masyarakat yang ingin maju dan memberikan pelayanan terbaik.***

oleh:

YUDI KURNAIN

*Anggota DPRD Batam 3 Periode

*Aktivis Media Sosial

*Pengamat Sosial

*Pencinta Sepeda

*Aktivis

 

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews